NovelToon NovelToon
Greend-Eye Monster

Greend-Eye Monster

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Misteri / Matabatin / Pemain Terhebat / Hantu
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Kisah dari sebuah game horor akan menjadi nyata mengikuti kisah yang aku alami, ini di sebut "Greend-Eye Monster" dalam psikologi ini di sebut "gangguan mental"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27: Coward

"Sebenarnya, pria yang kau kenal dan mengaku sebagai tetanggamu itu, dialah yang membunuh lelaki pemilik rumah ini sebelumnya," kata monster itu, membuat Elmera dan Axe yang mendengarnya terkejut.

"Apa?! Apa maksudmu? Bagaimana kau bisa berpikir begitu?"

"Hei, aku sudah ada di sini sangat lama. Pria itu membunuh pemilik rumah ini, dan aku tak tahu bagaimana ceritanya. Yang pasti, dia mengubur sesuatu di dalam tembok di belakang kaca kamar mandi. Aku memang selalu bersembunyi di tembok, tapi aku tak bisa menjangkau apa yang dia kubur di dalam tembok. Jika kalian tidak percaya padaku, tanyakan saja padanya. Dialah yang juga telah menjual rumah ini..."

"Apa?! Menjualnya adalah dia?! Tapi, Axe, siapa nama penjualnya?"

"Di informasinya, aku hanya melihat nama penjualnya adalah nama saudara korban... Jadi aku percaya saja..." balas Axe.

"Jadi, Mehzid itu... Dia mengaku sebagai saudara korban dan menjual rumahnya padaku... Sial, jadi karena itulah dia saat itu bisa masuk ke dalam rumahku ini?! Dia juga sangat mencurigakan, bagaimana dia tahu bahwa aku sedang butuh bantuan dalam ketakutan... Aku bahkan tak berteriak sangat keras..." kata Elmera.

"Sepertinya bukti itu sudah jelas... Kenapa kau tidak memberitahu Nona Elmera lebih awal?" tanya Axe pada monster itu.

"Aku, aku rencananya ingin memberitahu sekarang, setelah aku pergi tadi, tapi rupanya kita harus menghadapi hal lain..." balasnya.

"Sudahlah, Axe, aku minta bantuanmu..." tatap Elmera.

Lalu Axe berdiri. "Aku akan melakukannya..." Dia kemudian berjalan pergi dari sana.

Setelah dia pergi, Elmera menghela napas panjang lalu menatap ke arah monster itu. "Hei, sekali lagi, terima kasih... Ke depannya, aku akan menjadikanmu sebagai bagian dari diriku... Bisakah kamu membantuku ketika aku mengalami masalah yang seperti ini lagi? Maksudku, mungkin berkaitan dengan hantu? Roh? Kamu bisa memakan mereka..."

"Tentu, Elmera... Kalau begitu, aku pergi dulu..." Monster itu membalas, lalu perlahan menghilang ditelan tembok.

Sementara itu, Axe sudah ada di depan pintu rumah milik Mehzid dengan tatapan datar dan serius.

Tanpa pikir panjang, dia langsung menggedor pintu rumah Mehzid dengan berisik.

Mehzid, yang sedang tidur di dalam, langsung terbangun dengan terkejut. "Apa! Apa itu?" Dia masih bingung sambil mengumpulkan nyawanya.

Karena terus berisik, dia menekan telinganya dengan kesal. "Hiss... Berisik! Tidak sopan sekali mengganggu begitu!" Dia langsung berdiri dan berjalan membuka pintu.

"Apa?!" Dia langsung menatap kesal, tapi nyalinya menciut ketika melihat Axe yang lebih tinggi dan besar darinya, bahkan aura Axe sangat mencekam, seperti ingin membunuhnya.

Mehzid mencoba bersikap baik. "Eh... Hei, bro... Ada apa?" Tatapnya, mencoba mencairkan situasi.

Tapi tiba-tiba Axe mengepal tangan dan memundurkan tangannya akan memukulnya.

"Akh!! Hentikan! Kau mau memukulku! Kau tidak jelas sekali! Pergilah dari sini, bro, aku akan memanggil polisi jika kau tidak pergi..." tatapnya dengan kesal.

Axe lalu mengatakan sesuatu dengan nada berat. "Kalau begitu, hubungi cepat dan akui kejahatanmu tanpa aku paksa..." tatapnya.

"Apa?! Apa maksudmu?!" Mehzid awalnya bingung.

Lalu Axe menambahkan, "Banyak bicara?" Dia langsung memukul wajah Mehzid, membuat pandangan Mehzid gelap dan pingsan.

Ketika bangun, Mehzid membuka matanya dengan lemas dan pipi yang lebam. "Ugh... Sial... Kepalaku..." Dia mencoba melihat sekeliling dan rupanya dia terikat di kursi di tengah-tengah ruangan gelap.

