Kabar Jerri kembali terdengar sampai ketelinga Zahira,mereka pernah berteman namun harus terpisah oleh jarak dan keyakinan,kabarnya Jerri sudah mualaf saat ini.
Apa ada kemungkinan mereka bertemu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
"Ma,dia Zahira istri aku."kata Jerri merangkul bahu Zahira
"Apa kamu menikah diam-diam tanpa memberitahu Mama!"kata Mama jerri
"Lintang,kamu boleh terkejut tapi tidak usah teriak."kata Papa
"Dan kamu juga tahu dan mendukung?"tanya Lintang
"Tentu saja!apapun akan aku lakukan untuk menjauhkan Jerri dari wanita pilihanmu!"kata Papa
Dari dalam kamar Aira keluar karena mendengar ribut-ribut,dia melihat Jerri bersama dengan seorang gadis,Aira langsung marah kepada Jerri dan hampir saja menampar Zahira namun tangan Jerri berhasil menangkisnya.
"Jangan sekali-sekali kamu berani menyentuhnya,ingat kata-kataku semalam."kata Jerri
"Jerri kenapa kamu membawanya?"tanya Aira
"Kenapa?apa aku salah membawa gadisku kerumahku sendiri?sementara kamu siapa disini?"tanya Jerri
"Jerri,aku masih tunanganmu,dan aku calon istrimu."jawab Aira
"Jika bukan karena Mama,aku sudah mengusirmu Aira."kata Jerri dengan tegas
Zahira mencoba menenangkan Jerri dengan menepuk bahunya,Jerri duduk dikursi teras masih ditemani Papa dan Zahira.
Mama sudah tidak bisa berkata lagi dia masuk kedalam kamar dan menguncinya,Aira berusaha membuka dan mengetuk pintu namun tetap saja tidak ada jawaban
"Om,kenapa masih bisa santai sih Tante mengurung diri dikamar."kata Aira
"Nanti juga keluar,biarin aja."kata Papa
"Pa,aku akan tinggal dirumah Zahira untuk sementara."kata Jerri
"Kamu punya apartemen,punya rumah mengapa tinggal sama mertua?"tanya Papa
"Pa,aku masih kangen sama mereka."kata Jerri
"Ya sudah sana."kata Papa
Jerri mengajak Zahira masuk kedalam kamarnya,dia membantu membereskan baju kedalam kopor,Zahira melihat beberapa koleksi buku milik Jerri yang dulu cukup dikenal mahasiswa paling keren dan gilai banyak gadis.
"Apa kamu juga bagian dari mereka?"tanya Jerri
"Ish,apa sih."kata Zahira
"Sudah tidak usah malu-malu."kata Jerri
"Malu kenapa?"tanya Zahira
"Malu mengakui."jawab Jerri
"Jujur saat pertama kali bertemu kembali denganmu didalam lift,aku senang tapi juga sedih."kata Zahira
Jerri menyentuh wajah Zahira mencoba melepaskan hijab dengan tangannya namun Zahira menolak karena merasa tidak enak dengan Mama.
"Jangan disini,aku gak enak sama Mama."kata Zahira
"Ok,nanti malam jangan harap kamu bisa tidur."kata Jerri
Zahira menahan senyum,dia memeluk Jerri sebentar lalu melepaskan karena terdengar suara ketukan pintu.Jerri berjalan membuka pintu,terlihat pembantunya berbisik sesuatu kepadanya,lagi-lagi Jerri hanya mengangguk.
"Makasih banyak Bi."kata Jerri
"Sama-sama Mas."Bibi
"Sayang,sebentar ya aku ketemu Mama dulu,kamu istirahat aja dulu."kata Jerri
Zahira mengangguk saat Jerri keluar menutup pintu,dia merebahkan tubuhnya diranjang dengan memainkan ponselnya.
Jerri menemui Mama dikamarnya,wajah Mama terlihat sangat marah mungkin jika Mama orangnya urakan semua barang yang ada sudah dilempar.
"Ada apa Ma?"tanya Jerri
"Ceraikan dia setelah kamu bersenang-senang dengannya."kata Mama
"Lalu?"tanya Jerri
"Kamu harus menikahi Aira."jawab Mama
"Apa itu bisa membuat Mama puas?"tanya Jerri
"Tentu saja."jawab Mama
"Bagimana denganku?tanya Jerri
"Kamu akan bahagia selama kamu menurut sama Mama."jawab Mama
"Maaf Ma,untuk yang ini aku gak bisa."jawab Jerri
Jerri melangkah meninggalkan kamar Mama,namun tetap dengan senyum dan langkahnya sempat terhenti dan berbalik mendekati Mama.
