Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
"Pagi Bu Anjani," sapa Sinta sedikit takut.
"Kamu bukannya Sinta," sahut Anjani.
"Wah, Bu Anjani masih ingat saya!" Sinta terlihat bahagia di wajahnya.
"Tentu saya ingat," sahut Anjani, "orang yang sudah menjebak saya dulu, kan?"
Muka Alexa langsung berubah jadi murung. "Maaf ... ."
"Bu Anjani, kita harus ngomong!" ucap Dara.
"Kamu ngapain lagi kesini?" tanya Anjani langsung berlalu ingin membuka toko dan Roy dari tadi mengamati mereka berdua.
"Alexa ada rencana jahat sama Ibu," sahut Dara tiba-tiba.
"Bener Bu," imbuh Sinta.
"Saya tahu itu," ucap Anjani.
"Jadi Ibu percaya sama kita?" tanya Sinta.
"Dari dulu kan kamu sama Dara, juga Alexa emang sudah jadi kacungnya Alexa," sahut Anjani kemudian masuk.
Dara dan Sinta saling tatap, mereka sadar diri jika Bu Anjani masih sakit hati.
"Tapi Bu," ucap Sinta lagi masuk menghampiri Anjani yang siap melukis, "Alexa nyuruh kita biar jadi pelanggan Ibu, terus juga kalau sudah selesai, kita disuruh kabur, biar ibu kecapean, rencana ini dijalankan saat Ibu sama Gavin bercerai, lalu saya denger lagi ada rencana lain dari Alexa, sayangnya kita nggak tahu. Yang tahu rencana itu cuma Alexa sama Tante Davia."
Tangan Anjani berhenti melukis, lalu matanya menatap Sinta. "Saya tahu, Alexa emang pandai ngajak buat musuhi orang."
"Lalu Ibu nggak ngelawan gitu," ucap Dara.
"Ada saatnya kita ngelawan, terima kasih udah kasih tahu saya. Tapi sebaiknya kalian pulang aja, semakin lama lihat muka kalian ini bikin saya sakit hati."
"Ya ampun, Bu ..." ucap Dara lirih.
"Pedes banget omongannya," sahut Sinta.
"Ya sudah kita pulang aja," ajak Dara.
"Iya," sahut Sinta.
Tetapi Roy malah mengajak mereka kenalan. "Kalian siapanya Anjani?"
"Mas siapa?" tanya Dara.
"Saya Roy, pelanggan setia Anjani." Saat ini Roy mengulurkan tangannya dan kedua gadis itu membalas uluran tangan Roy.
"Saya Dara," ucapnya.
"Kalau saya Sinta," katanya lagi.
"Saya tertarik dengan ucapan kalian tadi, bisa ngobrol sebentar tapi nggak disini."
"Boleh, Mas," ucap Sinta.
"Mungkin Mas bisa bantu Bu Anjani," sambung Dara lagi.
"Oke, kita bertemu di Bara Food. Kalian tahu tempat itu, kan?"
"Tahu Mas," ucap Dara.
"Oke, kita ngobrol disana. Ayo kita pergi duluan, Dar," sambung Sinta.
"Iya," imbuh Dara lagi.
"Saya ngomong dulu sama Anjani, kalian jalan duluan." Roy kemudian masuk.
"Ada apa?" tanya Anjani.
"Saya ke kantor dulu yah," sahut Roy.
"Iya, ke kantor aja."
"Oke, yang semangat ngelukisnya."
"Hemm."
Sampai di Bara Food, mereka sudah duduk di meja.
"Mas Roy," panggil Dara saat melihat Roy.
"Kalian sudah pesan?" tanya Roy.
"Belum Mas," sahut Dara.
"Ya sudah, ayo kita masuk. Kalian pesan saja saya yang traktir," ucap Roy.
"Wah, beneran Mas Roy?" tanya Sinta tidak menyangka.
"Iya," sahut Roy.
"Oke, kita sikat Dar!" Sinta begitu semangat kalau masalah makanan. Keduanya langsung memesan makanan.
Tiba-tiba Bara muncul. "Siapa lagi, bro?"
"Bara," ucap Roy.
"Ada dua perempuan lagi," sahut Bara, "gebetan?"
"Apa sih, Bar!" kesal Roy.
"Oke, nanti kita ngomong yah." Bara langsung meninggalkan Roy bersama kedua temannya.
"Mas Roy kenal sama pemilik restoran ini?" tanya Dara.
"Teman saya," sahut Roy.
"Owh."
Pesanan pun datang, Dara dan Sinta begitu menikmati makanannya. Roy sendiri merasa aneh dengan kedua gadis ini.
"Pelan-pelan makannya," ucap Roy melihat Sinta.
"Sorry Mas Roy," sahut Dara, "temen saya ini lagi ngidam."
