Clarissa Tamara, seorang wanita cantik dari keluarga terpandang. Ayahnya seorang pengusaha mapan, dan dia merupakan anak pertama dari keluarga itu.
Tapi kasih sayang ayah dan ibunya hanya tertuju kepada adiknya seorang, bahkan saat adiknya merebut tunangannya ayah dan ibunya malah membiarkannya dan mendukung hubungan mereka.
Rasa marah dan kecewa membuat Clarissa tak peduli lagi dengan keluarga, dia berusaha mati-matian mendirikan perusahaan miliknya untuk membalas dendam atas apa yang di lakukan oleh keluarga.
Dan untuk mengobati rasa sendiri nya, tak sengaja dia bertemu dengan seorang pria gelandang berwajah tampan.
Tanpa tahu indentitas aslinya, Clarissa membawa pria itu ke rumahnya dan menjadikannya pria penghangat ranjangnya.
Tapi bagaimana jika Clarissa mengetahui identitas pria itu, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Hadiah
"Apa dia pergi? Sejak kapan?" Tanya Clarissa kepada kepala pelayan yang tiba-tiba menelponnya.
"Saat Nyonya pergi, Tuan Brian langsung pergi entah kemana."
"Terus kenapa kau baru memberitahu ku sekarang?"
"Handphone Nyonya saat di telpon tidak aktif."
Clarissa hanya bisa menggigit bibir bawahnya, dia ingat jika di sini tempat yang sangat susah sinyal.
Setelah itu Clarissa langsung menutup panggilan dari kepala pelayan.
Clarissa kini duduk di tepi ranjang, dia masih memikirkan kenapa Brian pergi meninggalkannya, apakah dia sudah mendapatkan wanita yang lebih kaya darinya? Atau dia sudah mendapatkan panggilan dari Tante-tante girang.
Entah kenapa hatinya merasa sedih saat mengetahui kepergian Brian. "Apa yang pikirkan Clarissa, dia hanyalah pria panggilan. Dan kau masih bisa mendapatkan pria yang lebih baik darinya, setelah pulang dari sini. Aku akan mencari gigolo baru.."
Tak ingin berlama-lama memikirkan hal itu, Clarissa segera tidur. Karena mungkin besok akan banyak kejutan yang di berikan oleh ayah dan ibunya.
Di tempat lain.
Brian tengah menghirup sebatang rokok miliknya, di sekelilingnya terdapat beberapa wanita cantik dengan pakaian yang hampir telanjang.
Tapi Brian sama sekali tak menghiraukan wanita-wanita itu.
"Ada apa dengan, Bos? Bukannya dia paling suka bermain dengan para wanita?" Bisik Erwin.
"Entahlah.." Jawab Roki.
Brian kemudian menatap tajam wanita yang menyentuh dada bidang miliknya.
Plak...
Sebuah tamparan mendarat langsung di wajah wanita itu, wanita yang berada di samping Brian pun langsung kaget saat teman mereka di tampar oleh Brian.
"Siapa yang mengizinkan mu untuk menyentuh ku?" Tanya Brian dengan tatapan dingin.
Wanita itu tak berani menjawab, dia hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya.
"Kalian semua enyah lah dari sini.." Usir Brian dengan tatapan tajam.
Dengan cepat wanita-wanita itu pun segera pergi keluar meninggalkan Brian, Erwin dan Roki hanya bisa melihat Bos mereka tengah marah.
"Apa kalian yang mengundang wanita-wanita murahan itu ke sini?" Tanya Brian.
"Iya, Bos."
"Beraninya kalian, ingat aku tak ingin lagi melihat wanita-wanita hina seperti mereka lagi."
"Baik Bos.." Jawab Erwin.
"Ah, satu lagi bagaimana apa sudah ada pergerakan?" Tanya Brian.
Roki dan Erwin yang tahu apa maksud dari Bos mereka pun, segera menjelaskan semuanya secara rinci.
Brian yang mendengarkan penjelasan dari bawahannya hanya diam.
Tapi tiba-tiba, ingatan nya kembali teringat peda momen indah bersama Clarissa.
"Ah, tolong belikan aku bunga mawar. Yang paling besar dan paling indah.." Ucap Brian.
"Mawar?"
"Iya bunga mawar, dan kirim ke alamat ini." Ucap Brian sambil menyerahkan sebuah alamat tempat tinggal nenek nya Clarissa.
Karena Brian tahu wanita itu pasti masih berada di sana.
Roki dan Erwin saling menatap satu sama lain, apakah ini masih Bos nya yang sama. Pria kejam yang tak kenal ampun. Dan kini pria kejam itu berubah menjadi pria yang romantis.
"Apa yang kalian tunggu, cepat pergi." Ucap Brian.