"Jika hanya karena Aira bisa menggantikan Kakak dihati Mama,mengapa aku harus menikahinya,bukannya ada banyak cara untuk menganggapnya sebagai anak Mama,tapi ingat Ma aku dan Papa tidak akan pernah menganggap dia ada,karena Kakakku tidak pernah tergantikan oleh siapapun."kata Jerri kembali berjalan keluar dan menutup pintu.
Lintang merasakan sesak nafas karena mendengar kata-kata Jerri,dia ingin berlari memanggilnya kembali namun suaranya tidak keluar sama sekali.
Aira berdiri didepan pintu kamar Jerri,tangannya beberapa kali menekan tombol kunci namun selalu gagal,Jerri yang baru saja keluar dari kamar Mamanya melihat dan hanya menggelengkan kepala.
"Kamu ngapain disitu?"tanya Jerri
"Jerri,aku tetap mau menikah denganmu."kata Aira
"Ah,terserahlah."kata Jerri membuka pintu dan menutupnya kembali
Sebelum pintu tertutup Aira berhasil menahannya dan ikut masuk kedalam,dia berlari mendekati Jerri dan memeluknya.
"Jerri,aku gak mau kehilanganmu."kata Aira
"Kamu apa-apaan sih?"tanya Jerri menarik tangan Aira keluar.
"Jerri,aku mohon jangan tinggalkan aku."kata Aira
Jerri meninggalkan Aira dia kembali masuk dengan mengambil tas dan kopor miliknya dan membawa keluar bersama dengan Zahira.
Tangisan Aira yang dibuat-buat berhenti karena Bibi menyuruhnya diam dan mengajaknya masuk kedalam kamarnya.Bibi mendekati Aira dan memberi minuman yang bisa menenangkannya.
Martin datang disaat yang tepat,Jerri hanya memberi kode dengan jarinya dan membuat dia paham.
"Urus dia,jangan sampai bikin ulah lagi."kata Jerri
Zahira duduk didalam mobil dia menerima pesan dan membalas pesan dari Safi.Siang ini Zahira tidak tahu Jerri mau membawanya kemana,yang pasti dia terlelap karena lelah.
Sebuah pesan telah dibaca Jerri bahwa Martin sudah membawa Aira keluar dari rumah,ini adalah cara terbaik mendidik Aira agar lebih menghargai apa yang dia miliki.
Jerri memutar balik kendaraannya menuju rumah Zahira,setengah perjalanan sudah dia tempuh tadi namun lebih baik berkumpul dengan keluarga Zahira menurutnya lebih baik.
"Sayang,bangun sudah sampai."kata Jerrii
"Rasanya jauh banget tapi kok dirumah ."kata Zahira
"Untuk saat ini aku lebih senang disini."kata Jerri
Zahira turun dari mobil dengan wajah mengantuk,dia langsung masuk kedalam kamar dan kembali merebahkan tubuhnya.Jerri sendirian menurunkan kopor dan tas miliknya,melihat Zahira tertidur lagi membuatnya ingin segera menyusul.
"Jerri kalian sudah pulang?"tanya Umi saat melihat pintu kamar Zahira
"Iya Bun."kata Jerri
"Ya sudah kalian istirahat."kata Bunda
"Baik Bun."kata Jerri
Jerri kembali menutup pintu dan menguncinya kali ini dia tidak ingin diganggu,berharap Jihan tidak usil siang ini.Setelah membersihkan tubuhnya yang lengket Jerri merebahkan tubuhnya didekat Zahira.
"Ra,kamu beneran tidur ya?"tanya Jerri
"Aku nyiapin tenaga buat nanti malam."jawab Zahira menahan tawa
"Bagaimana kalau sekarang aja?"tanya Jerri
"Ah,aku mandi dulu."kata Zahira bangun dari tidur namun Jerri menarik dan merebahkannya kembali disisinya,Jerri mulai dengan ciuman lembut lama dan berakhir dengan ciuman dalam,bersama dengan desahan lembut dibawah selimut.
Suara ketukan dari luar membangunkan keduanya,bersamaan dengan ponsel milik Jerri berbunyi.
"Bagaimana?"tanya Jerri
"Bos,aku tidak bisa mengawasi sepenuhnya."jawab Martin
"Tidak apa-apa?"kata Jerri
"Bos,nafasmu kenapa sangat memburu suara juga seperti....nut."jaringan terputus
Jerri meraih baju dan berjalan membuka pintu,diluar Jihan adik paling konyol sudah tersenyum melihatnya.
"Apa?"tanya Jerri mengusap kepalanya
"Kalian benar-benar pengantin baru."kata Jihan
"Iya ada apa?"tanya Jerri
"Makan malam Kak."kata Jihan