Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Semakin Dekat.
Pagi ini Nasya yang sudah terlihat begitu rapi menggunakan dress berwarna biru yang duduk di atas kursi roda dengan Bibi yang menyisir rambutnya.
Pintu kamar yang terbuka membuat Nasya dan Bibi sama-sama menoleh ke arah pintu yang ternyata Nathan.
"Apa Nasya sudah selesai?" tanya Nathan.
"Sebentar lagi. Mas Nathan," jawab Bibi. Nasya sangat bingung dengan pertanyaan Nathan dan sepertinya dia ingin dibawa pergi. Tetapi tidak ada pembicaraan sebelumnya dengan dia.
"Baiklah! kalau begitu saya tunggu di mobil. Kalau sudah selesai langsung bawa Nasya keluar," ucap Nathan yang berlalu dari kamar tersebut.
"Apa aku hari ini pergi?" tanya Nasya yang menulis di ponselnya.
"Iya. Nona. Mas Nathan ingin membawa Nona kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan secara medis," jawab Bibi.
"Apa-apaan dia. Dia sama sekali tidak membicarakan apapun kepadaku dan sudah membawaku pergi begitu saja. Kenapa sekarang jadi suka-suka hati dia melakukan apapun yang semaunya. Tidak berdasarkan izin dariku," batin Nasya dengan kesal.
"Nona, Nasya sudah selesai," ucap Bibi yang akhirnya menyelesaikan menyisir rambut tersebut.
"Apa ada yang ingin Nona lakukan lagi?" tanya Bibi. Nasya menggelengkan kepala.
"Kalau begitu kita langsung menyusul, Mas Nathan saja," ucap Bibi yang memutarkan kursi roda Nasya yang tidak menunggu persetujuan Nasya dan langsung membawa Nasya keluar dari kamar.
Nathan yang menunggu di dalam mobil dan begitu melihat istrinya keluar dari rumah membuat Nathan kembali keluar dari mobil.
"Sudah selesai, Mas!" ucap Bibi.
"Baiklah! kalau begitu saya dan Nasya pergi dulu. Kamu jaga rumah," ucap Nathan berpamitan dan ingin mengangkat tubuh nasional dan nasihat terlihat menolak.
Nathan mengerutkan dahi dan menunggu istrinya mengetik di ponselnya.
"Kita mau kemana? Kenapa membawaku pergi begitu saja tanpa ada izin?" tanya Nasya.
"Kerumah sakit," jawab Nathan.
"Untuk apa dan kenapa tidak mengatakan apapun kepadaku sebelumnya?" protes Nasya.
"Aku ingin membicarakannya tadi malam dengan kamu dan kamu sudah tidur terlebih dahulu. Hari ini jadwal pemeriksaan medis kamu untuk melihat perkembangan kamu," jawab Nathan.
"Apapun itu seharusnya mengatakan dulu terlebih dahulu kepadaku dan bukan malah memerintah Bibi begitu saja apa aku tahu apa-apa. Jangan orang tuaku tidak ada di sini dan kamu punya kuasa sepenuhnya atas diriku," tulis Nasya yang sepertinya sengaja mencari gara-gara dengan Nathan.
Nathan menghela nafas dan membungkukkan tubuh dengan mendekatkan wajahnya pada Nasya yang membuat Nasya refleks memundurkan wajahnya.
"Aku tahu kamu sudah terlalu lama sekali tidak ribut dengan ku dan mungkin kamu merindukan suasana ribut dan berdebat denganku. Nasya aku rasa mengajakmu hari ini pergi bukan untuk hal yang lain dan ini untuk kepentingan kesehatan kamu. Jadi jangan mendebatku dan menurut saja," ucap Nathan.
"Jadi sekarang jangan protes lagi. Kita harus pergi dan jangan sampai terlambat. Dokter juga masih memiliki pasien lain," ucap Nathan dengan tegas.
Nasya yang tidak mengatakan apa-apa dan hanya menunjukkan kekesalannya. Nathan juga tidak berbicara lagi yang langsung mengangkat Nasya memasukkan ke dalam mobil dan Bibi membantu melipat kursi roda tersebut membuat ke bagasi mobil.
"Kami pergi dulu!" ucap Nathan yang kembali berpamitan yang membuat Bibi menganggukkan kepala dan Nathan kembali memasuki mobil.
Wajah Nasya yang terlihat begitu kesal yang terus saja cemberut. Nathan tiba-tiba saja kembali mendekatinya yang membuat Nasya kaget yang ternyata Nathan memakaikan sabuk pengaman.
