Wife Number 1

Dinginnya air kolam dicampur udara pagi yang dingin, malah semakin membuat keduanya menjadi-jadi untuk menghangatkan tubuh mereka. Dominic yang semakin m3lum@t bibir merah itu dengan teknik lidah yang tepat.

Shazia mengikuti alur permainan Dominic. Jika ditanya, bagaimana perasaan nya..... tentu saja juga terbakar, menjadi istri diraga sebelumnya dan juga sekarang, membuat Shazia tidak bodoh dalam hal ini. Dia tau kapan bersikap diam, membalas ataupun ganas.

Tali bikininya hanya tinggal satu, itupun tampaknya tidak bertahan lama. Tangan Dominic begitu lihai bermain di sepasang buah melon bewarna putih itu. "Kenapa?" Tanya Shazia setelah melihat Dominic menghentikan permainan dan tautan bibir mereka, terlebih tubuh Dominic juga menjauh.

"Apa maksudnya?" Tanya Dominic yang membuat dahi Shazia berkerut.

"Apa? Maksudnya?"

"Kau mengizinkan ku menyentuh mu. Apa ini tidak dikarenakan sesuatu?"

"Ini ketiga kalinya kita seperti ini Shazia. Atau kau sudah lupa?" Jelas Dominic. Kata-kata Dominic mengingatkan akan masa lalu mereka.

"Aku tau, kesalahan yang aku lakukan dalam tiga tahun ini. Dan juga..... Dan..... Dan juga kehilangan calon anak kita. Aku menyesal untuk itu. Aku mengakui nya, perbuatan ku itu tidak benar. Sikap egois ku, bicara ku yang kasar dan perlakuan ku padamu. Aku tidak pernah lupa... Aku tidak pernah lupa Dominic. Tapi, apakah itu tidak bisa dijadikan pembelajaran? Apa kau tidak senang dengan perubahan ku? Aku akui.... Kau pasti curiga dengan perubahan ku, tapi itu karena bayang-bayang kesalahan yang aku lakukan padamu. Pada pernikahan ini, apakah itu terlambat Dominic?" Jelas Shazia, manik Shazia hanya menatap punggung kekar itu. Langkahnya jadi berat untuk mendekat, kesalahpahaman dan miss komunikasi diantara mereka haruslah diselesaikan.

"Aku tidak bisa memutar waktu...... Kalaupun aku bisa, semuanya tidak akan begini." Shazia menyadari suatu hal. Jika dilihat dari tahun ini, ditubuh dia sebenarnya itu berkurang sepuluh tahun. Kemungkinan takdir nya juga berubah, bahkan tidak ada Jasmine ataupun pernikahan nya dengan Al.

"Aku tau, kekecewaan mu, amarah mu.... Semuanya tidak bisa terlukiskan. Aku mungkin tidak bisa menghapus lukanya, tapi aku bisa menyembuhkan nya bukan? Jika kau izinkan... Aku tau Dominic... Akibat perbuatan ku, mungkin hatimu mulai mati. Tapi aku berjuang kembali untuk itu, memperbaiki hubungan kita, pernikahan kita. Apakah itu tidak bisa? Apakah aku sungguh terlambat? Atau sepenuhnya bunga cinta mu sudah mati?" Tanya Shazia bertubi-tubi.

Tapi Dominic diam saja, Shazia menghela napasnya. Rasanya sangat sulit untuk ini, hatinya jadi sakit. "Baiklah, aku tau jawabannya. Jangan khawatir, aku akan tandatangani surat perceraian kita. Tapi setelah pulang dari sini, aku akan bicara pada keluarga ku. Kau tidak akan disalahkan, karena disini memang aku yang salah." Shazia mengambil bathrobe yang ada di belakangnya dan bersiap meninggalkan kolam renang.

"Siapa yang menyuruh mu pergi? Apa kau sungguh-sungguh sudah mendapatkan jawaban nya? Kau tau jawaban ku?" Shazia menghentikan langkahnya.

"Kalau begitu katakan. Aku ingin tahu."

"Jika kau berpikir begitu. Aku akan mencoba nya, tapi..... Apa kau sungguh-sungguh dengan perkataan mu tadi? Kau ingin memperbaiki hubungan kita?"

"Iya." Shazia mengangguk mantap.

"Baiklah, kalau begitu.... artinya kau mau mendengarkan ku?"

"Iya, karena kau suamiku."

"Kalau begitu tinggalkan dunia modeling mu! Apa kau bisa? Berikan aku jawaban nya sekarang.... Dari jawaban mu, akan berpengaruh pada hubungan kita."

Bersambung.......

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰🙏🥰