Suka cerita tentang toko utama wanita yang tidak mudah ditindas? Di sinilah lapaknya!
Renata Carissa, seorang putri dari Panglima TNI yang berprofesi sebagai Psikiater. Memiliki kehidupan yang sempurna dengan memiliki suami yang begitu mencintainya dan anak laki-laki yang sangat tampan.
Sepeninggal suami tercintanya, Renata pun meninggal karena mengalami sakit keras.
"Aku berharap bisa bertanya kepadanya, mengapa aku tidak pernah tahu?"
"Apakah aku bisa bertemu dengan Jefra-ku lagi?"
Itulah harapan terakhir Renata.
Bukannya ke akhirat dan bertemu dengan suami tercintanya. Namun, Renata justru secara misterius berubah menjadi tokoh antagonis yang berperan menjadi pelakor. Nasib tokoh yang menyedihkan, hidup dalam penderitaan, dan berakhir bunuh diri.
Ya, dia masuk ke dalam novel!
Tidak ingin nasibnya berakhir tragis, Renata memutuskan untuk mengubah alur cerita yang sudah tertulis itu.
Dan takdir mempertemukannya kembali dengan Jefra, suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elwi Chloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Godaan Sebuah Mi Instan
Renata terlihat gusar dan berjalan mondar-mandir di depan pintu kamarnya. Dia sungguh merasa penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan Zayn pada Tuan J di dalam sana.
Apa tidak apa-apa membiarkan kedua pria itu berduaan? Ya, semoga saja.
Kruyukkk
Namun, tiba-tiba perutnya berbunyi. Renata memang belum makan malam.
"Sebaiknya aku makan sebelum terserang Maag Kronis," gumam Renata mengingat akan kesehatan dirinya.
Kemudian Renata beranjak untuk menuju dapur yang berada di lantai dasar. Dirinya menjadi ingin membuat mi instan.
"Apa di dunia novel ada mi instan, ya?" Renata tergelak dengan pertanyaan sendiri.
Renata menemukan sebungkus mi instan yang benar-benar ada di rak penyimpanan dapur. Lalu dinyalakannya kompor dan mulai memasak.
Beberapa menit kemudian mi instan yang terlihat mengiurkan telah masak. Renata berniat makan di ruang tamu dengan ditemani televisi yang mungkin menayangkan tontonan malam yang manarik.
Sesampainya di ruang tamu. Gadis itu mendudukkan dirinya di sofa, meletakan mangkuk yang berisikan mi kuah buatannya dan sebotol air dingin di atas meja. Kemudian meraih remote untuk menyalakan televisi. Setelah memilih-milih chanel yang sekiranya bagus, pilihannya jatuh pada tayangan sebuah series yang baru kali ini ditontonnya. Meski begitu, Renata masih mencoba fokus menonton dan menikmati mi miliknya.
Sett
Renata merasakan jika sofa di sebelahnya bergerak, menandakan adanya seseorang yang mendudukinya.
Jefra Tjong.
Sebenarnya Renata agak terkejut dengan kehadiran pria itu, yang ternyata sudah menyelesaikan obrolannya dengan Zayn. Terlebih kenapa pria itu ke sini? Renata pikir Tuan J akan tetap berada di kamar karena keadaannya yang masih memprihatinkan.
"Aku ingin pulang," ucap Tuan J.
"Aku kira Tuan J akan menginap," ucap Renata setelah menelan mi yang berada di dalam mulut.
"Kamu ingin aku tidur di kamarmu?"
"Ya. Lagi pula aku tidak yakin jika kamu bisa menyetir mobil dengan keadaannya seperti itu," jawab Renata tanpa berpikir lebih jauh lagi.
Tuan J menyeringai tipis, "Apa sekarang kamu sedang menawariku untuk tidur bersama?"
"Uhuk!" Renata tersedak, merasa perih pada tenggorokannya, sampai-sampai air mata menggenang di pelupuk mata. Secepat kilat disambar botol air dingin untuk diminum dengan rakus.
Sedangkan Tuan J tidak ada rasa bersalah sama sekali.
"Mana mungkin!" sangkal Renata setelahnya.
"Bukankah tadi kamu menginginkan aku tidur di kamarmu? Itu sama seperti menawari aku──"
"No no no!" potong Renata cepat, "Maksudnya kamu boleh tidur di kamarku, aku akan tidur di kamar lain."
Sungguh. Renata tidak bermaksud menyenggol hal yang dikatakan pria itu. Atau memang Tuan J saja yang ingin menggodanya.
"Oh," dan dengan cueknya Tuan J hanya ber'oh' ria.
Renata mendengus kesal, "Pulang saja sana!"
Tuan J melipat kedua tangannya, menatap tajam ke manik cokelat milik Renata, "Kamu mengusirku?"
"Hais, aku tidak mengusir kamu, Tuan Jefra Tjong," Renata jadi geregetan, padahal tadi pria itu sendiri yang berkata ingin pulang.
