Gadis polos yang berasal dari desa itu bernama Sri, karena tuntutan keadaan dan di jerumuskan temannya dia menjadi simpanan seorang sugar daddy yang memberinya berbagai kemewahan. Terlena dengan duniawi dan perhatian sang sugar daddy membuat Sri lupa diri dan ingin memiliki pria yang telah mempunyai anak dan istri itu. Bagaimana kisah selanjutnya? mari ikuti kisahnya,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tambang emas
"Regan, jika kamu tetap pergi untuk mencari wanita itu, maka jangan pernah anggap lagi aku sebagai ibu mu!" Teriak Sari mengancam Regan yang saat ini hendak melangkahkan kakinya keluar apartemen.
Bahkan sumpah serapah sempat terlontar dari mulut Sari yang merasa kecewa dengan sikap Regan yang kini di matanya bak malin kundang si anak durhaka.
Langkah kaki Regan otomatis berhenti dengan sendirinya saat mendengar ancaman dan sumpah serapah Sari, selama ini sang ibu selalu menyayangi nya dengan sepenuh hati, begitupun sebaliknya, tak dapat di gambarkan seberapa sayang Regan pada sang ibu, namun mendapatkan ancaman dan sumpah serapah sang ibu hanya karena ke salah pahaman yang sulit untuk Regan ceritakan kebenarannya itu berkali-kali lipat lebih sakit di banding jika dia memang melakukan kesalahan dan pantas menerima semua itu dari Sari.
Tubuh tinggi dan kekar itu berbalik, "Bu, aku mencintainya, aku mencintai Lestari, wanita yang ibu tuduh murahan dan materialistis itu. Tidak ada satu orang pun yang bisa menghalangi aku untuk mencintainya dan hidup bersamanya, bahkan jika itu ibu sekalipun." Tegas Regan.
Regan tidak ingin mengalah lagi, hatinya sudah bertekad, cukup selama satu minggu ini dia menahan diri, menyiksa diri dan membodohi dirinya sendiri karena tidak mengikuti kata hatinya untuk bertemu dengan kekasih hatinya itu, dia tidak ingin menyesal untuk kesekian kalinya, dan yang lebih penting lagi dia tidak kehilangan wanita yang di cintainya.
"Regan,,, ibu tidak main main dalam hal ini, jika kamu tetap memilih wanita itu, maka jangan salahkan ibu jika hak kelola toserba akan ibu cabut, ibu akan memberikannya pada Karina, demi masa depan cucu ibu." Mimik wajah Sari terlihat sangat serius saat mengatakan itu semua, namun sayangnya hal itu tidak membuat Regan gentar sedikitpun, apalagi sampai mundur dan mengurungkan niatnya untuk mencari Sri.
"Tidak apa-apa bu, jika memang itu sudah menjadi keputusan ibu, lagi pula,,,, bayi yang ada di dalam perut Karina juga bisa di bilang memang cucu ibu." Regan tersenyum getir, tidak ada yang salah dari ucapan sang ibu, bayi itu memang bisa di sebut cucu Sari juga karena ayah dari bayi yang di kandung Karina tak lain adalah anak tiri Sari.
"Regan,,, kamu keterlaluan, kamu tidak akan mendapatkan apapun dari ku!" teriak Sari yang lantas beberapa detik berikutnya tubuhnya luruh jatuh di lantai.
"Ibu,,,!" teriak Regan sontak mendekat dan menolong Sari yang saat itu kehilangan kesadarannya.
*
"Bagaimana keadaan ibu ku, dok?" Regan bergegas menghampiri Dari Dokter Shinta yang baru saja keluar dari ruang UGD setelah selesai memeriksa Sari.
"Sudah sadar dan berangsur membaik," jawab Dokter Shinta yang biasanya ramah saat berbicara dengan Regan, kali itu terlihat datar bahkan hampir bisa di katakan sedikit ketus, rupanya dokter Shinta sedikit kecewa karena Regan tidak bisa menjalankan amanahnya untuk menjaga Sari, sampai sampai Sari harus kembali ke rumah sakit hanya dalam waktu satu pekan saja dari kepulangannya.
"Apa boleh aku bertemu dengan ibu?" tanya Regan dengan kepala yanng melongok mengintip pintu UGD yang setengah terbuka.
"Maaf, tapi bu Sari berpesan jika beliau tidak mau bertemu dengan mu, dia hanya ingin bertemu dengan---"
"Dokter, bagaimana keadaan ibu mertua ku?" belum sempat Shinta mengatakan siapa orang yang ingin di temui sang ibu, rupanya sudah langsung terjawab saat itu juga karena Karina tiba tiba tergopoh gopoh datang menyerobot di perbincangan mereka berdua.
