Soal keturunan memang kerap menjadi perdebatan dalam rumah tangga. Seperti yang terjadi dalam rumah tangga Hana.
Hubungan yang sudah dibangun selama 10 tahun, tiba-tiba hancur lebur dalam satu malam, saat suaminya mengatakan dia sudah menikahi wanita lain dengan alasan keinginan sang mertua yang terus mendesaknya untuk memiliki keturunan.
"Jangan pilih antara aku dan dia. Karena aku bukan pilihan." -Hana Rahmania.
"Kalau begitu mulai detik ini, aku Heri Hermawan, telah menjatuhkan talak kepadamu, Hana Rahmania, jadi mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." -Heri Hermawan.
Namun, bagaimana jika setelah kata talak itu jatuh, ternyata Hana mendapati dirinya sedang berbadan dua? Akankah dia jujur pada Heri dan memohon untuk kembali demi anak yang dikandung atau justru sebaliknya?
Jangan lupa follow akun sosmed ngothor
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
salam anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Menyambut Kepulangan Suami
Hana yang mengunci diri di dalam kamar akhirnya tidak tahu kalau ibu mertuanya keluar rumah sejak pagi. Karena lapar dia pun memutuskan merebus mie instan, tetapi tiba-tiba dia mendengar suara deru mobil di halaman. Hana melihatnya dari balik gorden, ayah mertuanya turun dari kendaraan roda empat itu, tetapi hanya sendiri.
Sontak Hana langsung merasa waspada. Dia kembali ke dapur, sementara Papah Aris lebih dulu masuk ke dalam kamar. Tak berapa lama kemudian, pria paruh baya itu menghampiri Hana.
"Hana," panggilnya.
Hana yang terkejut langsung melempar garpu yang ada di tangannya dan membuat air panas memercik.
"Shh, aw!" desis Hana sambil mengibas-ngibaskan tangan.
"Kamu nggak apa-apa? Maaf Papah bikin kaget ya?" ujar Papah Aris dengan raut cemas. Dia ingin memegang tangan Hana, tapi wanita itu segera menghindar.
"Aku baik-baik aja kok, Pah. Oh iya, Mamah kemana?" balas Hana mengalihkan pembicaraan.
"Tadi Mamah minta temenin ke rumah temennya. Tapi katanya mau lanjut belanja, jadi Papah pulang duluan. Semalam kamu udah tidur ya?" jelas Papah Aris, padahal Hana malas sekali untuk membahasnya.
Wanita itu mengangguk, lalu Papah Aris menyerahkan sebuah kotak padanya. Sebuah gelang perak yang dia beli sebelum turun dari kapal. "Ini oleh-oleh buat kamu. Semalem Papah pengen ngasih ini sama minta maaf atas nama Mamah. Kadang-kadang Mamah memang suka cerewet, harap dimaklum ya, Han."
Hana menelan ludahnya dengan kasar. Dia tidak begitu peduli dengan perlakuan Mamah Saras, toh dari dulu sudah begitu. Namun, apakah tidak akan terjadi masalah jika dia menerima barang dari Papah mertuanya? Jujur dia takut.
"Mamah nggak akan tahu kalo ini dari Papah. Jadi santai aja," sambung Papah Aris melihat Hana yang bergeming dengan raut bimbang. Mungkinkah perasaan Hana yang terlalu berlebihan dalam menilai pria paruh baya di depannya?
*
*
*
Dipaksa untuk tidak berpikir kemana-mana, sementara hati tak bisa bohong. Perasaan cemas, perasaan tak nyaman, juga gundah gulana beradu menjadi satu dan membuat Hana merasa sedikit stres.
Apalagi setiap dia menghubungi Heri, kadang diangkat, lebih banyak tidak. Dan dia selalu mendapat jawaban yang sama, Heri sedang sibuk dengan pekerjaan yang menggunung karena menggantikan bosnya. Padahal pria itu sedang menghabiskan waktu dengan Mayang, agar benih yang dia tanam segera tumbuh di rahim wanita itu.
Hingga tak terasa dua hari panjang telah Hana lewati, saat malam tiba Hana menunggu kepulangan suaminya dengan cukup antusias. Tak bisa bohong, dia rindu pada Heri juga sentuhan pria itu.
Hana membereskan meja makan dengan cepat, sementara senyum senantiasa menghiasi bibir tipisnya.
Namun, hal tersebut membuat Mamah Saras merasa sebal, dia tidak suka saat melihat Hana senang. Penyakit hati sudah mendarah daging dalam dirinya, sehingga kebahagiaan sang menantu membuatnya terasa panas.
"Kenapa kamu senyum-senyum terus?!" cetus Mamah Saras sebelum masuk ke dalam kamar.
"Heri kan sebentar lagi pulang, Mah. Aku akan menyambutnya malam ini," balas Hana, dia yakin kali ini sang suami akan suka dengan penyambutannya.
"Halah, seperti pengantin baru saja kamu. Biasa saja kali, tidak perlu berlebihan seperti itu," cetus Mamah Saras sambil memutar bola matanya jengah.
"Biarin aja sih, Mah, namanya masih muda," timpal Papah Aris lagi-lagi membela Hana.
