Kejadian pada masa lalu diramalkan akan kembali terjadi tidak lama lagi. Tuan kegelapan dari lautan terdalam merencanakan sesuatu. Enam sisi alam dunia mitologi sedang dalam bahaya besar. Dari seratus buku komik yang adalah gerbang penyebrangan antara dunia Mythopia dan dunia manusia tidak lagi banyak yang tersisa. Tapi dari sekian banyak kadidat, hanya satu yang paling berpeluang menyelamatkan Mythtopia dari ramalan akan kehancuran tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fredyanto Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18: Back Trough The Portal
Sudah sampai di rumah Melody...
Masing-masing buku sudah ditaruh di lantai_ di hadapan mereka. Termasuk Melody. Di kamar bersama yang lainnya, dia mengambil buku miliknya dari laci meja belajar.
Mereka menaruh tangannya pada lembar buku, dan mengucapkan kalimat kode masuk yang sama. Dan masing-masing portal dari mereka mulai aktif. Mereka sudah melalui proses penentuan. Jadi buku itu sudah terikat pada buku mereka.
"Siap?!" Delphine menatap mereka satu persatu. Abigail mengangguk.
"Kalian masuk saja duluan! Aku akan menyusul," Selip Theo disaat yang lain baru saja ingin menyebrang masuk.
"Jangan katakan kau ingin kabur lagi Theo!" Delphine menatap fokus.
"Tidak tidak! Aku bersumpah!" Melambai-lambai dan menggeleng cepat.
"...Baiklah. Awas saja jika aku tidak sampai melihatmu di sisi sebrang sana! Akan aku kacaukan rambutmu!" Delphine mengancam. Theo menganggukkan cepat.
Delphine, Melody, dan Abigail pun pergi duluan. Meninggalkan tas mereka masing-masing di kamar Melody. Dan Melody menyebrang masuk dengan sayap yang masih ada pada punggungnya.
Seharusnya... sihir perubahan atau memunculkan wujud seperti sayap atau ekor mermaid tidak bisa dilakukan di Dunia manusia. Tapi Melody malah memunculkan sepasang sayap dengan tanpa disengaja.
Delphine sempat mengatakannya saat ditengah perjalanan ke rumah Melody barusan.
Jadi jelas sekali... Melody butuh penjelasan. Mereka akan menemui Osaris Bastet. Sang Pelindung Bastet.
Sudah sampai melangkah keluar melalui gerbang portal di Mythtopia atau Myth Akademi... Delphine berbalik arah. Mereka bertiga menunggu Theo sejenak.
Tapi sampai sudah satu menit berlalu, Theo belum kunjung tiba di sana. Mereka menatap fokus pada portal yang sempat keluar beberapa murid dari dunia manusia lainnya yang baru saja datang.
"Theo... Jangan paksa aku melakukannya ketika aku kembali ke sana!" Ucap samar Delphine berbicara kepada dirinya sendiri. Giginya merapat kuat. Tatapannya semakin menyipit fokus.
Sampai akhirnya... "Flung!" Theo muncul menembus keluar dari portal. Dia muncul dengan cara jalannya yang agak terhuyung. Tampilan matanya berputar-putar. Dan dia membawa tas bersamanya.
"Hm! Aku kira kau sungguh kabur!" Delphine kepada Theo. Lalu dia kembali memimpin langkah.
"Teman-teman... Tunggu aku!" Theo berusaha menyusul dengan langkah masih sedikit terhuyung-huyung. Perpindahan melalui portal itu selalu membuatnya pusing.
Berjalan melewati beberapa lainnya yang sedang asik saling berbincang di halaman akademi... "Oh Hai! Kau kembali?!" Harper menoleh terkejut, tapi dengan suara agak sumbang_ lemas kurang bertenaga. Dia sedang bermain dengan Ruby, kuda unicorn kecilnya.
"Aku tidak yakin disini untuk mengikuti akademi. Aku hanya ingin mengatasi sayap ini!" Melody menunjukan sayapnya.
"Oh! Itu Indah!" Harper memandang. Tapi cara matanya memandang agar terlihat lemah walaupun dia berusaha tersenyum. Juga terlihat kantung mata agak tebal di bawah matanya.
"Hey, apa kau baik-baik saja?! Kau terlihat... tidak baik," Melody menyadari penampilannya yang tidak biasa. Terutama wajahnya.
"Oh aku?! Aku baik Aku baik!" sahutnya cepat sambil mengangkat jempol. "Hanya lelah!"
"Oke oke! maaf ya tapi ini mendesak. Kami harus menemui Pelindung Bastet," Gegas Delphine. "Di mana dia?!"
"Dia baru saja keluar dari tempatnya. Mungkin sekarang dia berada di ruang pertemuan," Jawab Harper. Menunjuk jempol ke balik punggungnya dengan gerakan lemas. Cara berdirinya sedikit membungkuk.