Ia tak bisa melihat dengan jelas, lalu perlahan melihat tubuh Elmera yang berjalan di hadapannya. Dia berdiri tegak, menatap tajam ke arah Mehzid.

"Apa yang terjadi?" Dengan lemas, Mehzid melihat ke sekitar, dan kebetulan melihat kamar mandi yang berisik seperti suara bor. Sudah jelas, Mehzid ada di rumah Elmera yang baru itu.

Ketika melihat ke arah kamar mandi, Axe keluar dengan membawa karung hitam kecil. Dia meletakkannya di bawah mereka. "Aku sudah mengebor di belakang kaca kamar mandi. Di temboknya ada ini..." tunjuknya pada Elmera.

Elmera dengan rasa jijik membuka karung itu, dan ternyata ada kepala tengkorak di dalamnya, membuat Elmera terkejut. Bahkan, tak hanya itu, ada tulang-tulang kecil yang pasti sudah dicacah. Itu pasti mayat dari sang pemilik rumah.

"Sialan kau, brengsek!" Elmera yang kesal langsung menendang wajah Mehzid yang terkejut. "Ugh!!"

Axe meneliti tulang-tulang itu lebih lanjut sementara Elmera meminta kebenaran dari Mehzid. "Jadi kau yang membunuhnya?!"

Mehzid, yang masih terikat di kursi dengan pipi lebam dan pandangan kabur, mencoba meresapi situasi. Rasa sakit menyebar di sekujur tubuhnya, tapi lebih besar dari rasa sakit fisik adalah ketakutan yang mulai merayap ke dalam dirinya. Dia berusaha tetap tenang, meskipun situasi ini membuat jantungnya berdegup kencang.

"Apa... Apa maksud kalian?" gumamnya dengan suara serak. Dia mencoba menatap Elmera dan Axe, matanya mencari penjelasan. "Aku tidak membunuh siapa pun! Kalian salah!"

Elmera mendekatkan wajahnya, tatapannya tajam seperti pedang. "Salah? Lalu ini apa?!" Dia menunjuk karung yang di dalamnya berisi tengkorak dan tulang-tulang kecil. "Itu kepala pemilik rumah ini sebelum aku membelinya. Kau mengaku tidak tahu?!" Nadanya semakin tinggi, penuh kemarahan.

Mehzid menolehkan wajahnya, mencoba menghindari tatapan tajam Elmera. "Aku... Aku tidak tahu! Aku cuma menjual rumah ini! Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan pemilik sebelumnya!"

"Berhenti berbohong!" bentak Elmera, suaranya menggema di ruangan. "Kami menemukan mayatnya di dalam tembok, tepat di tempat yang kau kubur. Monster itu melihat semuanya!" Dia menatap Mehzid dengan penuh kebencian, sementara Axe berdiri di belakangnya, diam tapi penuh ancaman.

Mehzid menggeleng-gelengkan kepala, air mata mulai terbentuk di sudut matanya. "Aku tidak tahu! Aku tidak tahu apa-apa!"

Elmera memegang dagu Mehzid dengan kasar, memaksanya untuk menatapnya. "Jangan mencoba mempermainkan kami, Mehzid. Kami tahu semua ini adalah ulahmu. Kau membunuh pemilik rumah ini dan menjualnya padaku. Sekarang, kau akan mengakui semuanya, atau aku akan memastikan hidupmu menjadi mimpi buruk yang tak berakhir."

Axe, yang berdiri di samping, mendekatkan diri, memegang bahu Mehzid dengan tangan besarnya, menekan keras, membuat Mehzid menggeliat kesakitan. "Katakan, Mehzid. Kami tidak punya banyak waktu. Kau menghabisinya, bukan? Pemilik rumah ini. Apa alasannya?" suaranya rendah dan penuh intimidasi.

Mehzid berusaha menahan tangisnya. Tubuhnya gemetar di kursi. "Aku... Aku hanya ingin uang. Aku berutang banyak kepada orang yang sangat berbahaya," akhirnya kata-katanya mulai keluar dengan susah payah. "Aku meminjam dari rentenir untuk bisnis, tapi semuanya gagal. Mereka datang kepadaku, mengancam akan mengambil nyawaku jika aku tidak membayar tepat waktu."

Elmera menatapnya dengan penuh kebencian. "Itu alasanmu untuk membunuh seseorang? Uang?"

Mehzid menggelengkan kepala dengan cepat, panik. "Tidak, tidak begitu! Aku awalnya tidak berniat membunuh! Aku... Aku mendengar bahwa pemilik rumah ini adalah seorang lelaki yang tinggal sendiri. Aku berpikir, jika aku bisa menyusup dan mencuri sesuatu yang berharga, aku bisa membayar utangku."

Axe menekan bahunya lebih keras, membuat Mehzid merintih kesakitan. "Lanjutkan," perintahnya dingin.

