NovelToon NovelToon
Menjadi Ibu Pengganti Putra Presdir

Menjadi Ibu Pengganti Putra Presdir

Status: tamat
Genre:Duda / Anak Genius / Ibu Pengganti / Keluarga / Menikah Karena Anak / Suami ideal / Tamat
Popularitas:654.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hernn Khrnsa

Dua kali gagal menikah, Davira Istari kerapkali digunjing sebagai perawan tua lantaran di usianya yang tak lagi muda, Davira belum kunjung menikah.

Berusaha untuk tidak memedulikannya, Davira tetap fokus pada karirnya sebagai guru dan penulis. Bertemu dengan anak-anak yang lucu nan menggemaskan membuatnya sedikit lupa akan masalah hidup yang menderanya. Sedangkan menulis adalah salah satu caranya mengobati traumanya akan pria dan pernikahan.

Namun, kesehariannya mendadak berubah saat bertemu Zein Al-Malik Danishwara — seorang anak didiknya yang tampan dan lucu. Suatu hari, Zein memintanya jadi Ibu. Dan kehidupannya berubah drastis saat Kavindra Al-Malik Danishwara — Ayah Zein meminangnya.

"Terimalah pinanganku! Kadang jodoh datang beserta anaknya."

•••

Mohon dengan sangat untuk tidak boomlike karya ini. Author lebih menghargai mereka yang membaca dibanding cuma kasih like tanpa baca. Sayangi jempolmu. 😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MIPPP 04 — Calon Ibu untuk Zein

Langkah kecil Zein memijak lantai marmer dengan sedikit kuat. Mengundang tanya dari dua orang yang tengah duduk di ruang tamu. Pasalnya, Zein bergerak menuju kamarnya alih-alih mengapa sang nenek dan pamannya.

"Zein sudah pulang?" tanya Karina, menghentikan langkah cucu laki-lakinya. 

Ia beranjak dari kegiatannya membaca majalah dan menghampiri sang cucu. Begitu juga dengan Ravindra, sang paman yang menjadi penyebab Zein terkena makian Kavindra sepanjang perjalanan.

Zein menatap nenek dan pamannya bergantian. "Semuanya gara-gara uncle tahu!" seru Zein menunjuk Ravindra yang tampak bingung mendapat tuduhan tersebut.

"Hah? Kenapa nih? Kenapa tiba-tiba jadi uncle yang terdakwa?" tanyanya bingung. 

Raut wajah Karina juga berubah bingung saat Zein melipat kedua tangannya di depan dada. Ekspresi Zein terlihat kesal. 

Namun, tingkah Zein itu justru mengundang tawa gemas dari Karina dan Ravindra, 

"Father's copied!" seru Ravindra tertawa renyah diselingi cubitan kecil pada pipi Zein.

"Uncle! Don't touch me!" protes Zein mengerucutkan bibirnya ke depan dan memasang raut wajah tak suka. Zein tidak suka jika seseorang mencubit pipinya seperti yang Ravindra lakukan. 

Bersamaan dengan itu, Kavindra baru saja masuk. Ia menatap ketiga orang itu bergantian. Matanya kemudian beralih menatap Zein lama.

"Zein, pergi ke kamar dan belajar," titah Kavindra yang langsung mendapat tatapan tajam sang ibu. 

Namun, perempuan setengah baya itu tak bisa melakukan apa-apa selain menyusul Zein yang sudah berlari ke kamarnya secepat kilat. 

"Zein! Jangan lari-lari!" teriak Karina seraya menyusul langkah anak kecil itu. 

Sementara itu, Ravindra tampak kikuk saat kakaknya memandangnya lama. Pria berusia dua puluh lima tahun itu menggaruk tengkuknya yang bahkan tak gatal. "Aku juga harus ke kamar, Kak."

"Berdiri di sana, Ravindra!" interupsi Kavindra sontak membuat laki-laki itu menghentikan langkahnya. Ragu-ragu ia berbalik, kembali menghadap Kavindra yang hanya berjarak beberapa langkah darinya.

"Duduk di sana, ada hal penting yang ingin kubicarakan," kata Kavindra lagi, kali ini dengan memerintah. 

Mau tak mau, Ravindra pun terduduk di sofa panjang yang tadi didudukinya dengan sang ibu. Menunggu sang kakak membicarakan hal yang katanya penting itu. 

Atmosfer di ruangan itu mendadak terasa pengap dan menegangkan bagi Ravindra. Sorot mata Kavindra yang menatapnya tajam jelas membuat pria itu merasa kikuk sendiri.

"Salahku apa ya, Kak?" tanya Ravindra akhirnya tak kuasa dipandangi begitu lama. Apalagi dengan sorot mata tajam bak elang dari kakaknya. 