"Apa!" Roy terkejut.
"Iya, Mas Roy, Sinta ini sudah menikah dan dia lagi ngidam anak pertamanya." Dara menjelaskan status Sinta, "kalau saya sendiri sih, masih bertunangan. Doain yah Mas Roy, biar lancar nanti."
"Iya."
Sinta dan Dara selesai makan sampai sendawa.
"Nggak sopan banget sih!" kesal Roy.
Sinta dan Dara malah cengar-cengir, mereka tidak lagi kaku atau pun takut karena Roy tidak memasang muka datarnya karena ingin menggali informasi.
"Kalian ini siapanya Anjani?" tanya Roy.
"Saya muridnya Bu Anjani waktu SMA," sahut Sinta, "sama Dara juga."
"Jadi Anjani pernah jadi guru," ucap Roy.
"Iya, Mas Roy," sahut Dara lagi.
"Bisa ceritakan masalah tadi?" tanya Roy.
"Oke," sahut Sinta, "jadi gini Mas Roy." Sinta menceritakan semuanya tanpa dikurangi atau dilebihkan.
"Ya ampun," ucap Roy tidak menyangka.
"Alexa itu adik yang jahat, Mas Roy," sahut Dara.
"Jadi Gavin yang jadi suaminya ini juga ikut andil dalam pemecatan Anjani?" tanya Roy lagi.
"Iya," sahut Dara, "malah Bu Anjani itu sering dijadikan samsak sama mereka berdua. Karena Tante Davia selalu membenarkan apa yang dilakukan oleh Alexa, Mas Roy tahu nggak kalau Bu Anjani itu sering hampir terbunuh karena kelakuan mereka."
Diam-diam Roy mengepalkan tangannya. "Jadi selama ini Anjani menderita, begitu!"
Sinta dan Dara menyadari perubahan sorot mata Roy.
"Maaf, Mas Roy ..." ucap Dara lirih.
"Kenapa kalian bisa melakukan itu hah?" tanya Roy.
"Kita juga butuh uang, Mas Roy," sahut Dara.
"Omong kosong, kalian nggak harus jadi penjahat juga!" kesal Roy, "pantas aja Anjani itu kurang percaya diri."
"Emang Bu Anjani nggak percaya diri, Mas Roy?" tanya Sinta.
"Iya," sahut Roy, "tapi yang bikin saya nggak nyangka itu orang tuanya."
"Itu karena Alexa pandai membolak-balikan fakta, Mas Roy," ujar Dara lagi, "Bu Anjani nggak akan bisa ngelawan Alexa, karena ada Gavin juga Raka."
"Bener." Sinta setuju dengan ucapan Dara, "terlebih lagi, hubungan Alexa sama Raka itu udah nggak bener!"
"Maksudnya?" tanya Roy lagi.
"Raka sama Alexa itu pacaran sampai hubungan badan layaknya suami istri," sahut Sinta, "sedangkan, sama Gavin dia juga pacaran."
"Jadi sebenarnya Alexa ini–" ucap Roy kemudian terpotong dengan seseorang.
"Boleh saya gabung," sambung Pak Romi.
"Om Romi," ucap Sinta.
"Gawat," gumam Dara.
"Pak Romi," ujar Roy.
"Saya tertarik dengan pembahasan kalian," ungkap Pak Romi, "nggak nyangka saya, Nak Roy mengenal Anjani, menantu keluarga Anderson!"
"Owh, jadi Pak Romi ini mertuanya Anjani!" sahut Roy.
"Iya," ucap Romi lagi.
Sinta dan Dara merasakan ketakutan yang luar biasa, bahkan untuk bernapas saja rasanya sulit.
"Silahkan duduk, Pak Romi," ucap Roy.
"Terima kasih, Nak Roy," sahut Romi.
"Sama-sama," ucap Roy lagi, "jadi Pak Romi mau membahas apa?"
"Banyak," sahut Romi, "termasuk pembicaraan hubungan Gavin dan Alexa waktu SMA. Sama siapa tadi? Kalau nggak salah Raka yah?"
"Iya Om," ucap Dara.
"Om nggak marah, kan sama kita?" tanya Sinta.
Romi tersenyum. "Mana mungkin saya marah, justru saya ingin tahu lebih kelakuan Gavin saat di SMA."
"Owh, begitu yah. Jadi Om mau tahu kelakuan Gavin, begini Om, anak Om itu udah keterlaluan! Saya sama Dara nyesel bikin karir Bu Anjani hancur."
"Saya paham, tapi dari cerita kalian tadi sepertinya dulu juga pesuruh mereka, kan?" tanya Romi.
"Iya, Om," sahut keduanya.
"Lalu kenapa sekarang malah membantu Anjani?" tanya Romi.
"Itu karena ... ."
BERSAMBUNG
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