(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24
ISTRI 13 TAHUN
24
"Maaf Om, yang saya katakan tadi semuanya bohong tapi tentang perasaan saya kepada Pak Jaja itu benar Om. Saya benar-benar mencintai Pak Jaja setulus hati saya makanya saya nekat datang ke rumah Om. Saya mohon bujuk Pak Jaja agar menggagalkan pernikahannya Om," Air mata Asih semakin terurai membuat Pajajar muak bahkan ingin segera menendang gadis itu dari rumahnya. Gadis itu seakan hanya memberikan masalah saja di hidupnya, kemaren di sekolah dan sekarang di rumahnya. Satu kata yang pantas untuk gadis itu, TIDAK TAHU MALU!
Hendro mengusap wajahnya pelan, untung saja tadi dirinya tidak langsung menghakimi anaknya dengan memberikan bogeman di wajah tampan anaknya itu. Jika saja tadi Hendro gegabah, mungkin wajah putranya itu tidak akan mulus sampai hari pernikahan itu dilaksanakan. Jujur saja perbuatan gadis di depannya ini membuat Hendro di kuasai emosi sesaat. Bagaimana tidak emosi, pernikahan anaknya hanya menghitung hari dan kini seorang gadis bahkan datang ke rumahnya mengaku-ngaku sebagai pacar anaknya. Orang-tua mana yang tidak akan emosi di tambah lagi sebelum mengadakan acara lamaran putranya tidak pernah mengatakan memiliki kekasih, dan itu sudah membuat Hendro yakin jika sang putra sendiri alias jomblo.
"Apa kamu sadar perbuatan yang kamu lakukan baru saja bisa merugikan orang lain terutama anak saya, Pajajar. Andai kata tadi saya tidak bisa menahan emosi mungkin saja Pajajar sudah tidak berdaya untuk berdiri. Apa kamu berfikir sampai kesana sebelum melakukan hal yang akan membuat orang lain rugi?" Asih menunduk sambil menggeleng kepalanya. Karena dirinya memang tidak pernah berfikir sampai kesana. Yang dirinya pikirkan bagaimana caranya agar Pajajar tidak jadi menikah dan memilih menikahi dirinya saja.
"Maafkan saya, Om. Saya benar-benar bersalah."
"Ya sudah tidak apa-apa, ke depannya berfikir dulu sebelum bertindak agar kamu sendiri juga tidak rugi apalagi orang lain."
"Iya Om. Jadi bagaimana Om, apakah Om bisa membujuk Pak Jaja agar tidak menikahi wanita itu dan biarkan saya yang menikah dengan Pak Jaja," Dada Hendro panas mendengar ucapan gadis didepannya. Nyatanya gadis itu sungguh menguji kesabaran Hendro, padahal kalau wanita lain sudah pasti paham dengan semua ucapan Hendro. Tapi lihatlah gadis itu seakan berharap kepada hal yang jelas tidak akan dia dapatkan.
"Hehhh Kusih mau apa kau datang ke sini?" Mulyo keluar dari rumah rencananya dirinya akan pergi membeli bakso bakar di ujung jalan, tapi atensinya beralih kepada Asih, gadis yang dirinya kenal.
"Kamu kenapa sama gadis ini, Mulyo?" Rosiati menatap Mulyo penasaran.
"Iya Bu, dia itu dulu kakak kelas ku waktu di SMP," jawab Mulyo. Lagian baru satu tahun kurang ini dirinya tidak lagi melihat Asih bukan berarti dirinya tidak akan kenal dengan gadis itu.
"Tapi dia ngapain ke sini Bu, mau cari siapa?" Mulyo menatap Rosiati penasaran.
"Oh itu dia ngaku katanya pacar Mas Pajajar, Mulyo,"
"Hahahah, halu kau terlalu tinggi Kusih. Apa kejadian waktu di SMP dulu tidak kau jadilah pelajaran dan malah kau bawa sampai sekarang sudah duduk di bangku SMA. Ckckckc, padahal kau wanita tapi lihatlah kelakuan kau tidak mencerminkan seorang wanita terhormat, malah seperti pengemis cinta yang tak berujung. Malu sedikit jadi wanita itu, jangan malah merendah seperti ini."
Asih merasa malu karena ucapan Mulyo, dirinya bahkan tidak pernah menyangka jika Mulyo adik dari guru yang di sukainya. Kalau tahu begini dirinya memiliki mengejar Pajajar di sekolah saja, tapi apa dikata jika nasi sudah menjadi bubur.
TBC