Tuan J masih menatap Renata tajam, tapi tatapannya justru teralih pada mangkuk mi milik Renata. Tanpa sadar dirinya menelan saliva. Jujur pria itu merasa lapar karena tidak makan saat acara makan malam tadi. Apalagi tenaganya sudah terkuras habis karena mendapat pukulan dari Zayn.
"Mau?" tawar Renata yang melihat arah tatapan Tuan J.
"Tidak," tolak Tuan J sok jaim.
"Bilang saja kamu kepengin," Renata menaik turunkan alis, "Padahal ini enak loh..."
Tuan J menelan saliva sekali lagi, sepertinya dia tidak bisa menolak godaan sebuah mi instan.
"Buatkan aku satu," titah Tuan J pada akhirnya.
"Enak saja, siapa kamu yang menyuruhku?"
Oh, tentu saja Renata tidak mungkin menurut begitu saja. Apalagi pria itu sudah membuatnya kesal tadi.
Wajah bonyok namun masih terlihat tampan itu mengerut, "Aku 'Bos'mu," jawab Tuan J dengan menekan kata 'Bos'.
"Tidak malam ini. Di sini aku adalah Tuan Rumah," ucap Renata tidak ada rasa takut sama sekali.
"Kamu!"
"Kamu apa?" tantang Renata.
"Ck," Tuan J berdecak kesal.
Sedangkan Renata terkekeh dalam hati. Kapan lagi dirinya bisa menolak perintah sang CEO?
Kemudian Renata mengambil sedikit mi ke ujung mangkuk menggunakan garpu. Selanjutnya memutar garpu dengan berlawanan arah jarum jam. Lalu menyodorkan garpu itu pada Tuan J.
"Buka mulutmu," ujar Renata.
Tuan J mendelik dibuatnya, "Sedang mencoba modus untuk menyuapiku?"
Renata hanya mengangkat bahu, "Yasudah kalau tidak mau."
Namun, ketika Renata ingin menurunkan kembali tangannya, Tuan J membuka mulutnya meski agak ragu.
Renata menggigit pipi bagian dalam, sungguh menggemaskan sekali pria itu. Sebenarnya memang benar dia hanya modus saja.
Lalu Renata mulai menyuapi Tuan J.
"Enak, kan?" tanya Renata kemudian.
"Biasa saja," jawab Tuan J kalem.
Renata memutar bola mata. Kemudian menyuapi pria itu lagi. Hingga pada suapan terakhir.
"Bilang biasa saja, tapi kok sampai dihabiskan," Renata menyindir dengan halus.
Tuan J berdeham sesaat. Lalu punggung tangannya menutup sebagian wajahnya yang merona tipis, "Karena aku lapar."
Oh, sungguh momen yang langka bisa melihat pria itu dalam mode malu. Bahkan Renata sampai tidak bisa berkata-kata lagi.
"A-ah, tu-tunggu aku akan mengambilkan kamu air minum."
Renata mencoba mengalihkan dirinya dengan beralasan.
"Tidak usah, aku minum ini saja."
Mulut Renata ternganga ketika melihat Tuan J yang mengambil botol minum miliknya yang tinggal setengah. Lalu meneguknya hingga kandas.
"Kamu tidak takut kena rabies?"
"Maksudmu?" Tuan J mengangkat salah satu alis tebal miliknya.
"Bukan kamu pernah berkata 'Aku tidak sudi meminum bekas kamu. Bisa-bisa aku rabies'."
Renata mencoba mengungkit perkataan Tuan J kala itu, bahkan meniru cara bicaranya yang datar, jangan lupa ekspresinya pun dibuat semirip mungkin.
Tuan J speechless sesaat, tidak menyangka jika Renata mengingat betul apa yang pernah dikatakannya. Sepertinya ingatan gadis itu cukup baik.
"Kurasa kata-kataku salah," ucap Tuan J kemudian.
"Ya, jelas. Aku memang tidak memiliki penyakit rabies!"
"Hmm, lagi pula aku sudah membuktikannya secara langsung."
Renata mengangguk-angguk, dia tidak menyadari arah dari perkataan Tuan J.
Sampai...
"Aku sudah membuktikan kalau kamu bersih dari penyakit itu dari bibir kita yang pernah saling menempel."
Holy **!*!
Seketika aliran darah Renata langsung berkumpul di wajah. Entah sudah semerah apa wajahnya saat ini. Bisa-bisa Tuan J mengungkit pemberian napas buatan.
"Apa kamu tidak mengingatnya?" Tuan J justru mencoba memperjelas.
"Stop it! Jangan me-membahasnya lagi!" seru Renata.
"Kenapa tidak boleh membahasnya? Bukankah sekarang kita adalah sepasang kekasih? Bahkan akan menikah sebentar lagi."
What!
Sepasang kekasih? Akan menikah sebentar lagi?
"Zayn memintaku untuk menikahimu."
_To Be Continued_