NovelToon NovelToon
Cinta Kita Belum Usai

Cinta Kita Belum Usai

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Anak Genius / Anak Kembar / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:6.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yoyota

Raisa memiliki prinsip untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Awalnya Edgar, suaminya menerima prinsip Raisa itu. Tapi setelah 6 tahun pernikahan, Edgar mendapatkan tekanan dari keluarganya mengenai keturunan. Edgar pun goyah dan hubungan mereka berakhir dengan perceraian.

Tanpa disadari Raisa, ternyata dia mengandung setelah diceraikan. Segalanya tak lagi sama dengan prinsipnya. Dia menjadi single mother dari dua gadis kembarnya. Dia selalu bersembunyi dari keluarga Gautama karena merasa keluarga itu telah membenci dirinya.

Sampai suatu ketika, mereka dipertemukan lagi tanpa sengaja. Di saat itu, Edgar sadar kalau dirinya telah menjadi seorang ayah ketika ia sedang merencanakan pernikahan dengan kekasihnya yang baru.

Akankah kehadiran dua gadis kecil itu mampu mempersatukan mereka kembali?

Follow Ig : @yoyotaa_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 19

"Aku memang tidak pantas jadi seorang ibu! Aku ibu yang gagal! Aku, aku ... "

Ucapan Raisa terhenti karena Roni langsung memeluk dirinya yang terduduk sambil memeluk lututnya.

"Nggak, Mba bukan ibu yang gagal, Mba adalah ibu yang berhasil menanamkan rasa cinta dan ke anak-anak Mba. Kia melakukan itu bukan karena dia anak yang nakal, tapi karena dia melindungi adiknya dan tidak mau adiknya terus diejek di sekolah oleh teman-temannya. Sama seperti Mba yang dulu selalu melindungi aku, ketika ibu marah dan hendak memukulku. Jangan menyalahkan diri Mba atas kejadian ini Mba. Aku mohon."

"Hiks ... hiks ... Bagaimana bisa aku tidak menyangka diriku atas kejadian ini Ron? Aku bersalah, aku bersalah karena salah mendidik mereka. Apa selama ini aku terlalu memanjakan mereka?"

"Nggak Mba, Nggak. Selama ini Mba selalu mendidik mereka untuk tahu artinya tanggung jawab. Yang selalu memanjakan mereka bukan Mba tapi aku. Jadi jangan salahkan diri Mba."

Raisa tak bisa berhenti menangis, dia masih merasa gagal mendidik anak-anaknya. Sampai pada akhirnya dia pun lelah juga dan berakhir tertidur dalam kondisi terduduk.

Roni langsung memindahkan kakaknya ke atas ranjang dan menyelimuti tubuh kakaknya.

"Karena masa lalu buruk itu, Mba Raisa selalu begini. Aku ingin trauma Mba menghilang dan bahagia bersama si kembar. Selamat tidur Mba."

Roni berjalan keluar dari kamar Raisa. Dia pun merasa bersalah karena dirinya tak bisa melakukan apapun untuk membantu kakaknya di masa lalu.

"Seandainya, seandainya aku dulu sudah besar, mungkin semuanya tidak akan begini."

*

*

Esok harinya, Raisa sendirilah yang mengantarkan si kembar ke sekolah untuk meminta maaf pada anak laki-laki yang sudah didorong hingga terjatuh oleh Kia.

Waktunya tepat sekali, karena ternyata anak laki-laki itu kini ada bersama ibunya. Raisa pun meminta Kia untuk meminta maaf dengan tulus. Tapi yang diharapkannya, akan berdamai, malah sebaliknya. Ibu dari si anak laki-laki langsung mengamuk begitu saja.

"Pantesan saja anak kamu nakal dan tidak tahu caranya minta maaf. Ternyata memang tidak memiliki ayah. Mereka pasti tidak tahu gimana caranya bertanggung jawab. Kamu juga, sebagai ibunya, kok bisa nggak mendidik anak kamu dengan benar. Lihat! Lutut anak saya berdarah, semua ini gara-gara anak kamu! Anak saya bilang, anak kamu yang ganggu anak saya duluan."

"Nggak Mi, dia duluan yang ganggu Mia! Bukan kami!" ucap Kia yang menyangkal ucapan ibu dari si anak laki-laki itu.

"Bohong! Kamu yang ganggu aku duluan!" ucap si anak laki-laki yang tidak mau disalahkan.

"Tuh dengar sendiri kan? Anak kamu yang ganggu anak saya duluan!"

Mia dan Kia menggeleng lagi, ingin maminya percaya pada mereka berdua.

Sampai ketika, Raisa tiba-tiba tertawa sendiri seperti orang tidak waras.

"Mungkin anak saya memang sudah melakukan kesalahan karena sudah membuat anak ibu terluka. Tapi dia mengakuinya dengan jujur dihadapan saya. Tapi anak ibu? Dia bahkan tidak jujur, kalau sudah menghina anak saya. Bahkan ibunya pun juga ikutan menghina. Apa iya, seorang ibu akan tega menghina seorang anak meskipun anak itu adalah anak orang ain? Bagaimana jika yang dihina adalah anak ibu sendiri? Harusnya jangan tanyakan bagaimana saya mendidik anak saya. Tapi tanyakan pada diri ibu sendiri. Bagaimana cara ibu mendidik anak ibu sampai dia berbohong pada ibunya sendiri. Tahu begini, saya tidak akan meminta anak saya untuk meminta maaf pada orang seperti kalian. Orang-orang yang tidak tahu rasanya direndahkan. Orang yang tahunya hanya mengejek dan membual dengan ucapannya."

Suasana sekolah semakin ramai, karena sudah banyak siswa-siswi yang berdatangan ke sekolah.

