Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
032 - Dasar Wanita Gila
"Selamat pagi, Pak Saka.”
Milan menyapa Saka yang sudah siap berangkat kerja.
Sudah hampir satu bulan Saka beristirahat total di rumah pasca kecelakaan yang dialaminya.
Milan terkejut melihat kehadiran Jelita yang muncul di belakang Saka.
"Se-selamat pagi, Nyo-Nyonya," Milan terbata-bata saat menyapa Jelita dengan rasa takut.
Milan merasa sangat bersalah pada Jelita lantaran pertengkarannya dengan Jelita tempo hari di rumah sakit.
Milan tak percaya bahwa wanita berpenampilan gila itu adalah istri dari bosnya.
Sejak saat itu, Milan mencoba meminta maaf namun hanya dengan melihat tatapan mata wanita itu saja sudah membuat nyali Milan menciut.
Milan membukakan pintu mobil untuk Saka yang masih menggunakan gips di kedua tangan.
"Kau, masuk lebih dulu," Saka memberi perintah pada Jelita.
Jelita masuk ke dalam mobil lebih dulu, Milan terkejut, apakah wanita mengerikan itu akan ikut ke pertemuan penting?
"Ada apa, Milan?" tanya Saka yang menyadari ekspresi terkejut Milan.
"Nyo-Nyonya ikut ke pertemuan Anda?" tanya Milan.
"Tentu saja, Milan,” jawab Saka.
Jelita memasang ekspresi cemberut yang tidak bisa ditahannya.
Pasca membuat tangan kanan Saka cedera akibat Jelita mendorongnya karena terkejut, akhirnya Jelita harus menerima konsekuensi akibat perbuatannya itu.
Jelita harus berperan menjadi tangan kanan pria itu. Mendadak Saka menjadi bayi besar yang harus diurus Jelita selama dua puluh empat jam.
Segala macam aktivitas yang dilakukan Saka harus dibantu oleh Jelita, mulai dari mandi, makan, bahkan hingga membasuh bokong pria itu.
Jelita ingin menangis karena kesal, namun ia tak berdaya, tak punya kuasa di depan pria yang seakan mengendalikan penuh hidupnya. Jelita terkekang rantai tak kasat mata di lehernya.
Jelita menyesal membuat sosok Pretty hiatus selama Saka masih dalam masa pemulihan pasca kecelakaan.
Jelita sengaja membuat Saka merindukan Pretty hingga pria itu menangis tak berdaya. Namun semua rencana yang telah disusun Jelita justru berantakan karena Saka justru mengalami cedera yang malah membuat Jelita harus menjadi budaknya.
...***...
"Tuan Lerose!"
"Tuan Abram!"
Saka membalas sapaan hangat dari Tuan Abram, sosok penting yang akan berperan besar dalam mengembangkan bisnis Saka hingga ke kancah internasional.
Saka mengelola pabrik pengolahan susu sebagai bisnis utama yang membuatnya mengumpulkan pundi-pundi kekayaan.
Sejak beberapa waktu yang lalu Saka sudah berupaya menjalin kerja sama dengan Tuan Abram.
Tuan Abram dikenal sebagai orang yang sangat selektif dalam memilih rekan bisnis. Beliau lebih suka bekerja sama dengan orang yang sudah menikah karena menurut beliau orang yang sudah menikah lebih bertanggung jawab dibanding dengan orang yang tidak menikah.
Saka menemui Tuan Abram, langsung di kediaman pribadi beliau untuk makan malam bersama.
"Perkenalkan, ini istri saya, Jelita," Saka memperkenalkan Jelita pada Tuan Abram.
Jelita menunduk memberi hormat pada Tuan Abram.
"Dan ini, asisten pribadi saya, Milan.”
Milan menjabat tangan Tuan Abram.
"Senang bertemu dengan kalian, mari silakan masuk," ajak Tuan Abram.
Jelita memindai rumah Tuan Abram yang bernuansa ala kerajaan Eropa abad delapan belas dengan banyak hiasan dan ornamen yang membuat Jelita seperti sedang mengunjungi museum.
Mata Jelita langsung tertuju pada sosok wanita berpenampilan glamor ala wanita bangsawan Eropa abad delapan belas.
Rambut pirang wanita itu disanggul tinggi dan besar dengan hiasan pita. Gaun megah berwarna merah muda terang dilengkapi bulu-bulu berhiaskan taburan mutiara yang glamor.
Wanita berkulit pucat itu mengedarkan pandangannya pada para tamu yang datang.
Wanita itu langsung bergabung bersama Tuan Abram.
"Mary, perkenalkan, ini Tuan Lerose, bersama istrinya, Nyonya Lerose," kata Tuan Abram.
"Cantik sekali! Kau benar-benar sangat cantik! Gaunmu sungguh indah!" Mary langsung menarik tangan Jelita.