Mehzid terisak, suaranya pecah-pecah. "Aku masuk ke rumahnya malam itu. Aku pikir dia sedang tidur... Tapi dia bangun! Aku panik, aku tidak tahu apa yang harus dilakukan! Kami bertengkar, dan aku... Aku tidak sengaja mendorongnya ke arah meja. Dia jatuh... dan kepalanya terbentur keras..."

Elmera menggelengkan kepala dengan jijik. "Jadi kau membunuhnya. Dan bukannya mencari pertolongan, kau malah memutuskan untuk menguburnya di dalam tembok kamar mandinya?"

"Ya! Aku takut! Aku takut mereka akan menangkap ku, dan aku tidak bisa membayar utangku! Aku berpikir jika aku menguburnya dan menjual rumahnya dengan cepat, aku bisa mendapatkan uang dan kabur sebelum ada yang menyadarinya..." Mehzid menangis semakin keras. "Tapi itu semua salah! Semuanya salah! Aku terjebak dalam utang dan ketakutan!"

Elmera, yang mendengar pengakuan itu, tidak sedikit pun merasakan simpati. Baginya, Mehzid hanyalah pengecut yang tega menghilangkan nyawa seseorang demi menyelamatkan dirinya sendiri. "Kau bukan hanya pengecut, Mehzid. Kau adalah monster yang sesungguhnya. Kau membunuh orang tak bersalah demi kepentinganmu sendiri, dan sekarang kau mencoba menyalahkan keadaan."

Mehzid terisak, memohon. "Tolong... Tolong, aku tidak ingin mati... Aku melakukan ini karena terdesak! Aku... aku hanya mencoba bertahan hidup..."

Axe mendengus, melepaskan cengkeramannya pada bahu Mehzid, tapi tetap menatapnya dengan tatapan mengancam. "Hidup yang kau curi dari orang lain tidak akan pernah bisa kau ganti. Apa pun alasanmu, perbuatanmu tidak bisa diampuni."

Elmera berdiri tegak, menatap Mehzid dengan dingin. "Aku akan memastikan kau membayar atas apa yang kau lakukan. Polisi akan menangkap mu, dan kau akan menghabiskan sisa hidupmu dalam penjara. Setidaknya, di sana kau akan mendapat balasan yang layak."

Mehzid semakin tersudut. "Tidak! Tidak, tolong! Jangan serahkan aku pada polisi! Aku akan dibunuh di penjara! Mereka yang aku berutang akan mengejar ku sampai mati!"

Elmera hanya tertawa kecil, sebuah tawa pahit yang penuh dengan kebencian. "Kau takut mati sekarang? Setelah apa yang kau lakukan?" Dia berbalik, meninggalkan Mehzid yang terikat di kursi. "Nikmati sisa waktumu, Mehzid. Karena di sini, di rumah ini, semuanya akan berakhir untukmu."

Axe, tanpa kata-kata, mengikuti Elmera keluar dari ruangan, meninggalkan Mehzid yang menggigil ketakutan. Ruangan itu semakin terasa dingin, seakan keadilan yang tak terlihat akan segera menjemputnya.

Di luar, Elmera menghela napas panjang. "Aku benci berurusan dengan orang seperti dia... Seorang pengecut yang membunuh demi uang."

Axe menatap langit malam yang kelam. "Setidaknya sekarang kita tahu kebenarannya. Mayat itu sudah ditemukan, dan Mehzid sudah mengaku. Ini akan selesai segera."

Elmera menatap jauh ke depan, menyadari bahwa, meskipun masalah ini mungkin segera berakhir, bekas luka dari kejadian ini akan tetap tertinggal di pikirannya. "Ya, tapi tidak akan pernah benar-benar berakhir, bukan?"

Axe hanya mengangguk pelan, menatap rumah tempat mereka baru saja keluar, yang sekarang menjadi saksi bisu dari dosa dan penebusan.

Setelah itu polisi datang, dia mendengarkan penjelasan Elmera dan Axe, setelah mendapatkan penjelasan bukti juga tulang tulang yang di bawa, akhirnya Mehzid juga di bawa oleh polisi. Dan hal ini sudah berakhir, tak akan ada yang mengganggu lagi.

Elmera tampak menghela napas panjang. "Huf.... Akhirnya, kita bisa istirahat..." tatapnya pada Axe yang berdiri di samping nya, mereka masih menatap mobil polisi yang pergi dari halaman rumah.

Lalu Axe menatapnya. "Lalu, apa yang akan dilakukan sekarang?"

"Untuk sebentar, tinggalah di sini, aku akan membiarkan mu tidur di sofa, karena kamar hanya satu... Kau tidak keberatan bukan? Apakah paman ku akan mencari mu?" tatap Elmera.

Axe hanya tersenyum kecil. "Tidak akan, terima kasih sudah mengizinkan aku untuk di sini sebentar lagi..." kata Axe, mereka saling berbicara di bawah langit malam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!