Kavindra mendelik, "Kau sungguh tidak tahu apa salahmu, Rav?" Kavindra justru bertanya kembali. 

Pria yang berbeda 7 tahun dari Kavindra itu tampak berpikir dengan sambil menopang dagu, mengundang decak sebal dari Kavindra.

"Apa yang kau ajarkan pada Zein?" tanya Kavindra lagi. "Apa kau tahu konsekuensi dari ucapanmu itu, Rav?" todong Kavindra, membuat adik laki-lakinya itu kesulitan menjawab.

Setelah beberapa lama berpikir, pria itu akhirnya tahu alasan mengapa sang kakak tampak kesal kepadanya. Ravindra pun merutuki dirinya sendiri. 

"Maaf, Kak! Aku cuma kasihan sama Baby Zein, lho. Lagipula apa salahnya kalau Zein punya Ibu sambung, Kak? Bagaimana pun Zein itu masih kecil, dia juga butuh kasih sayang seorang ibu," celoteh Ravin panjang.

Kavin tampak lelah, ia memijit tulang di antara kedua alisnya. Kemudian menghela napas panjang. "Aku tahu dan aku mengerti, tapi apa kau tahu apa yang dilakukan Zein di hari pertamanya sekolah, Rav?"

Ravindra menggeleng pelan, bagaimana ia bisa tahu jika tidak ada yang memberitahunya? Lagipula, apa yang bisa anak sekecil itu lakukan? Tidak mungkin juga kalau Zein mengikuti apa yang Ia ucapkan tadi pagi. 

Kavindra tampak menghela napasnya lelah. "Dia meminta gurunya sendiri jadi ibunya, Ravindra!" kata Kavindra yang membuat adik laki-lakinya itu terkejut bukan main.

"Apa? T-tapi itu tak mungkin, Kak!" sangkal Ravin tak percaya. "Mana mungkin Baby Zein kita yang lucu bisa selugas itu?" tanyanya makin tak percaya jika mengingat sifat Zein yang tampak penurut dan patuh itu.

Kavindra bangkit dari duduknya. "Kalau kamu tidak percaya, tanyakan sendiri pada Zein dan untuk hukumannya, kau harus mengantar dan menjemput Zein besok!" cetus Kavindra tegas. Ia kembali memakai jasnya dan berjalan keluar rumah.

"Kok aku jadi penasaran, ya? Masa, sih, Zein seberani itu? Aku harus memastikannya besok!" gumam Ravindra selepas kakaknya pergi meninggalkan rumah untuk kembali ke kantornya. 

•••

Keesokan harinya, Ravin mengikuti perintah Kavindra untuk mengantar jemput Zein. Seperti yang biasa ia lihat, Zein adalah tipe anak yang ceria, supel dan aktif. Dan harus Ravin akui bahwa Zein tipikal anak yang terus terang saat berbicara.

Ravin mengikuti Zein yang berjalan sambil bersenandung kecil menyanyikan nada-nada lagu pagiku cerahku, lagu khas anak-anak yang baru dihafalnya kemarin. 

Kacamata hitam yang menutupi mata Ravin mengundang beberapa pasang mata. Guru-guru muda yang melihatnya tampak terpesona.

"Uncle, kelas Zein di sini," kata Zein saat tiba di depan kelasnya. Ravin melepas kacamata hitamnya dan melihat sekilas ke dalam ruang kelas itu kemudian berbalik dan berjongkok di depan Zein.

"Kelasnya Zein bagus banget," puji Ravin tulus. "Kemarin, your daddy tell me kalau Zein punya guru baru, siapa namanya?" tanya Ravin penasaran dengan sosok guru yang mengajar Zein itu.

Kening Zein berkerut kecil. "Papa bilang apa sama uncle?" Zein balik bertanya. Mendengar itu, Ravin menepuk keningnya sendiri.

"Nothing, your dad just tell me ... Your teacher are sooo beautiful, uncle jadi penasaran," kata Ravin sumringah, berharap dengan itu, Zein mau memberitahunya.

"Miss Davira!" pekik Zein bahagia melihat kehadiran Davira di sana. 

Perempuan dengan hijab biru muda itu tersenyum manis. Ravin yang semula berjongkok lantas langsung berdiri terkesima dengan sosok perempuan yang dilihatnya itu.

"Good morning, Miss!" seru Zein dengan senyum menghias wajahnya yang lucu. 

Ravin tampak kikuk sendiri ketika melihat Davira tersenyum pada Zein. Tak ayal, ia pun jadi ikut terpesona dengan kecantikan guru baru Zein itu. 

