Jezica adalah anak dari seorang Selebritis single parent. Jazica adalah anak seorang artis film papan atas sekaligus artis INFOTAIMEN. Info tentang ibunya selalu Hits di berbagai media. Hidupnya menjadi tidak biasa, dia jadi kehilangan Privacy karena menjadi anak seorang artis. Ibunya selalu sibuk, bahkan dalam sebulan bisa tidak pulang karena sibuk shooting di luar kota. Jazica merindukan kebersamaan dengan ibunya seperti dulu, saya ibunya masih menjadi guru les bahasa Inggris. Kehidupan keartisan ibunya mempengaruhi dirinya dalam bersosialisasi dan dalam banyak hal lainnya.
Akankah Jezica bisa mengatasi masalahnya sebagai anak selebritis?
Akankah Jezica bisa memenuhi harapan ibunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACASTAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NASIB PENCARI KERJA
Tidak ada yang punya cita-cita untuk menjadi istri kedua. Bahkan Bianca pun sama, Dia tidak terbayangkan jadi istri kedua. Sepeninggal suaminya, Bapaknya Jezica, dia mencoba peruntungan hidup di Jakarta. Berbekal ijazah SMA dia melamar bekerja di berbagai tempat, di rumah makan, resto, perusahaan, bahkan melamar jadi guru les bahasa Jepang karena dia bisa mengajar bahasa Jepang, pengucapan dan penulisan, dia belajar bahasa Jepang dulunya sama tetangganya yang jadi TKW ke Jepang. Dia punya impian berangkat ke Jepang juga jadi TKW, tapi karena uang tuk biaya keberangkatan jadi TKW sukar untuk ia dapatkan makanya ia urungkan niatnya.
Dengan membawa anaknya yang masih dua tahun, dia keliling untuk melamar kerjaan keliling area Perkotaan Jakarta. Tapi nihil. Dia juga harus membayar uang kontrakan dan harus membeli susu dan popok untuk anaknya, Jezica. Hingga sudah dua minggu putus asa mencari pekerjaan. Uangnya sudah menipis, persediaan bahan sembakonya semakin habis, ia menangis seharian di kamar kontrakannya. Kamar kontrakan yang berukuran 2x3 m yang hanya berisi satu buah kasur yang tergeletak di lantai dengan alas yang agak lusuh namun bersih. Itupun pinjaman dari pemilik kontrakan. Sebuah lemari plastik yang terdiri dari 3 rak yang terpajang di sudut kiri kamar. Di dalamnya terdapat pakaiannya, pakaian Jezica, dan popok yang baru milik Jezica. Lalu, ada kertas bekas bungkus mie goreng yang ia jadikan sebagai tempat penyimpanan susu anaknya. Di samping kerdus itu, ada meja kayu pendek dan panjang untuk tempatnya menaruh botol susu, gelas, piring, kompor, termos besar, dan satu termos kecil.
Hari itu dia sangat lelah dan sedih, dua Minggu berturut-turut ia berkeliling mencari kerja, hasilnya nihil, yang ada hinaan dan cemoohan dan orang yang dia datangi untuk melamar kerja adanya.
"Hei, ku mau melamar kerja atau mau piknik, bawa anak segala?"
"Tidak bisa, tidak bisa bawa anak kerja di sini!"
Atau suatu kali, saat ada di depan gerbang sebuah perusahaan, seorang satpam mengusirnya saat ia menyerahkan lamaran pekerjaan.
"Hei, hei....gak bisa..gak bisa, sana sana, tidak ada lowongan!"
Atau saat dia melamar ke sebuah toko di hari Selasa, yang ternyata pada hari itu tutup karena ada tanggal merah, dia lupa kalau sedang tanggal merah, seorang satpam sedang berjaga di area toko tersebut.
"Wah, toko lagi tutup, Dek, tanggal merah."
"Apa, boleh saya titip surat lamarannya, Pak?"
"Boleh sih, Dek. Mau masuk ke dalam bentar juga boleh."
"Tadi katanya tutup Pak?"
"Ya, boleh masuk dulu aja, lowongannya bisa titip ke saya, masuk dulu, " si satpam mengedipkan matanya ke Sukarsih. "Anaknya titip di pos satpam aja, aman!"
"Adeknya ikut saya aja dulu ke dalam, kayaknya capek banget, sayang banget masih muda udah hidup susah begini. Ke dalam dulu, ayok." Satpam itu mengedipkan matanya lagi, dan mulai mendekat ke Sukarsih.
"Sukarsih mulai paham maksud si satpam, dia lalu bergegas pergi. Maaf Pak, saya dak bisa!"
Si bapak satpam lalu naik pitam, diberikannya kembali ke surat lamaran beramplop coklat itu ke Sukarsih dengan kasarnya. "Gak ada lowongan di sini!" "Sok jual mahal."
Hingga malam itu, karena tangisnya yang terdengar dari tetangga sebelah kamar kontrakannya, tetangganya lalu mengetuk kamarnya. Dari tetangganya itulah dia mendapat pekerjaan jadi waiters, atau pelayan, di sebuah restoran makan. Dia senang sekali mendapat pekerjaan itu, dia mencari orang yang bisa mengasuh anaknya dari siang sampai malam karena kerjanya siff siang sampai malam. Syukurnya ia anaknya tidak terlalu rewel.
Sukarsih perempuan yang tidak banyak kemauan dia hanya mementingkan kebutuhan anaknya. Ia hanya membeli bedak ketiak dan bedak Mark untuk menghias wajahnya. Karena mukanya yang polos demikian dia mendapat teguran dari manajernya supaya sedikit berdandan saat bekerja. Karena dia waitress selain tapi juga harus menjaga penampilan. Maka saat gajian dia membeli sebuah lipstik dan sebuah bedak merk putri untuk mempercantik wajahnya. Dia senang sekali saat membeli produk tersebut. Untuk uang dia sangat hemat. Dia harus pintar-pintar memutar otak dan mengalokasikan uangnya. Ia membuat rincian anggaran pendapatan dan pengeluaran dengan cermat, hingga terkumpul uang untuk tabungan. Bahkan saat dari kampung dia mendapat kabar baiknya meninggal dia tidak perlu meminjam uang untuk ongkosnya pulang. Dalam rasa sedihnya ia pulang ke kampung Pasuruan untuk menemui jenazah bapak terakhir kali.