Arash, seorang pemuda biasa dari bumi yang berpindah ke Planet Pluto, tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi bagian dari pasukan militer. Namun, keadaan membuatnya harus memutuskan itu.
Setelah mengambil keputusan itu segalanya tampak berubah tiba-tiba sebuah sistem misterius aktif dalam pikirannya!
[Ding! Sistem penghargaan militer tertinggi diaktifkan!]
Sejak saat itu, Arash bukan lagi prajurit biasa. Dengan bakat SSS yang langka, ia memiliki potensi yang melampaui semua manusia.
Satu hari latihannya setara dengan sepuluh hari orang lain, dan keterampilannya berkembang dengan kecepatan luar biasa.
Namun, tantangan di Pluto jauh lebih mengerikan dari yang ia bayangkan.
Di planet ini, umat manusia berperang melawan monster ganas yang terus berevolusi dan mengancam kepunahan seluruh umat manusia.
Para pejuang umat manusia terus bertempur tanpa henti demi bertahan hidup.
Saat peperangan besar semakin dekat, Arash menyadari bahwa musuh terbesar bukan hanya mon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Instruktur Tiger menyeringai dengan matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. "Menurutmu siapa yang bakal jadi kuda hitam dalam turnamen kali ini?" Tanya kepada intruktur disebelahnya.
Instruktur Bear, yang selalu bersikap tenang dan acuh tak acuh, terdiam sejenak sebelum menjawab. "Matahari dan Bulan, Suga, dan Baiq."
Tiger melambaikan tangan. "Aku tidak berbicara tentang mereka. Itu sudah jelas. Aku bicara tentang tim yang tidak terduga tapi punya peluang besar."
Instruktur Bear menghela napas ringan, matanya menerawang sebelum akhirnya berkata, "Tim Elang dan Tim Shan, Mereka tidak sekuat tiga tim unggulan, tapi mereka punya strategi yang menarik."
Tiger mengangguk. "Kupikir begitu juga." Ia kemudian menyipitkan mata. "Lalu menurutmu siapa yang paling mungkin masuk tim utama?"
Kali ini, Instruktur Bear ragu lebih lama. Tatapannya melirik ke arah Tim Matahari dan Bulan. "Itu tergantung pada Arash."
Ingatan tentang masa lalu muncul dalam benaknya—ketika ia mengajari Arash dasar-dasar tombak, pemuda itu sudah berada di tingkat Pejuang Tier 1 Level 5. Jika dia mencapai tingkat Enam, maka tim lain tak akan bisa menandingi mereka. Ditambah dengan kehadiran Ning yang tidak bisa diremehkan, tim itu semakin mengerikan.
Tiger tersenyum lebar. "Arash itu anak yang menarik. Aku ingin lihat sejauh mana dia bisa melangkah."
Dan akhirnya, saat yang ditunggu tiba. Babak pertama dimulai.
Pertarungan Tim Matahari dan Bulan
Nama tim mereka muncul dalam undian. Lawan mereka? Tim Yong. Sebuah tim yang terdiri dari seorang pengintai, dua ahli api, dan dua hantu air.
Arash berdiri di tengah timnya, matanya menatap tajam ke arah lawan. "Jangan lengah," katanya pelan tapi tegas.
Tim Yong jelas gugup. Mereka tahu reputasi Tim Matahari dan Bulan. Namun, tak ada pilihan selain bertarung.
Dua ahli api dari Tim Yong langsung menyerang, diikuti oleh pengintai mereka yang bergerak cepat. Mereka mencoba menekan Tim Matahari dan Bulan di awal.
Namun Arash tetap tenang. "Xin, Gemuk, mundur. ning, Apit, maju!"
Tanpa ragu, Eza menerjang ke depan. Dengan tubuh besarnya dan bakat peningkatan kekuatan tingkat B, dia menghadapi dua ahli api itu sendirian. Suara pukulan berdentum di udara, api menyala di sekeliling mereka.
Di sisi lain, pengintai lawan mencoba memanfaatkan kesempatan untuk menyerang Apit. Namun sebelum ia bisa melakukannya, bayangan hitam muncul di hadapannya.
Ning.
Tanpa peringatan, Ning melayangkan tendangan. Pengintai itu bahkan tak sempat bereaksi sebelum tubuhnya terhempas ke tanah. Pandangannya kabur, sebelum akhirnya gelap.
"K-kau… pejuang Tier 1 level empat?" Itu adalah kata terakhir yang keluar dari bibirnya sebelum pingsan.
Dua hantu air dari Tim Yong yang tadinya mengintai pun tertegun.
"Apa-apaan ini?! Kenapa kapten kita tumbang begitu saja?!"
Mereka tak punya waktu untuk berpikir lebih jauh karena di sisi lain eza sudah menyelesaikan pertarungannya. Dua ahli api itu kini terkapar tak berdaya.
Di podium, para instruktur terdiam. Kapten Zha, seorang pengintai tingkat ketiga, menyipitkan mata. "Tim Matahari dan Bulan... mereka berkembang pesat."
Meskipun pertarungan itu singkat, ia bisa melihat kejelian taktik Arash. Eza menahan musuh utama, Ning menghabisi pengintai, sementara anggota lainnya bersiap menghadapi ancaman terakhir. Itu adalah strategi yang bersih dan efisien.
Babak Kedua: Melawan Tim Baiying
Tim Matahari dan Bulan dengan mudah melaju ke babak berikutnya. Namun lawan mereka kali ini jauh lebih tangguh.
Di seberang arena berdiri Tim Baiying—satu-satunya tim yang seluruh anggotanya perempuan.
Ketika mata Eza dan Apit bertemu, keduanya saling melirik sebelum tersenyum lebar.
"Ini akan menyenangkan," bisik Eza dengan nada bercanda.
Kapten tim Baiying, Lin Bai, melangkah ke depan dengan senyum percaya diri. "Aku sudah lama mendengar tentang Tim Matahari dan Bulan," katanya santai. "Tapi aku tidak menyangka akan bertemu kalian secepat ini."
Aash memperhatikannya dengan serius. Ada sesuatu yang aneh tentang Lin Bai ini.
Saat pertempuran dimulai, ia segera tahu apa itu.
Begitu instruktur memberi aba-aba, Lin Bai tidak menyerang—melainkan melayang ke udara, tertiup angin seperti daun yang terbawa badai.
"Persetan!" Eza mengumpat kaget. "Bakat khusus?"
Apit juga terkejut. "Dia punya kekuatan angin?"
Ning mengamati dengan mata tajam. "Lin Bai memiliki bakat khusus sistem angin. Penyihir angin. Level A."
Arash tersentak. Level A? Itu sangat langka.
"Jangan lengah," katanya cepat. "Kita tidak bisa menganggap enteng pertarungan ini."
Dan dengan itu, babak kedua pun dimulai.