"Baik.." Jawab Erwin dan Roki serentak.
Brian yang melihat anak buahnya pergi pun mulai tersenyum, dia tak sabar melihat ekspresi wajah Clarissa saat melihat buket bunga mawar dari nya.
..
"Nona Clarissa, ini ada buket bunga dari seseorang." Ucap Pelayan wanita sambil memberikan sebuah buket bunga mawar berukuran besar kepada Clarissa.
"Bunga? Apa kau tak salah? Dari siapa?" Tanya Clarissa dengan wajah bingung.
"Saya tidak tahu, Nona. Karena tak ada nama pengirimnya tapi di sana tertulis untuk anda." Jelasnya.
Clarissa pun melihat sepucuk surat yang berada di buket bunga tersebut.
"Aku harap kau menerima bunga ini dengan wajah yang penuh cinta, sayang..."
Clarissa yang membaca isi surat itu pun langsung kaget, siapa orang yang mengirim bunga mawar untuknya.
"Clarissa? Dari siapa itu?" Tanya Nenek Dahlia yang berjalan menghampiri Clarissa.
Sofia yang melihat Clarissa sedang memegang buket bunga pun hanya menatap kesal kepada nya.
Clarissa yang melihat Sofia pun terpikir sebuah ide licik. "Ah, biasa Nek. Aku seorang wanita yang belum menikah, yang mapan dan cantik. Jadi hal ini sudah biasan Nenek. Aku terlalu banyak penggemar." Ucap Clarissa sambil melihat Sofia.
"Ah iya.. Cucu nenek memang wanita yang patut di kejar-kejar oleh para pria. Tapi ingat kau jangan asal pilih pasangan, kita harus mencari pria yang mapan, kaya dan tampan. Jangan asal pilih pria dan akhirnya cuman jadi beban." Ucap Nenek Dahlia.
Sofia yang mendengar ucapan dari neneknya itu merasa tersindir, tapi dirinya tetap berusaha tenang.
"Tentu, nenek." Jawab Clarissa.
Kemudian Nenek Dahlia dan Clarissa pun segera pergi dalam rumah dengan membawa buket bunga pemberian dari pria misterius itu.
Saat berpapasan dengan Sofia, Clarissa mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.
Sofia sangat marah, wajahnya pun sudah berubah merah padam. Sofia yang kesal segera pergi ke kamarnya.
Alvin yang berada di dalam kamar melihat istrinya masuk dengan wajah yang kesal.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Alvin.
"Aku kesal, Clarissa mendapat buket bunga mawar yang besar dan mahal. Sementara aku, kau sebagai suami tak pernah memberikan buket bunga seperti itu." Ucap Sofia dengan tatapan tajam.
"Clarissa mendapat kan Buket Bunga? Dari siapa?" Tanya Alvin kaget.
"Mana ku tahu, kok Mas nanya gitu sih? Jangan bilang kamu cemburu yah?"
"Mana mungkin aku cemburu, aku hanya penasaran saja. Sudahlah sayang, kau jangan marah-marah, nanti biar aku kasih kamu buket bunga mawar yang lebih besar dari pada milik Clarissa." Ucap Alvin.
"Bener yah, Mas?" Tanya Sofia.
"Bener sayang." Jawab Alvin.
"Makasih sayang, kamu memang suami aku yang paling baik." Ucap Sofia senang sambil memeluk suaminya.
Alvin hanya tersenyum, tapi di dalam hatinya dia sangat kesal saat mendengar jika Clarissa mendapat Buket bunga dari pria lain.
"Siapa yang berani mendekati, Clarissa." Pikir nya kesal.
Di ruang keluarga.
Tak henti-hentinya Nenek Dahlia mengobrol kan Buket bunga yang Clarissa dapat. Clarissa hanya tersenyum menahan rasa malu.
"Kamu kapan menikah, Clarissa." Tanya Bibi Qiqi.
"Entahlah, Bibi." Jawab Clarissa sambil tersenyum.
"Jika kamu menikah, apakah Bibi boleh datang?" Tanya Bibi Qiqi.
"Tentu saja boleh, Bibi." Jawab Clarissa.
"Iya, pokoknya kamu harus cari pasangan yang baik, kaya, tampan dan mapan." Ucap Nenek Dahlia.
"Iya, nenek." Jawab Clarissa sambil memeluk tangan neneknya itu dengan manja.
Pak Candra dan Bu Rani hanya bisa melihat tanpa ingin ikut berbicara, karena mereka seperti tak di anggap.
"Mas, kita seperti di anggap debu oleh mereka semua." Bisik Bu Rani kepada suaminya.
"Iya, awas saja. Nanti kita akan balas perbuatan mereka semua." Jawab Pak Candra.