Judul Novel SEKAR
Sekar sangat penasaran, siapakah orang tua kandungnya, kenapa dia dibesarkan oleh keluarga Wawan. Dikeluarga Wawan Sekar sudah terbiasa menerima cacian, makian bahkan pukulan, segala hinaan dan KDRT sudah menjadi makanannya setiap hari, namun Sekar tetap bertahan, dia ingin tahu siapa orang tua kandungnya, kenapa dia dibuang
Sekar dijemput Cyndi untuk diajak bekerja di Jakarta, dia curiga bahwa kedua orang tua angkatnya menjualnya untuk dijadikan wanita panggilan. Sekar tidak berdaya menolaknya, disamping dia berhutang budi kepada keluarga Wawan dia juga diancam. Tapi Sekar agak merasa tenang, semalam dia bermimpi bertemu Kakek Buyutnya yang bernama Arya, Kakek Arya memberi sebuah Cincin dan Kalung ajaib, benda-benda tersebutlah yang akan membantu Sekar dikemudian hari
Bagaimana kisah Sekar selanjutnya, nasib apakah yang akan menimpanya, Adakah orang yang akan menolong Sekar keluar dari sindikat penculiknya. ikuti kisah Sekar yang mengharukan dan menegangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nek Antin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXIV Dirga Juga Tersangkut Penggelapan Uang Perusahaan
“Selamat siang Pak, kami ingin melaporkan tindak kejahatan yang terjadi sudah lama Pak, apakah masih bisa diproses." lapor Wahyu.
“Kejahatan apa yang ingin Tuan laporkan?” Tanya pak polisi.
“Sekitar kurang lebih sepuluh tahun yang lalu, ada percobaan pembunuhan terhadap saya dan keluarga saya, tapi saya diselamatkan oleh pembunuh bayaran yang diperintah untuk membunuh saya," cerita Seno kepada polisi.
Kemudian Seno menceritakan kejadian yang menimpanya sepuluh tahun yang lalu.
“Nama orang-orang yang memerintahkan pembunuh bayaran ada di sini, di laporan tertulis saya, ada juga bukti-bukti yang menguatkan."
“Menurut Tuan motif apa yang melatar belakangi percobaan pembunuhan terhadap Tuan dan keluarga."
“Harta, mereka adalah adik istri saya dan suaminya, rasa iri dan keserakahan yang membuat mereka gelap mata."
“Apakah menurut Tuan ada pihak lain yang ikut membantu dalam masalah ini."
“Dugaan kami ada, adik kami bekerja sama dengan seseorang yang sakit hati pada kami, kami tidak tahu, apa yang membuat orang itu sakit hati."
“Apa Tuan tahu orangnya?”
“Ini baru dugaan, kami punya bukti tapi belum kuat, jadi belum berani kami sertakan dalam laporan, mohon bantuan Bapak Polisi untuk menyelidiki kasus ini."
“Kenapa Tuan baru melaporkan sekarang?, sepuluh tahun itu sudah lama sekali."
“Kami belum punya banyak bukti, sekarang sudah komplit baru kami berani mengajukan laporan."
“Baiklah laporan kami terima, kami akan berusaha memprosesnya, sedang bukti-bukti ini kami jadikan bahan penyelidikan."
“Silahkan Pak."
“Saya juga mau melaporkan saudara Dirga juga Pak Polisi, Dirga adalah karyawan saya di PT. Sinar Kencana, dia telah menggelapkan uang perusahaan seratus juta lebih," lapor Wahyu.
“Ada buktinya juga Tuan."
“Komplit di sini Pak."
“Ok, saya terima dan akan saya pelajari."
“Siap Pak, terima kasih."
“Apakah ada yang lain-Tuan-tuan?”
“Cukup, sementara itu dulu, nanti kalau kami menemukan bukti lain akan kami laporkan."
“Baik Tuan, kami akan menyelidikinya, nanti jika ada perkembangan baru akan kami beritahu."
“Oh ya, Dirga yang Tuan maksud apakah Dirga yang melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya."
“Betul Tuan, dia sekarang ada di kantor polisi."
“Iya benar."
“Kalau begitu kami pamit mohon diri Pak, semoga Pak Polisi bisa secepatnya mengungkap kasus ini."
“Aamiin, semoga bisa terungkap semuanya, dalang dibalik ini bisa tertangkap ."
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin."
“Baik Pak kami permisi."
“Silahkan."
Mereka berlima keluar dari kantor polisi.
"Seno kita makan siang dulu ya, saya lapar sekali belum sempat makan siang."
“Boleh, di resto depan situ saja, makanan disitu katanya enak."
“Boleh ayo."
Akhirnya mobil diarahkan menuju resto depan rumah sakit.
Di dalam resto mereka memesan makanan kesukaan mereka masing-masing.
Sambil menunggu pesanan. mereka membicarakan laporan yang sudah diserahkan kepada polisi.
“Seno apa rencanamu?, Marta dan Dirga kemungkinan besar bisa kita jebloskan ke dalam penjara."
“Bagaimana dengan Surya?" Tanya Wahyu.
“Saya akan menghabisi sindikat kalajengking hitam dan kelabang hitam."
“Pelan tapi pasti, saya akan menumpas satu persatu sarang mereka."
“Kamu sudah tahu sarang mereka ada dimana saja?"
“Di Jakarta ada empat sarang, termasuk sarang yang dipimpin Alek."
“Apakah Alek pemimpinnya?”
“Alek yang memimpin kalajengking Hitam yang berpusat di Jakarta, sedang Surya memimpin Kelabang Hitam."
“Surya sekarang ada di luar negeri, tidak tahu sekarang kedudukannya ada di mana, karena dia sudah jadi buronan polisi, jadi tempat persembunyiannya berpindah-pindah."
“Banyak bisnis-bisnis illegal yang dia jalankan," jelas Seno.
“Kalau polisi sudah punya bukti kejahatannya, kenapa tidak langsung ditangkap dan ditutup usaha-usaha ilegalnya."
“Dia banyak kenal dengan para pejabat, mungkin dia dilindungi,tapi saya tidak peduli, tidak bisa dijerat dengan hukum ya kita habisi sampai akar-akarnya."
“Termasuk Alek om?” Tanya Andika.
“Kalau memang Alek tersangkut dengan peristiwa Om dulu ya terpaksa akan Om habisi juga."
“Waktu kejadian kan Alek baru berumur sekitar dua belas tahunan Om, mana mungkin dia terlibat kejahatan."
“Iya juga ya, masih kecil, Om sampai lupa saking emosi ingat peristiwa itu."
“Kalau dia tidak ikut-ikutan membela Surya, mungkin Om tidak akan menyentuhnya."
“Alek dan kalian berdua kan bersahabat."
“Apa mungkin Alek akan diam jika papanya bertaruh nyawa dengan kita Om?”
“Kita lihat saja nanti ya, ayo makan, pesanan sudah datang."
“Selamat makan."
Setelah selesai makan mereka pulang ke rumah masing-masing.
“Seno, kalau ada rencana melakukan penyerangan, jangan lupa kami diberitahu."
“Meskipun kami tidak punya pasukan sepertimu, tapi para pengawalku dan pengawal Andika bisa diandalkan untuk menambah kekuatan."
“Boleh, terima kasih sebelumnya, akan saya ingat."