"Kau,,, untuk apa kau datang ke sini? Tidak usah berpura pura khawatir akan keadaan ibu ku, agar terlihat seperti menantu yang baik, semua ini terjadi gara gara kau!" tuduh Regan dengan jari telunjuk yang mengacung tepat di wajah Karina.
"Aku yang memanggilnya ke sini atas permintaan pasien, dan saya minta untuk jangan membuat keributan di rumah sakit!" lerai Dokter Shinta, yang akhirnya berhasil membuat Regan menurunkan amarahnya pada Karina.
Hampir kira kira dua puluh menit Karina berada di dalam ruangan bersama Sari, entah apa yang mereka perbincangkan, yang jelas, saat Karina keluar dari ruangan itu, wajahnya berseri seri, dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.
"Kali ini semua yang menjadi milik mu sudah berpindah pada ku, rumah, mobil, dan sekarang toserba, ibu mu akan memberikannya untuk ku, aku akan menjadi janda yang kaya raya setelah berpisah dengan mu, dan kau akan menggelandang di jalanan karena tak punya apapun lagi." ejek Karina berharap bisa memancing emosi Regan dengan mengatakan semua itu, Karina sangat paham, selain sang ibu, toserba adalah hal kedua yang berarti dalam hidup suaminya itu, namun sayangnya tidak ada reaksi apapun Regan, selain Sari sempat membahasnya sebelum pingsan di apartemen, Regan juga tidak ingin memaksakan keputusan Sari, saat ini dia hanya ingin mencari dan bertemu dengan Sri, itu saja, persetan dengan yang lainnya, apalagi hanya toserba yang tentu saja tidak ada apa apanya jika di bandingkan dengan bisnis yang sedang di kelolanya diam diam.
"Kalau begitu, cepatlah urus perceraian kita, sehingga kau bisa cepat cepat menjadi janda kaya raya!" sinis Regan.
"Hmmm,,, sayangnya ibu mu memohon agar kita tidak berpisah, dan sebagai imbalannya dia akan memberikan semua hartanya termasuk semua aset aset berharganya sebagai imbalan jika aku bisa bertahan dalam pernikahan ini, hahaha,,," derai tawa puas mengakhiri ucapan Karina membuat Regan mengepalkan kedua tangannya sangat ketat, andai saja manusia di depannya ini bukan wanita yang sedang berbadan dua, ingin rasanya Regan menghajarnya sampai mati, namun meski kelakuan Karina melebihi setan, Regan harus menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan pada wanita yang pernah dia cintai itu, dia tidak ingin merendahkan diri dengan berbuat kasar pada wanita.
"Baik jika begitu, aku titip ibu ku, kalau sampai terjadi apa apa dengannya aku tidak akan memaafkan mu!" ancam Regan.
Sebenarnya berat rasanya meninggalkan dan menitipkan sang ibu pada ular berbisa itu, namun mau bagaimana lagi, Sari tidak mau bertemu dengannya, sebelum pergi meninggalkan rumah sakit, Regan juga sudah menghubungi bik Sumi juga perawat yang biasa mengurus ibunya karena sang ibu harus kembali di rawat untuk beberapa hari di sana.
"Tentu saja, aku akan menjaga tambang emas ku, aku tidak akan membiarkannya mati begitu saja sebelum semua hartanya jatuh ke tangan ku," kata Karina seraya mengedipkan sebelah matanya mengejek Regan.
"Dasar wanita iblis!" umpat Regan sambil berlalu meninggalkan Karina, sungguh dia takut kehilangan kendali jika tinggal lebih lama di sana, karena Karina seperti sengaja menguji kesabarannya.
*
Sri baru saja turun dari taksi online yang di pesannya untuk menuju terminal. Gadis muda itu menyeret kakinya yang terasa berat untuk meninggalkan ibu kota dan kembali ke kampung halamannya, tidak terbayangkan bagaimana murkanya sang ibu nanti saat dirinya kembali, atau bahkan mungkin ibunya tidak mau menerimanya kembali, lantas harus kemana jika ibunya tak mau menerimanya kembali? Lalu bagaimana jika Darto si tua bangka itu tetap ingin mempersunting dirinya? Semua pemikirannya berjejalan di kepala memikirkan bagaimana nasibnya kedepan dan memikirkan apa yang harus di lakukannya.
Namun tiba-tiba suara seorang wanita memanggilnya dengan lantang, "Sri,,,,!"
Hampir tidak ada satu orang pun di ibu kota ini yang memanggil dirinya dengan nama itu, kecuali orang dari desanya, benar saja, saat Sri menoleh ke arah suara, dua orang wanita tengah mendekat ke arahnya membuat wajah Sri tiba tiba memucat akibat di landa ketakutan, tanpa pikir panjang Sri langsung mengambil langkah seribu berlari menjauh dari dua wanita yang sialnya kini malah mengejarnya itu.
"Sri tunggu!" panggil mereka.