"Oh oke kalau begitu. Terimakasih!" Delphine buru-buru. Kembali melanjutkan langkahnya cepat. Melody, Abigail, dan Harper mengekor tepat di belakangnya.
"Dah!" lemasnya. Harper sempat melambai setengah tinggi dari kejauhan belakang sana. Memandang mereka pergi menjauh.
...----------------...
Sesampainya di ruang pertemuan_ ruangan yang sama ketika mereka dipertemukan dengan para guru akademi...
"Pelindung Bastet! Aku membawanya kembali!" Delphine memanggilnya dari kejauhan. Bastet sedang berbicara dengan Asterion di atas podium singgasananya.
"Permisi," Izinnya kepada Asterion. Bastet melompat turun dari sana.
"Baguslah kau kembali," Melihat Melody.
"Ya tapi... Apa anda paham apa yang terjadi dengannya?! Sayap itu muncul di dunia kami. Itu seharusnya tidak terjadi. Ada yang salah," Delphine menceritakan apa yang sempat diberitahu oleh Melody.
"Tidak. Tidak ada yang salah. Memang seperti itulah. Jika siapapun ditakdirkan masuk di alam ketujuh, mereka tetap akan bisa melakukan perubahan di dunia manusia. Tidak seperti alam lainnya," jelas Bastet.
"Ouh... Kedengarannya spesial!" Abigail menaruh tangan di atas bahu Melody. Sedikit menggodanya dengan menepuk bahu.
Menurunkan cepat tangan Abigail dari atas bahunya, "Tidak tidak! Bagaimana aku menjalani hidup diantara yang lain dengan sayap ngengat ini?!" Melody risih. Menatap Bastet dengan tatapan serius.
"Itu Kupu-kupu," Theo membenarkan.
"Aku tidak peduli!!" Mendekatkan wajahnya. Theo sontak terdiam sambil berusaha membuat jarak antara wajah Melody.
"Haeh!" Menghela nafas berat sambil memijat dahinya. "Aku hanya ingin kembali ke kehidupan lamaku!"
"Tapi ini takdirmu Mel!" Lirih Delphine.
"Takdirku adalah membuat Ibuku bangga. Satu-satunya keluarga yang aku miliki. Dan aku yakin dia tidak akan menyukaiku menjadi apapun bagian dari dunia ini!"
"Aku hanya ingin menjadi gadis remaja normal pada umumnya," Tambahnya. Melody berusaha tenang.
Fokus pada Bastet, "Kumohon," Melody memohon dengan lembut.
Terdiam berpikir untuk sesaat..., "Baiklah," Sahut Bastet. Dia menghela nafas berat.
"Tapi... Anda bilang dia adalah kunci keselamatan Mythtopia?!" Delphine kepada Bastet. Merasa bingung karena Bastet malah pasrah dengan begitu saja.
"Ya aku tahu itu, Delphine! Tapi kita tidak bisa memaksakan orang yang tidak memiliki keinginan menjadi pejuang untuk melindungi dunia," Jelas Bastet. "Itu sama saja berarti Prajurit tanpa zirah."
"Kau yakin?! Aku akan sendirian disini!" Abigail memandang Melody prihatin.
"Kan masih ada Theo dan Delphine! Dan juga teman-teman barumu yang lainnya," Memegang kedua bahu Abigail. Melody menatap sahabatnya lurus-lurus.
"Melody...," Bastet memanggilnya.
"Aku akan mencari tahu cara untuk menghilangkan sayapmu itu. Tapi dengan syarat... kau harus setidaknya bersama kami selama seminggu penuh ini," Bastet serius.
Berpikir sejenak... "Baiklah kalau begitu," Melody mengangguk. Dia setuju walaupun sempat bimbang.
"Tunggu... Bagaimana dengan sekolah?! Mereka akan mencarinya. Termasuk Ibunya!" Delphine mengingatkan. Karena menurutnya itu berisiko. Orang-orang di luar sana akan mengira Melody diculik atau sebagainya.
Tapi Bastet memberitahu Delphine untuk tidak perlu khawatir. Dirinya memiliki ide.
Dia akan menggunakan teknik kloning atau shadow person. Terhadap Melody... dan juga mereka yang lainnya. Yang dimaksudnya adalah Delphine, Abigail, dan Theo juga harus ikut seminggu penuh berasa di Akademi atau dunia Mythtopia.
Delphine harus fokus memandu dan mengawasi mereka di sana.
"Oh tidak...!" Theo menaruh kedua tangan di kepalanya tinggi-tinggi. Yang lain sekilas menoleh menatapnya.
"Aku tidak tahu kalau anda memiliki kemampuan semacam itu?!"
"Bukan aku," Sahut Pelindung Bastet.
