Gibran harus merelakan kisah cintanya dengan Shofiyah yang telah dia bina selama 8 tahun kandas karena orangtua Shofiyah tak menerima lamarannya dan membuatnya harus menyaksikan pernikahan kekasih yang begitu dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keseharian dirumah baru
Setelah merapikan semuanya Shofiyah melihat jam dinding ternyata sudah jam 2 pagi. Beruntung besok adalah hari minggu jadi dia bisa beristirahat.
Keesokan harinya deringan telpon dari handphone nya mengganggu tidur shofiyah, dia melihat jika tantenya menelpon dan juga bergantian dengan ayahnya.
"Hallo assalamualaikum"?
" Waalaikumsalam, kenapa baru kamu angkat telponnya Shofiyah??
"Maaf tante, aku ketiduran karena semalam hampir jam 3 baru tidur karena beres-beres barang, kenapa tante??
" Share lock lokasi kamu sekarang karena tante akan kesana. Kamu mau dibawakan apa?? Bagaimana keadaan nenekmu??
"Sarapan saja tante kalau boleh, aku sedang ingin istirahat saja hari ini dan nenekku baik-baik saja, mungkin dia sudah bangun tapi belum bisa berdiri".
" Ya sudah, tante akan singgah beli sarapan untuk mu dan juga nenek dan juga adikmu. Kamu bangun dan bersihkan diri dan pergi cek keadaan nenekmu!!".
"Iya tante, maaf tadi aku ketiduran". Ucapku bangun dari tidurku kemudian ke kamar nenek untuk melihat keadaannya.
" Selamat pagi nenek, maaf yah nenek aku ketiduran!! ". Ucapku melihat nenekku tersenyum melihatku mendatangi kamar beliau.
" Kamu pasti kecapean nak, istirahat saja tidak apa-apa ". Ucap sang nenek membelai kepala sang cucu yang sangat disayangi.
" Tidak apa nek, tante mau datang jadi aku mau bersihkan nenek dulu, barulah aku kembali bersih-bersih rumah nanti siang saja baru lanjut tidur". Ucapku tersenyum.
Aku berjongkok untuk menggendong nenek di pundakku, walau tubuhku mungil, inilah yang kulakukan setiap hari jika nenekku mau mandi dan bersih-bersih. Aku membawa kursi kayu untuk nenek duduk agar nanti kalau aku memandikan beliau dia tidak capek seperti biasanya.
"Maafin nenek yah nak, kita harus keluar dari rumah itu karena kesalahan nenek". Ucap nenekku memandang ku dnegan raut bersalah dan juga sedih.
" Tidak apa nenek, aku masih bisa hidup diluar tanpa rumah nenek, aku berusaha untuk diriku dan juga nenek, jadi tidak perlu khawatir". Ucapku sambil melepas pakaian nenek karena aku akan memandikannya.
Setelah nenekku mandi dan wangi serta buang hajat dan sebagainya. Aku kemudian memakaikannya baju mandi dan kembali berjongkok untuk menggendongnya masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian. Nenekku mulai sakit-sakitan itulah sebabnya daya tahan tubuhnya sangat lemah.
Saat aku keluar kamar mandi, aku melihat tante Tini diruang tamu karena sebelumnya aku memang sudah membangunkan adikku.
"Mau tante bantu nak?? Beliau Melihatku dengan tatapan mata berkaca-kaca". Inilah pertama kali beliau melihatku langsung mengurus nenekku apalagi sampai menggendongnya di pundakku.
" Tidak apa tante, aku akan menurunkan nenek di kamarnya untuk berganti pakaian". Ucapku membawa nenek ke kamarnya kemudian memakaikan baju beliau dan juga mendadaninya sedikit.
"Terima kasih ya nak, mau merawat nenek dengan baik seperti ini". Ucapnya menangis
" Nenek sudah membesarkan aku beserta adik-adik ku, aku membalas jasa nenek selagi aku bisa, nenek tidak hanya menjadi ibuku tapi juga menjadi ayah dan juga segalanya saat aku membutuhkannya. Jadi ini sudah kewajibanku mengurus nenek sebisa dan semampuku". Ucapku setelah mengurus nenek.
Aku kembali berjongkok kemudian membawa nenek keruang keluarga dan kursi yang memiliki pijakan untuk tidur dan didepannya ada televisi jika nenek bosan.
