Rara Danira, seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya raya, namun kurang perhatian dari keluarnya.
Suatu saat dia masuk ke dalam sebuah situs terlarang dan mencari seorang laki-laki dewasa untuk menjadi sugar baby.
Levis Morelli, seorang laki-laki berusia 37 tahun yang mencari sugar baby untuk melampiaskan segala hasratnya, namun tidak ingin menikah karena di tidak percaya dengan yang namanya pernikahan.
Akankah keduanya bisa menjalani kehidupan ini dengan baik? atau malah menjadi Boomerang bagi mereka sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Sekolah
Pagi-pagi sekali Rara sudah keluar dari rumahnya karena dia tidak ingin bertemu dengan orang tuanya. Dia malas bicara dengan mereka karena masih meras kesal. Bagaimana dia tidak kesal karena mami dan papinya merasa tidak bersalah atas apa yang mereka perbuat. Bahkan yang membuatnya semakin kesal lagi saat dengan mudahnya mereka selalu mengungkit soal harta dan materi.
"Loh, Rara belum bangun, bi?" tanya Danira ketika dia dan suaminya sudah sampai di meja makan. Tapi tidak melihat putrinya di saa.
Bik Jum terkejut saat nyonya rumah bertanya di mana keberadaan putrinya. "Bukannya non Rara udah berangkat pagi ini ya buk? Soalnya kan ini hari non Rara ada lomba di sekolah. Katanya sih lomba berkuda." ucap bik Jum yang membuat kedua orang tua itu langsung terkejut ketika mendengar penuturan dari pembantu rumah tangga mereka jika ternyata Rara menjalani pertandingan di sekolahnya hari ini. .
Mereka memang mengetahui jika putri mereka itu menyukai dunia berkuda. Tapi mereka tidak tau jika hari ini adalah hari pertandingannya.
"Berkuda bi? Tapi kenapa saya gak tau ya bik?" tanya Danira yang tidak mengetahuinya tentang hal itu.
"Rara gak ada ngomong kalau hari ini ada pertandingan di sekolah." lanjutnya lagi karena memang Rara tidak bicara apa pun tentang hal ini.
"Bagaimana kamu ingin tau tentang putrimu jika kamu saja masih sangat sibuk dengan dunia mu sendiri." ujar Anton yang membuat Danira tidak terima atas apa yang di katakan suaminya.
"Kamu yakin ngomong itu sama aku, Anton?" tanya Danira sambil menatap tidak percaya pada suaminya.
"Memang iya bukan? sudah berapa kali aku mengatakan untuk berhenti bekerja, dan diam di rumah. Aku masih mampu bahkan sangat mampu jika hanya untuk mencukup kehidupan kita semua. Tapi apa, kamu malah sibuk dengan dunia mu sendiri dan mengabaikan perkembangan putri kita. Seharusnya Kamu itu ibunya, di rumah. Menemani tumbuh kembangnya dan menjadi teman untuknya. Bukan malah sibuk sendiri dan mencari ketenaran di luar sana."
Danira benar-benar tidak percaya dengan apa yang di jelaskan suaminya. Bagaimana bisa laki-laki ini mengatakan hal dengan begitu mudahnya tanpa memikirkan hal ini lebih dulu. Sungguh, rasanya dia benar-benar tidak percaya dengan smua ini. Semua yang menurutnya tidak pantas untuk mereka bicarakan.
"Kamu bilang aku terlalu sibuk? Lalu bagaimana dengan kamu? Bukankah ada pepatah mengatakan jika seorang ayah adalah cinta pertama bagi putrinya bukan? Lalu pa yang kamu sudah lakukan untuk putri kamu selain materi yang menurut kamu banyak ini, Anton? Apa pernah kamu mendengarkan putri mu bercerita banyak hal? seperti apa yang dia lakukan di sekolah, atau mungkin laki-laki yang dia sukai dan siapa yang menyukainya. Apa kamu pernah bertanya bagaimana perasaannya? Aku rasa tidak. Kamu tidak pernah melakukan tugas lain sebagai seorang ayah selain memberikan materi yang berlimpah ini. Jangan pernah mengalahkan ku atas apa yang kamu juga melakukannya!" tutur Danira.
Dia merasa kecewa karena Anton bisa bicara dan mengatakan hal seperti itu dengan begitu mudahnya. Menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi saat ini. Padahal dia juga harusnya bertanggung jawab atas Maslaah ini bukan?
"Danira!" seru Anton yang tidak terima atas penuturan wanita itu padanya.
