"Jodoh putriku ada diantara kedua putramu." Itu kalimat terakhir yang dikatakan Verharg kepada Johan sebelum meninggal.
Leah Gracella, setelah kematian kedua orang tuanya ia diangkat menjadi bagian dari keluarga bangsawan Royce. Johan meyakini apa yang dikatakan Verharg, sehingga setelah Leah dewasa ia menjodohkan nya dengan putra sulung yaitu Austin Royce.
Johan sudah yakin pilihannya tepat. Namun tanpa sepengetahuannya suatu hal besar telah terjadi, Leah terlibat one night stand dan diam-diam tengah mengandung anak dari putra kedua Johan yaitu Alister Royce.
Lalu siapakah jodoh yang tepat untuk Leah? Austin atau Alister?..
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Leah mengernyitkan dahi dengan kalimat yang Alister lontarkan. Bukankah rasanya ambigu mengatakan lapar setelah menghisap dan menjilat telunjuk Leah yang berdarah?.
"Lapar apa yang dimaksudnya?."
Lagi-lagi mata itu mata dengan sorot tajam seolah menenggelamkan Leah semakin dalam. Leah menarik tangannya dan mengalihkan pandangan. Setiap kali berinteraksi dengan Alister, ada perasaan mengganjal yang sulit dijelaskan. Entah kenapa, perlakuannya selalu membuat Leah lebih peka, seolah meningkatkan sensitivitasnya tanpa bisa ia kendalikan.
"L-lapar? bukankah sekarang di mansion waktunya makan malam? kenapa anda malah datang ke sini?." Leah tak paham.
"Daerah ini masih milik keluargaku, memangnya tidak boleh berkeliaran?."
"Pria ini... Aku lupa bahwa dia pria sombong dan angkuh!." Batin Leah ingin menjerit.
"Maksudku bukan begitu, bibi Maria pasti sudah menyiapkan makan malam sedangkan di rumah ini mungkin tidak ada makanan yang cocok dengan lidah direktur." Jelas Leah.
Ali menyenderkan kepalanya pada kursi, matanya tak lepas dari Leah yang terlihat kebingungan dengan Ali. Rasanya menyenangkan, Ali menyukai reaksi resah yang ditunjukkan Leah. "Lalu aku harus bagaimana jika sudah berada di tempat ini? harus kembali ke kediaman dengan perut kosong? kau mengusirku?."
"Tidak, mana mungkin! ya sudah tunggu saja di sini dan terima apapun yang saya kasih." Bantah Leah seraya masuk ke dalam.
Melihat Leah yang berusaha menahan kesal, sudut bibir Ali terangkat. "Imut sekali."
Sesampainya di dapur Leah mengatur nafasnya agar tetap tenang, menghadapi Ali ini butuh kesabaran extra. "Dia memang seperti itu, tak heran. Ayo lakukan sesuatu Leah."
Sebelum masak Leah membungkus luka tusuk jarum dengan plester, bayangan lidah Ali menghisap telunjuknya membuat kepala Leah pusing. Kenapa tubuhnya bereaksi? bahkan darah Leah berdesir seolah mengatakan ada chemistry kuat di antara mereka.
"Sadarlah!."
Wanita itu menampar pelan pipinya dan lanjut memasak. Leah membuat steak kesukaannya dan ia berharap cocok juga di lidah Ali karena itu yang tersirat dalam benaknya saat ini.
"Sudah selesai silahkan direktur."
Leah menghidangkan steak dan beberapa jamuan di atas meja.
Ditatapnya lama steak itu. Terlihat menggugah selera.
Leah duduk kembali di atas kursi dan berhadap-hadapan dengan Ali. "Tunggu apa lagi segeralah makan keburu dingin."
"Apa kau sudah mengisi perutmu?." Tanya Ali menatap tubuh Leah.
"Tentu, aku sudah kenyang."
Sudut mata Ali tertuju pada piring yang terdapat kulit buah-buahan terkupas. Kali ini Leah tidak bohong.
Pria itu mulai memasukan daging steak ke dalam mulut, Leah yang sedang merajut melirik Ali untuk melihat reaksinya.
Mata mereka bertemu, Leah terkejut karena ketahuan.
"Kenapa? kau mau?."
"Tidak! aku hanya penasaran reaksi direktur bagaimana."