"Jadi siapa?!" Lanjut tanya Delphine.
"Raja Kera!" Jawabnya.
"Hah?! Maksud anda Wukong?! Dia juga di sini?! Di Mythtopia?!" Pertanyaan meningkat. Melody tidak menyangka kalau ternyata Wukong juga ada di dunia Mythtopia. Tidak menyangka banyak mahkluk-mahkluk mitologi dari berbagai penjuru berada di satu tempat.
"Ya!" jawabnya lagi. Tapi diberi tahu olehnya juga kalau keberadaannya sulit terjangkau. Memang di Mythtopia, akan tetapi tempatnya jauh di sebrang dari alam ke delapan_ di daerah pegunungan. Sisi yang lain.
Dia juga tidak suka diganggu. Tidak mau terlibat dengan masalah dari akademi. Tapi mungkin Bastet bisa menyuruh utusan untuk meminta sedikit bantuan darinya.
Bastet akan meminta bantuan Ne zha untuk membujuk Wukong. Meminta Wukong untuk memberikannya empat helai rambutnya untuk membuat kloning. Pengalihan di dunia manusia.
Wukong akan mendengarkan ucapan Ne zha. Semoga saja. Karena mereka berasal dari wilayah yang sama.
Semoga saja berhasil. Tapi Bastet cukup yakin dia akan memberikan empat helai rambutnya.
"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana tingkah kloning ku di sekolah nanti!" Perasaan Abigail buruk terhadap rencana tersebut. Tapi dia hanya bisa mengikuti ide Bastet.
Delphine juga sebenarnya tidak yakin tapi yasudah lah!
Lalu Bastet meminta Asterion yang masih menunggunya di arah belakang tadi, untuk menghubungi Ne Zha di portal dengan lokasi ke delapan yang terhubung dengan portal akademi.
Mungkin tidak akan memakan waktu lama. Untuk sementara itu Melody, Delphine, Abigail, dan Theo berbaur dengan murid-murid akademi lainnya. Sekalian saja lebih mendekatkan diri dengan yang lain.
"Oya! Aku tidak mau kau berkeliaran di Akademi ku dengan pakaian seperti itu!" Bastet menggunakan sihirnya dan mengubah pakaian yang dikenakan Melody menjadi seragam khusus Myth akademi.
Sedangkan Abigail dan Theo dari tadi sudah langsung otomatis berganti ke seragam khusus akademi setelah mereka melewati portal sebelumnya tadi. Itu jelas sekali, karena mereka sedikit lebih lama dibandingkan Melody. Bastet sudah memberikan seragam kepada mereka saat Melody sempat tidak mau kembali.
Tapi walaupun dibilang seragam resmi, nyatanya mereka tidak mengenakan seragam yang sama. Sihir Bastet dengan sendirinya menyesuaikan dengan kepribadian para murid. Jadi mereka mengenakan seragam dengan ciri tampilan berbeda. Hanya kelas dari alam Leprechaun saja yang semuanya se seragam.
"Ngomong-ngomong... bagaimana dengan teman sekamar kita?!" Melody hanya iseng menanyakan kabar.
"Bagaiamana ya... Um, Harper akhir-akhir ini sedang insomnia, dan Vanessa terus mendengkur yang membuatnya mengeluarkan debu pixie di atas Crysella. Itu membuatnya alergi," jelas sedikit dari Abigail yang terjadi selama Melody tidak kembali ke Mythtopia.
Dan kamar Melody masih berada di tempat yang sama bersama Abigail, Harper, Vanessa, dan Crysella.
Hanya saja ada sedikit perubahan pada suasana dalam ruangannya selama seminggu sebelumnya Melody tidak ke sana. Vanessa mudah bosan dengan suasana kamar. Jadi dia kadang suka mengganti penampilan ranjangnya dan juga posisinya. Dan sekarang ranjang tempat tidurnya diubahnya menjadi ranjang gantung alam seperti yang biasa dikat pada dua batang pohon.
Hammock!
Hanya saja dia melakukannya dengan menggunakan sihir. Ranjang gantungnya mengambang di langit-langit kamar. Dan seperti yang tadi sudah diceritakan oleh Abigail... Crysella sampai risih karenanya. Karena setiap Vanessa mendengkur, dia pasti akan mengeluarkan debu pixie dari mulutnya dan jatuh menabur ke ranjang miliknya. Juga wajahnya.
Apalagi masalahnya dia akan bersin jika terhirup. Semua penghuni Mythtopia pasti tahu kalau Mermaid atau Merman alergi dengan debu pixie.
Bukan pilihan Crysella tidur di sana. Dia seharusnya tidur di balik cangkang kerang dengan bantal yang empuk_ di kedalaman laut alam Mermaid dan Merman. Di mana waktu kerajaannya dahulu masih utuh berdiri.
Masa lalu kelamnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...