"Aku melihatnya kemarin, anak laki-laki itu memang mengejek dan membuat Mia sampai menangis. Bahkan bukan hanya Mia saja, aku juga diejeknya karena memiliki mama tiri," ujar Cana membela Kia.

Lalu ditambah, siswa-siswa yang lain, yang ikut-ikutan buka suara.

"Lihat, kita bisa tahu sendiri, siapa yang memulainya lebih dulu. Apa ibu tidak malu?"

Ibu itu langsung menatap tajam ke arah anak laki-lakinya. Tanpa ampun dia malah memukul bokong anaknya sampai meringis kesakitan. Raisa yang melihat itu jadi ikut meringis, karena ia tahu betapa sakitnya dipukul seperti itu.

"Bukan anak ibu yang salah, didikan ibu yang salah. Jangan perlakukan dia dengan kasar, Bu."

"Siapa kamu berani menasehati saya! Minggir Kamu!"

Ibu itu menarik anak laki-lakinya dengan paksa. Raisa terus mengamati kepergian ibu dan anak itu sampai tak terlihat lagi di matanya.

Raisa mensejajarkan tingginya dengan si kembar. Ia mengelus kedua puncak kepala anaknya.

"Maafkan Mami ya sayang. Semalam Mami sempat mendiamkan kalian. Mami bangga kalian sudah bisa menjaga satu sama lainnya. Tapi janji ya sama Mami, kalau kejadian seperti ini terulang lagi, jangan pakai kekerasan, promise?"

Raisa menunjukkan kedua jari kelingkingnya dan langsung diterima oleh si kembar.

"Promise," jawab keduanya yang langsung dipeluk dengan sayang oleh Raisa.

"Belajar yang rajin ya sayang, Mami kerja dulu."

"Iya Mi, semangat kerjanya Mi!"

Raisa mengangguk lalu melambaikan tangannya ke si kembar.

*

*

Persiapan pernikahan sudah hampir selesai, mulai dari gedung, dekorasi, souvenir, hanya tinggal beberapa saja yang belum. Tapi entah kenapa semakin dekat menuju acara, perasaan Tamara semakin tak karuan rasanya. Bukannya semakin yakin, dirinya jadi semakin ragu akan cinta yang dimiliki Edgar untuknya.

Mungkin apa yang dikatakan Edgar memang ada benarnya kalau diurus berdua semua acara pernikahannya akan ada banyak cekcok nantinya. Tapi diurus sendirian, rasanya seperti dia sendiri yang antusias dengan pernikahan yang akan berlangsung 1 bulan 3 Minggu lagi.

"Kamu kenapa sayang? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Astrid.

"Nggak papa kok Ma. Aku hanya tidak sabar aja menunggu waktu pernikahan."

Astrid tersenyum mendengarnya.

"Pasti itu mah, pokoknya nanti Mami akan ajak kamu perawatan supaya kamu tampil sempurna saat malam pertama."

Mendengar hal itu membuat pipi Tamara jadi memerah.

*

*

Ketika Raisa tengah bersantai di luar restoran, ada Edgar yang baru saja keluar dari mobilnya dan akan berjalan menuju ke restoran.

Mata Raisa hanya bisa mendelik karena saking terkejutnya. Tubuhnya seolah tak bisa digerakkan untuk menghindar lagi. Sampai akhirnya keduanya pun saling berjumpa setelah sekian lamanya berpisah.

"Hai Ca, apa kabar?" Edgar menyapa Raisa dengan tersenyum.

Senyuman yang dulu selalu Raisa rindukan tiap harinya. Tapi kenapa sepertinya masih ia rindukan sampai sekarang? Apa jangan-jangan ...

"Baik, baik sekali," jawab Raisa seolah bersikap biasa saja.

"Panggil aku Raisa."

"Kenapa? Dari dulu aku selalu memanggil namamu dengan Ca. Ada yang salah dengan itu?"

"No, but now just call me Raisa not Ca!"

"Em, oke Raisa."

"Good."

Raisa pun pergi meninggalkan Edgar tanpa kata apapun lagi. Ia bahkan tak menanyakan kabar Edgar sedikit pun walaupun sejujurnya ia sedikit penasaran, meskipun ia tahu, Edgar juga pasti baik, apalagi dia akan segera menikah.

Tapi satu pertanyaan yang dilontarkan sebelum dia pergi membuat Raisa tertegun.

"Apa kamu bahagia?"

*

*

TBC

1
Chandralia
TBC tapi tamat.../Casual/
desi aryaradensi
maju mundur cantik...
Risna Wati
aku suka cerita nya,
Mazree Gati
endingya ga asik
Mazree Gati
bahagia tak harus memiliki,,,ga setuju klo rujuk
Mazree Gati
jgn sampai rujuk ya,, klo sampai rujuk unsubcrib
Esananda
thor pliss jgn buat aku semakin nangis..😭😭😭😭
niktut ugis
hallo Bimo emang kamu lupa siapa ortu si kembar ya...si papi pengusaha si mami koki handal
niktut ugis
Pamela lebih suka bunga deposito dari pada serbuk bunga...Bimo harus tau hal ini
Ani Basiati
lanjut
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
EDGAR RAISA
Julham Simatupang
iya dong
Julham Simatupang
bagus
Julham Simatupang
saya suka cerita nya
Julham Simatupang
lanjut
Syifa Shofia
seruuuu
2llOlO85_Maria Krisna wea
☺️☺️
Rinamaryana 29
cerita nya seru, jadi ikut deg degan
Regita Adelesmana
semoga Edgar tak berubah pikiran untuk menikahi Tamara
Mazree Gati: setuju biar pembaca ga kecewa klo sampai rujuk sama raisa
total 1 replies
Surya Arum
Mami hebattt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!