"Anda lebih cantik dan gaun Anda bahkan lebih cantik lagi," puji Jelita pada Mary.
"Maaf ya, Tuan Lerose, Mary sangat terobsesi dengan peradaban Eropa," kata Tuan Abram.
"Istri saya Jelita juga sangat menyukai era gotik pada abad pertengahan Eropa. Dan saya sangat mendukung apa pun yang disukai istri saya," kata Saka.
"Haha! Anda sungguh mengingatkan saya pada waktu masih muda dulu, Tuan Lerose," Tuan Abram tertawa.
Milan berusaha menutupi ekspresi terperangahnya, ia masih tak percaya apa yang dilihatnya.
Para pria sukses di depannya itu justru menyukai wanita-wanita berpenampilan nyentrik seperti peserta pawai halloween.
"Sayang, aku mau minum teh bersama Nyonya Lerose ya," kata Mary pada Tuan Abram setelah mereka makan malam bersama.
"Silakan Sayang, lakukan apapun yang kau suka," kata Tuan Abram.
"Tuan Lerose, saya pinjam Nyonya Lerose untuk menemani saya, ya," kata Mary pada Saka.
"Suatu kehormatan bagi istri saya untuk bisa menemani Anda, Nyonya Abram," kata Saka.
Mary dan Jelita meninggalkan para pria di ruang makan.
"Tuan Lerose, saya sungguh bahagia melihat istri saya senang karena bertemu dengan istri Anda," kata Tuan Abram.
"Begitu pun dengan saya, Tuan Abram, bagi saya kebahagiaan istri saya adalah yang paling penting. Saya bekerja dengan sangat keras agar bisa selalu membahagiakan istri saya," ucap Saka.
"Anda pria muda yang sangat berdedikasi. Saya sungguh terkesan dengan Anda," kata Tuan Abram.
"Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik, terutama untuk istri saya. Karena tanpa dukungan dan motivasi dari istri saya, saya tidak mungkin bisa merasakan kesuksesan," lanjut Saka.
Saka mengulas senyumnya melihat Tuan Abram tersenyum puas.
Menurut sumber informasi yang sudah dikumpulkan Saka, Tuan Abram adalah pria yang sangat mencintai istrinya. Sehingga Saka harus menunjukkan sikap yang sama agar mendapat simpati dari pria itu.
...***...
"Kalian sudah harus pergi? Kenapa cepat sekali? Mengapa kalian tidak menginap semalam? Aku masih ingin berbincang dengan Nyonya Lerose, banyak hal yang masih belum kami bahas.”
Mary menunjukkan sikap protesnya saat Saka mengajak Jelita untuk pulang.
"Mary Sayang, Tuan Lerose dan istrinya harus pulang," kata Tuan Abram.
"Tapi.."
"Nyonya Mary, jangan ragu untuk menghubungi saya, kita bisa hangout bersama," kata Jelita.
"Oh, Jelita! Aku sungguh menantikan kita bisa hangout bersama tanpa para pria," kata Nyonya Mary.
"Tentu saja, Nyonya Mary, saya tunggu kabar baik dari Anda," kata Jelita.
"Baiklah, karena hari sudah semakin malam, saya dan istri saya pamit undur diri. Terima kasih atas jamuan Tuan dan Nyonya Abram," pamit Saka.
"Oh, satu hal lagi, Tuan Lerose. Untuk kontrak yang sudah kita sepakati akan diurus oleh sekretaris saya," kata Tuan Abram.
"Terima kasih, Tuan Abram, saya sungguh menantikannya," Saka tersenyum senang.
...***...
"Haha! Berhasil!"
Saka tertawa senang sambil bertepuk tangan begitu memasuki mobil.
"Selamat, Pak Saka! Kita berhasil menandatangani kontrak dengan Tuan Abram yang terkenal sangat kolot!" kata Milan sambil mengemudi.
Saka menoleh ke arah Jelita yang hanya diam melemparkan pandangan keluar jendela.
"Kerja bagus! Rupanya kau bisa berguna juga ya!"
Jelita tidak menyahut, ia masih terus merengut pada Saka.
"Tak sia-sia kau berpenampilan macam orang gila begini! Ternyata memang benar, orang gila itu berteman dengan orang gila juga! Siapa sangka Tuan Abram punya istri yang gila sepertimu juga! Haha! Dasar wanita gila!"
Saka tertawa senang sambil menepuk-nepuk bahu Jelita hingga Jelita tertunduk.
Berpenampilan macam orang gila? Memangnya kau pikir gara-gara siapa aku mau berpenampilan gila begini?! Jelita membatin kesal.
Tiba-tiba mobil yang dikemudikan Milan berhenti mendadak.
Seketika Saka dan Jelita yang duduk di kursi belakang terjatuh dan membuat bibir mereka saling bertabrakan.
...----------------...