"Sini biar om bantu". Suami tanteku itu dengan sigap mengambil alih mertuanya begitu melihatku menggendong nenek keluar menuju ruang keluarga.
" Kuatku tong Shofiyah, besarnya nenekmu itu bisa kamu gendong begitu padahal badanmu mungil??
"Aku sudah terbiasa om, karena almarhum kakekk juga seperti ini kalau beliau mau keluar dari kamar atau sedang buang air dan mandi".
Aku melihat diatas meja sudah banyak makanan yang dibawah tante, "kamu mandi saja dulu lalu sarapan, biar tante yang kasih makan nenek mu dan juga kasih minum obat".
"Iya tante". Aku bergegas masuk untuk mandi lalu sarapan sesuai yang dikatakan tante.
" Bagaimana kejadian sebenarnya nak, kenapa bisa kamu pergi dari rumah, na itu rumah nenekmu sendiri??
"Tante mengusir ku tadi malam, katanya rumah itu sudah menjadi miliknya, saya mau pergi tapi nenek mau ikut dan menangis jadi aku membawanya sekalian". ucapku dengan tenang
"Bagaimana ceritanya itu rumah jadi miliknya??, na nenek masih hidup dan surat jual beli berada ditangan tante?? Tanya Kartini dengan kebingungan.
"Aku tidak tahu, tante saja yang konfirmasi langsung karena saya tak mau berurusan lagi dengannya, cukup dia menghinaku dan juga orangtuaku". ucapku tersenyum sendu.
"Baiklah nak, kamu bicara sama tante kalau butuh bantuan, tante masih orangtua kamu". tante mengelus kepalaku.
"Kelihatannya aku akan menghubungi tante tentang nenek saja, selebihnya mungkin tante saja yang menelpon karena saya tidak mau kejadian tadi malam terjadi lagi".
"Tapi nak??
"maaf ya tante, aku hanya tidak mau ada orang yang menghina ku dan juga keluargaku terutama orangtuaku, jika kalian memang tidak suka tidak perlu berkata tidak-tidak, seakan-akan saya ini adalah parasit padahal saya juga bekerja cari uang untuk membantu nenek". Ucapku dengan sendu.
"Begitu tante menghinamu nak??
"Ya seperti itulah, katanya aku dan seluruh saudaraku adalah parasit dan benalu yang selalu menyusahkan nenek dan mengambil uangnya. tapi ya sudahlah sudah cukup kejadian semalam itu".
"Iya nak, maafin tantemu ya, kamu tahu dia seperti apakan??
"Iya tante".
"bagaimana dengan kuliahmu, kamu masih jualan??
"Alhamdulillah jalan dan sekarang juga aku masih jualan walau tidak seperti dulu karena nenek sudha tak bisa membuatnya, dan saya hanya akan bekerja saja".
"Jangan terlalu lama diluar nak, kasihan nenekmu ditinggal terus sendirian dirumah".
"rasyid yang akan jaga nenek kalau saya kerja, aku akan pulang jam sarapan dan makan siang. disini sangat dekat dengan kampusku".
"Ya sudah nak, kalau begitu kamu kekamarmu saja istirahat karena tante lihat pekerjaanmu masih banyak". tante mengedarkan pandangannya melihat keadaan rumah yang masih berantakan.
"Iya tante, tolong jaga nenek sebantar saya ingin tidur lagi".
"iya nak, kamu istirahat dulu karena kelihatannya kamu sangat capek".
"Ya lumayan remuk badanku". ucapku kemudian berdiri mau kembali kekamarku untuk beristirahat.
kartini dan juga sang ibu serta suaminya memandang sendu Shofiyah yang memiliki banyak beban yang dia tanggung, sekarang malah dia diberikan kata-kata yang menyakitkan oleh orang terdekatnya dan parahnya lagi oleh tantenya sendiri.
"Mama menjual rumah itu atau bagaimana?? kenapa kakak bisa mengambil rumah itu dan mengusir keponakanku dari sana".
"mama tidak tahu nak, mama disuruh jempol saja katanya untuk tandatangan dan ternyata itu surat jual beli mama juga tidak tahu.
kartini mengeram penuh amarah kepada sang kakak karena mengambil yang bukan haknya dan malah mengusir keponakan yang mengurus ibu mereka selama ini