Wajah Nasya benar-benar sangat tegang dengan posisi jarak yang sangat dekat itu dan apalagi ketika Nathan menoleh ke arahnya yang membuat mata Nasya mendelik dengan refleks memundurkan kepalanya. Lalu Nathan kembali ke posisi duduknya yang membuat Nasya menghela nafas yang sepertinya sejak tadi dia menahan nafas.
"Apa yang dia lakukan," batin Nasya yang berusaha untuk tenang dengan jantungnya yang berdebar tidak menentu dan Nathan langsung melajukan mobil tersebut dengan kecepatan santai.
Mereka berdua melakukan perjalanan ke rumah sakit, di dalam mobil terlihat begitu hening tidak ada suara dari siapapun dan bahkan Nathan juga tidak mengajak Nasya berbicara. Nasya menurunkan kaca mobil yang melihat suasana keindahan di Swis.
Dengan rerumputan yang berwarna hijau, jarak rumah dari yang satu ke rumah yang lain cukup jauh dan rumah-rumah di sana memiliki bangunan yang sangat mirip dan terlihat estetik sama seperti rumah mereka.
Suasananya begitu sangat asri, terlihat privasi dan yang pasti begitu indah dan apalagi Nasya juga melihat ada hewan yang sedang di gembala pemiliknya. Tidak ingin menyia-nyiakan pemandangan yang indah itu membuat Nasya mengambil ponselnya dan merekam suasana tersebut.
Dia mengabadikan apa yang dia lihat, dengan keindahan Swiss yang memang terlihat sepi yang sejak tadi hanya melihat orang satu-satu saja.
Nathan menoleh ke arah Nasya yang melihat terukir senyum di wajah cantik itu, Nathan cukup kaget dengan dahi mengkerut yang pertama kali melihat Nasya tersenyum yang selama ini dia tahu wanita itu sangat culas dan wajahnya selalu saja terlihat ingin marah-marah.
Tetapi melihat istrinya yang sekarang tersenyum seperti itu membuat Nathan juga tampak senang yang juga terlihat senyum tipis di ujung bibirnya.
Nasya yang melihat ke sebelahnya dan Nathan yang kembali mengalihkan pandangannya melihat lurus ke depan.
"Apa dia sedang melihatku?" batin Nasya bertanya-tanya. Nasya yang tidak peduli dan melanjutkan mengambil photo tersebut.
"Aku pikir dia tidak bisa tersenyum dan ternyata dia bisa melakukan hal itu," batin Nathan dengan geleng-geleng kepala.
Akhirnya Nathan dan Nasya yang sampai juga di rumah sakit. Nasya yang langsung melakukan pemeriksaan terhadap kaki dan juga pita suaranya. Nathan hanya melihat dari luar saja. Karena memang itu urusan Dokter yang melakukan pemeriksaan dan kehadiran Nathan bisa-bisa hanya mengganggu Nasya dan Dokter tersebut.
Tidak lama mereka melakukan pemeriksaan yang akhirnya selesai juga. Nathan yang mendorong kursi roda Nasya menuju mobil. Seperti biasa Nathan yang langsung menggendong Nasya yang memindahkan ke kursi mobil.
Saat Nathan ingin memakaikan sabuk pengaman untuk Nasya, tetapi tidak jadi. Karena Nasya melakukan hal itu terlebih dahulu bahkan sangat buru-buru.
Mungkin Nasya ingin aman dan tidak menahan nafas saat Nathan melakukan semua itu dan lebih baik bertindak sendiri. Nathan tidak mengatakan apa-apa yang kemudian menutup pintu mobil. Nathan menghela nafas yang merasa lega. Nasya berpura-pura tenang ketika Nathan sudah duduk di sampingnya.
"Kamu sudah mendengar sendiri dari Dokter. Bahwa kondisi kamu benar-benar mengalami kemajuan yang sangat tinggi. Adanya permasalahan tulang pada kaki kamu sudah mulai membaik dan sangat banyak kemungkinan kamu akan bisa kembali berjalan. Kamu hanya terus berlatih dan terus mencoba, maka kamu akan sembuh total," ucap Nathan yang memberikan semangat.
Nasya menganggukkan kepala yang juga merasa lega dengan respon baik Dokter yang memberikan kabar atas peningkatan pada kondisinya. Apa yang di lakukan Nasya. Jadi tidak sia-sia.
"Aku sangat berharap bisa sembuh secepatnya. Aku sudah ingin berteriak dan juga berlari," batin Nasya dengan penuh harapan.
"Kita kembali saja," ucap Nathan yang membuat Nasya menganggukkan kepala.
Nathan yang langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan santai. Urusan rumah sakit sangat cepat selesai dan Nasya saja yang membuat masalah pakai protes segala.
Bersambung.