Dan perkataan Mamah Saras sama sekali tak membuat senyum di bibir Hana memudar. Karena dia sudah berjanji pada dirinya sendiri, mulai detik ini dia tidak ingin mendengarkan apapun perkataan ibu mertuanya. Anggap saja angin lalu.
"Mau pengantin baru atau pengantin lama kan tetap sama-sama pengantin, Mah. Aku akan menunggu Heri di kamar," kata Hana.
"Cih, terserah kamulah! Jadi manusia itu jangan terlalu berharap, yang ada kamu akan kecewa!" celetuk Mamah Saras, lalu berjalan sambil menghentak-hentakan kaki ke lantai, persis seperti anak kecil yang sedang merajuk.
Hana hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku ibu mertuanya. Begitu juga dengan Papah Aris yang mengekor di belakang tubuh istrinya.
...
Hana menunggu Heri di dalam kamar menggunakan baju dinas. Tak lupa dia juga menyemprotkan minyak wangi, hingga aroma manis seketika menguar dari dalam tubuhnya.
"Aku akan menyenangkan Heri malam ini, biasanya dia selalu bersemangat kalau aku yang mengajak," gumam Hana sambil melirik jam di atas tempat tidur. Sebentar lagi Heri akan tiba, sesuai isi pesan yang dikirim pria itu.
Namun, sampai satu jam Hana menunggu, tidak ada tanda-tanda bahwa sang suami akan pulang ke rumah. Padahal pria itu sudah bilang padanya, tepat jam delapan malam, dia akan ada di hadapan Hana.
Seketika ucapan Mamah Saras beberapa saat lalu terngiang-ngiang di telinga Hana. Akan tetapi dengan cepat dia menepisnya.
"Mungkin dia terjebak macet, Hana. Jangan merusak mood-mu malam ini, oke?" ujar Hana pada dirinya sendiri. Dia berusaha untuk selalu percaya pada Heri, meski nyatanya Heri telah mengkhianatinya.
Karena terlalu lama tak sadar Hana pun tertidur di sofa, karena sampai pukul 11 malam, Heri belum juga menampakkan batang hidungnya.
Wanita itu dibuat terkejut dan langsung mengerjapkan mata, saat suara decitan pintu terdengar nyaring. Akhirnya orang yang dia tunggu telah datang.
"Kamu baru pulang, Her?" tanya Hana dengan suara serak. Dia juga menguap dengan mata yang berair, saking mengantuknya.
"Hem, kamu menungguku?" tanya Heri sambil meletakkan kopernya ke sudut ruangan.
"Tentu saja, Her. Aku sudah janji kan?"
Hana kembali melirik jam, dan ternyata sudah masuk tengah malam. Teringat bahwa dia akan memberikan pelayanan pada suaminya, Hana pun segera membasuh wajah. Supaya kantuknya hilang.
Namun, meskipun Hana sudah memakai baju seksi, Heri tetap tak melirik istrinya itu, sebab dia malah pergi ke kamar mandi dengan jas yang dilempar ke keranjang kotor. Dia sudah terlalu kenyang di luar sana.
Hana tak berkecil hati, ia tahu bahwa Heri butuh waktu untuk membersihkan diri. Seperti yang sudah-sudah pria itu tidak akan pernah lelah untuk urusan yang satu ini.
Sebelum Heri keluar, Hana menyisir rambutnya dan kembali menyemprotkan minyak wangi.
Dia terus menebar senyum, berharap rencananya malam ini sesuai ekspektasi. Namun, saat yang ditunggu-tunggu itu telah tiba, Heri justru langsung berbaring di atas ranjang.
Jangankan melirik Hana, merasakan kehadiran wanita itu pun sepertinya tidak.
"Her," panggil Hana dengan raut kecewa.
"Hem."
"Aku sudah menunggumu dari tadi lho."
"Terus? Aku capek banget, Hana, jadi biarkan aku beristirahat, karena besok aku harus kembali bekerja. Bos benar-benar memeras tenaga dan pikiranku."
"Tapi—"
Heri langsung menutup telinganya menggunakan bantal, mengisyaratkan bahwa dia tidak mau diganggu.
Hah!
Yah Hana hanya bisa menghela nafas panjang. Tubuhnya pun ikut terasa lemas.
*
*
*
Kopi sama kebonnya jangan lupa disirem gaes🤏🤏
🤭🤭🤣🤣🤣🤣🤣🤣🏃🏃
liat Hana d'jadikan istri oleh El...
dan kejang² pas tau klo El pemilik perusahaan...
dan saat itu terjadi., Aku akan mentertawaknmu layangan
wah ini berita bagus untuk nya bukan kah dia msh mengharap kan Hana 🤭
selamat hari Raya idul Fitri mohon maaf lahir dan batin untuk semua readers dan othor kesayangan Nita mohon maaf lahir dan batin 🙏🥰🤗
Bagus han? aku suka gaya eloo...pokoknya siapapun yang berani nyakitin kamu, bls han? lawan..jangan pernah diam saja dan mempersilahkan orang lain menginjak-injak harga dirimu.
makasih ya thor masih nyempatin buat up😁
dan buat nyonya sarah kita tunggu reaksi mu saat tau menantu yg di inginkan tak sebaik menantu yg kau sia"kan 😅😅