"Penampilannya sempat diragukan tapi ternyata ini cocok dengan lidahku." Ujar Ali yang menikmati hidangan itu.
Leah merasa lega, setidaknya tidak ada kalimat nyelekit yang Ali lontarkan karena masakannya tak enak.
"Syukurlah."
Steak ini sebenarnya bonus, tujuan Ali datang ke rumah itu adalah Leah. Melihatnya merajut dengan tenang ada kedamaian yang sulit dijelaskan.
"Leah.."
"Ya?." Wanita itu menoleh. Hatinya was-was karena Alister selalu membuat tindakan di luar prediksi, bisa saja kan tiba-tiba sekarang dia meminta sate unta?.
"Apa kau sangat mencintai Austin sampai semua aturan kau laksanakan?."
Alister memang tak bisa ditebak, tiba-tiba saja ia bertanya demikian. Leah cukup terkejut karena tujuan sebenarnya ia menyepakati aturan keluarga Royce adalah karena ingin balas budi dengan baik. Mencintai Austin belum Leah rasakan sepenuhnya, tapi tidak mungkin Leah mengatakan itu apalagi di hadapan Alister.
"Iya, karena aku mencintainya." Balas Leah dengan senyuman hangat.
Ali tak langsung menjawab, cukup lama ia menatap Leah. Jawaban barusan sangat ingin ia kacau kan.
"Tapi di mataku kau berkata lain, Leah. Kau tertekan, tersiksa, tak bisa lari, dituntut sempurna dan mengorbankan dirimu untuk masa depan keluarga Royce. Bukankah begitu?."
Deg!
Apa yang Ali ucapkan barusan cukup menikam hati Leah, terdengar menyakitkan tapi itulah faktanya, ini kenyataan yang Leah rasakan. Bagaimana bisa pria ini berkata demikian? sedangkan orang-orang di luaran sana tidak ada yang tahu dan menganggap hidup Leah baik-baik saja.
Tidak ada yang tahu sedetail itu perasaan Leah, tapi pria asing ini? Pria yang sudah lama pergi dan tiba-tiba muncul? bahkan mereka baru beberapa kali bertemu. Kenapa seolah tahu semuanya?.
"Kau tak bisa menjawab perkataan ku karena itu benar?."
Leah meremas kuat ujung bajunya. Mulut Leah terasa dikunci, ia ingin menyangkal tapi inilah kehidupan Leah yang sesungguhnya. "Katakan sesuatu, ayo Leah!."
"Siapa sangka ternyata sosok Leah mengalami hal seperti ini dalam hidupnya."
"Cukup!." Mata hazel itu gemetar menahan air bening yang siap terjun bebas.
"Kenapa kau bisa bicara seperti itu, direktur?." Leah benar-benar tak paham, Ali ini baginya orang asing tapi entah kenapa seperti sudah tahu semuanya seolah mereka telah terikat sejak dulu. Ucapannya yang nyelekit seolah berusaha menyadarkan Leah dan perhatian kecil yang ditunjukkan, Leah benar-benar tak paham.
"Pernahkah kau berpikir? bahwa orang yang paling memahami dirimu adalah mereka yang pernah merasakan hal yang sama." Lirih Ali.
"Maksudmu?." Leah berusaha mencerna perkataan pria itu, maknanya sangat mendalam.
Grrrt!.
"Apa yang kau lakukan di sini? kenapa mata Leah berkaca-kaca? kau menyakitinya ha!?." Sergah Austin yang tiba-tiba ada di sana, ia tak bisa menahan emosinya lagi mencengkram kerah Alister dengan sangat kuat.
Leah terhenyak menyaksikan itu. "Austin? tunggu!."
Ali menatap dingin kakaknya yang marah penuh intimidasi, rasanya pekat mencekam.
"Jawab Alister! kau menyakitinya? apa yang kau lakukan?." Austin tak terima jika air mata Leah jatuh oleh orang lain termasuk adiknya sendiri.
"Menyakitinya ya? siapa di sini yang lebih menyakitkan bagi Leah, aku atau kau.. Kakak?."
Mksh udah update lagi
Lanjut thor...makin seru critanya
Mksh othor...UP nya yg byknya dong, krg kalau cuma 1 mah
Mksh othor atas up nya, gak sabar nunggu part selanjutnya