"Good morning, Zein. Hari ini Zein diantar siapa?" tanya Davira mempertanyakan sosok lelaki tinggi di samping Zein. Pria itu tampaknya bukan ayah Zein namun cukup mirip dengan Kavindra.

Ravin kemudian tersenyum dan memperkenalkan dirinya sendiri sebagai paman Zein. "Ravindra, uncle Zein."

Davira mengangguk mengerti, "Ah, pamannya Zein, ya." Menatap Ravindra sekilas, Davira kembali menatap Zein.

Ravindra tersenyum-senyum sendiri. Jika ia belum memiliki kekasih, Ravindra yakin sekali bahwa ia akan meminta Miss Davira untuk menjadi kekasihnya. 

Setelah itu, Davira mengajak Zein untuk masuk ke kelas. Ravin pun tampak kecewa saat keduanya pergi. Wajahnya berbinar dan tiba-tiba, sebuah pemikiran terlintas di kepalanya.

"Pantas saja Zein langsung minta Miss Davira itu jadi ibunya, selain cantik dan berkharisma, Miss Davira juga terlihat penyayang dan keibuan. Aish, si Kavindra itu matanya disimpan di mana, sih?" gumamnya seraya berjalan menjauh dari depan kelas Zein.

Senyumnya tersungging, "Calon ibu untuk Zein," gumamnya seraya mengenakan kembali kacamata hitam miliknya. "Harus bilang Mama dengan segera, nih. Perempuan secantik Miss Davira jangan sampai kecantol pria lain!" 

1
Nana Erdiana
ikut sedih aku /Sob//Sob//Sob/
Dewi Dama
bingung baca nya tanpa ada penjelasan...tiba2..pindah topik....
Whatea Sala
Aneh...zein yang gak mengenal ibu nya langsung aja percaya,padahal zein gak begitu cepat akrab dan sulit untuk kenal dengan orang dewasa,tau ahh gelap.
Whatea Sala
Dari acara lamaran dan pernikahan,ayah nya kavindra tidak terlihat,sekarang tiba tiba ingin bertemu karna anak nya sudah menikah,sebenarnya hubungan keluarga mereka seperti apa ya...?
Whatea Sala
Dari acara lamaran dan pernikahan,ayah nya kavindra tidak terlihat,sekarang tiba tiba ingin bertemu karna anak nya sudah menikah,sebenarnya hubungan keluarga mereka seperti apa ya...?
Whatea Sala
Entar klu Davira mau nikah,pastilah bapaknya banyak tingkah apa lagi jadi dia yang akan menikahkan anaknya.nyebelin..harus seorang ayah jadi cinta pertama anaknya,,ini malah..☹☹☹
Whatea Sala
Semoga bapak Davira di tabrak truck kan lagi mabok,uuppsh...maaf kok jahat ya aku.tapi klu dalan cerita kadang menyedihkan punya orang tua lengkap tapi rada rada yang gak punya suka meratap karna orang tua sudah gak ada.hmm..namanya aja cerita😁😄
Whatea Sala
Ibunya Davira gak bisa melindungi anaknya danboro2 bisa melindungi diri sendiri,bisanya pasrah2 teruss....di kasih akal dan hati sama tuhan tapi gak berguna sama sekali,ya sudah Davira klu gak mau di ajak pindah biarkan saja ibumu itu pilihannya yang pasti dirimu sudah berusaha untuk kebaikan semua.
Whatea Sala
Hmmm.....repot banget klu ada orang gila seperti Lauren
Whatea Sala
Kirain keluar rumah mau ngomong apa gitu...yang kira2 buat ibu2 julid pada mingkem,tau nya enggak..😩😩😩
Catur Rini
hadow, gak ada istilah wanita suruh sabar trs,yg ada di injak2 nanti, sadar bu, laki2 kayak gitu gak perlu di bela2 kok bego bgt
Opung Nava
akn tetap waspada ada org sesuda sehr berupa dan kebali mabuk tp mudh2an sdr dan kembalibaik
Opung Nava
klu manusia sprti pak agus lebi baik diti2p di panti jompo atau dibawa krmhskit jiwa
Opung Nava
masuk puber ke2
Sweet Girl
Nah tuuu Bu Rati... dia mah buta dengan masalah nya anak sendiri.
Sweet Girl
Betul sakali Bu Rika... senyumin aja daaa.
Sweet Girl
Emang kerjaan yang namanya tetangga tuuu, syuka sekali goreng goreng sreng Malasah.
Opung Nava
hbd kering panjang umur dan sehat selalu
Opung Nava
cpt sembuh y suami ibu karina
Opung Nava
moga suami karina dirinya Tuhan kesehtn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!