"Pak, udah dong pak. Jangan ribut terus sama ibuk. Saya gak bermaksud untuk ikut campur. Tapi tolong jangan saling mengalahkan. Non Rara itu butuh ibu sama bapak sekarang. Kalau saya boleh kasih saran, mending ibu sama bapak datang ke sekolah buat hadirin pertandingan non Rara. Pasti Non Rara seneng di datengin ibu sama bapak." ujar Bik Jum yang berusaha menghentikan perdebatan di antara kedua majikannya.
Seharusnya mereka bersatu dan kompak untuk menghadiri acara pertandingan putri mereka. Bukan malah berdebat seperti ini.
Anton merasa tertampar dengan penuturan dari pembantunya. Sungguh, bik Jum jauh lebih mengerti Rara dari pada mereka sendiri sebagai orang tuanya.
"Pak..." panggil bik Jum saat melihat majikannya ingin pergi dari meja makan.
"Ada apa, bik?" jawab Anton ketika bik Jum memanggilnya.
"Saya boleh ikut gak pak? Kalau boleh, saya pengen ikut dan liat non Rara bertanding. Non Rara pernah bilang kalau non Rara mau bawa saya ke sekolah buat liat non Rara tanding. Jadi apa boleh saya ikut, pak?" tanya bik Jum yang berusaha meminta izin dari majikannya.
Anton sendiri mulai berpikir untuk hal ini. Apakah dia harus membawa pembantu rumah tangga mereka untuk ikut tau tidak.
Bik Jum sendiri sudah mulai berkecil hati untuk hal ini. Dia merasa bahwa tidak mungkin majikannya mau membawa dirinya pergi bukan?
Dia hanya pembantu saja, jadi mana mungkin mereka mau membawanya pergi. Di saat bik Jum mulai putus asa, tiba-tiba saja Anton menganggukkan kepalanya untuk hal ini.
"Yaudah, bibi siap-siap. Saya tunggu di mobil nanti. Oh iya, bik. Tolong siapin makanan dan minuman kesukaan Rara ya. Sebentar lagi kita akan berangkat." jelas Anton.
Dia pergi kembali ke kamarnya dan melihat istrinya yang sedang bersiap. Anton melihat istrinya yang sudah siap dengan penampilannya untuk menghadiri acara di sekolah Rara.
Tanpa mengatakan apa pun Danira pergi melewatinya begitu saja tanpa sepatah kata. Terserah dia ingin melakukan apa. Yang jelas kami ini mereka akan hadir di sekolah Rara untuk menjadi penyemangatnya.
Tapi, di saat mereka ingin berangkat ponselnya berdering dan itu penggilan masuk dari asisten pribadinya.
"Ada apa Wira?" tanya Anton ketika asisten pribadinya menghubungi.
"Nanti ada meeting jam 12 dengan Mr. Levis pak," jelas Wira yang membuat Anton kembali berpikir untuk itu.
Bagiamana dengan pertandingan putrinya. Proyek ini sangat penting baginya, tapi bagaimana dengan Rara dan pertandingannya?
"Pak, bapak dengar saya?" tanya Wira yang tidak mendapatkan jawaban apa pun dari bosnya.
"Baiklah, saya akan datang jam 12 nanti. Kamu kirimkan saja di mana lokasinya." jawab Anton setelah memikirkan hal ini.
"Baik, pak." jawab Wira yang mengakhiri hubungan itu.
"Masih saja membahas pekerjaan." sindir Danira yang hanya bisa menghela nafasnya saja dengan hal ini.
Di saat seperti ini pun Anton masih bisa membahas tentang pekerjaan dan menurutnya itu sangat luar biasa sekali.
Anton sudah hendak menjawab istrinya, tapi bik Jum langsung memberikan isyarat untuk tidak mendebat Danira karena mereka bisa terlambat untuk menghadiri pertandingan Rara di sekolahnya.
"Udah, pak. Nanti kita terlambat." kata bik Jum yang berhasil membuat Anton sedikit bisa lebih mengontrol dirinya lagi.
"Masuk, bik." Anton membukakan pintu mobil untuk pembantu rumah tangga mereka yang sudah lama ikut dengan mereka.
Bik Jum tersenyum ketika majikannya bisa lebih mengontrol dirinya lagi.
***
biasanya terjadi peristiwa seperti ith dulu baru semua masalah terselesaikan🙂
mending buang aja😌
sini aku jitak kepalamu anton biar sadar
😡😡😡
🙏👍🌹❤😁