Terlahir dari keluarga broken home membuat Nirmala yang kerap dipanggil dengan Mala, sangat susah diatur oleh sang ibu sampai akhirnya dia di masukkan ke pesantren dengan harapan bisa membuatnya dapat berubah. Tetapi saat di dalam pesantren bukannya berubah, tetapi tingkahnya menjadi-jadi membuat guru-guru sampai gusnya pun pusing akan tingkahnya. Sampai suatu hari terjadi tragedi diantara keduanya, mereka terpaksa dinikahkan takut terjadi fitnah. Akankah Mala berubah sikap setelah menikah dengan gusnya atau malah semakin Badung ?. Yuk ! Baca Selengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Keputusan Abah Rais
Abah Rais telah mengambil keputusan untuk menindak lanjuti masalah kemarin. Abah Rais telah memutuskan untuk menikahkan gus Ahtar dan Mala.
“Abah, terkait masalah kemarin jadinya gimana bah ?” Tanya Uma Hana
“Dengan terpaksa abah akan menikahkan Ahtar dengan Mala, ma. Karena kalau tidak mengambil keputusan ini kasihan pada mereka terutama Mala. Pasti akan di hujat habis-habisan sama masyarakat disini kalau sampai sewaktu-waktu kabar ini bocor keluar ma” Jawab Abah Rais
“Ya sudah, kalau itu keputusan terbaik, uma ikut saja bah” Ucap Uma Hana
“Abah akan telpon keluarga Mala, agar datang ke sini ma” Ucap Abah Rais
“Iya bah” Jawab Uma Hana
Tak lama Gus Ahtar datang dan Abah Rais langsung memanggilnya, untuk bergabung dengannya membicarakan permasalahan yang terjadi di pesantren menyangkut putranya itu.
“Ahtar, sini dulu”
“Iya bah, ada apa ?”
“Nanti sore pulang mengajar kamu jangan kemana-mana ya, ada hal penting yang mau abah sampaikan sama kamu”
“Mengenaia pa bah ?”
“Nanti juga kamu tahu, nak”
“Yasudah bah, kalau begitu Ahtar pamit dulu. Assalamu’alaikum”
“Mangga, nak”
\*\*\*\*\*
Dikamar santri Mala, Luthfi, Cika, Ririn, Sri dan ning Hani sedang siap-siap untuk berangkat ke sekolah.
“Kira-kira aku bakalan dikasih hukuman gak ya ning soal masalah kemarin ?” Tanya Mala penasaran
“Pasti Mal di kasih, Cuma aku gak tahu apa hukumannya soalnya kan masalah kaya gini baru muncul sekarang, Menurut kalian gimana ?” Tanya Ning Hani pada temannya yang lain
“Emangnya ada masalah apa ning ?” Tanya mereka berempat
“Oalah aku lupa belum ngasih tahu kalian ya. Jadi gini, kemarin itu kita pulang dari pasar, terus Mala sakit perut lalu dia izin ke toilet. Tapi dia salah masuk kamar harusnya kamar ku tetapi kamarnya a Ahtar. Permasalahnnya saat Mala keluar dari toilet bersamaan dengan a Ahtar yang masuk mereka bertabrakan lalu Mala jatuh. Dan posisi saat jatuh Mala di atas a Ahtar” Jawab ning Hani
“Astagfirullah hal’adzim, Mal kalau kasus kaya gini termasuk kasus besar Mala. Aku yakin hukuman kamu bakalan lebih besar dari hukuman kamu berantem sama teman-teman di kelas” Ucap Cika malah menakut-nakutinya
“Kamu jangan nakut-nakuti aku dong” Jawab Mala
“Aku itu bukan nakut-nakuti, tapi kan kasusnya udah jelas kasus besar. Soalnya ini menyangkut nama baik pesantren kita, Mal” Ucap Cika
“Tapi benar juga, yang dikatakan Cika” Ujar Sri
“Jangan di bahas lagi, nanti gimana keputusan kyai saja” Jawab Mala
\*\*\*\*\*
Setelah kemarin sore abah Rais meminta kedua orang tua Nirmala untuk datang ke pesantren, hari ini kedua orang tua Nirmala datang, untuk memenuhi permintaan kyai putrinya.
(Kedua orang tua Mala ?, bukankah kedua orang tuanya sudah cerai karena perbedaan status sosial ?, kok bisa sama-sama lagi ?)
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” Ucap kedua orang tua Nirmala
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Ayo masuk pak, bu” Jawab Uma Hana
“Iya bu, makasih” Ucap Bunda Amalia
“Bu ada pak kyainya ?” Tanya Ayah Ridwan
“Ada di dalam sebentar saya panggilkan dulu ya. Silahkan duduk pak” Jawab Uma Hana
“Iya bu, terima makasih” Ucap Keduanya
Tok Tok Tok
“Bah, orang tua Mala sudah datang bersama istrinya” Ucap Uma Hana
“Iya uma, abah samperin mereka ke depan sekarang” Jawab abah Rais
“Ayo, sekalian uma membawa makanan dan minuman” Ajak Uma Hana
“Assalamu’alaikum, Pak kyai, bagaimana kabarnya ?” Ucap Ayah Ridwan dan istrinya langsung
berdiri saat pemilik pesantren datang
“Wa’alaikumsalam, alhamdulillah kami sekeluarga baik pak. Kalau bapak dan keluarga apa kabar ?” Ucap Abah Rais
“Alhamdulillah kami juga baik” Jawab Ayah Ridwan
“Terima kasih ibu dan bapak sudah berkanan datang ke sini” Ucap Abah Rais
“Sama-sama pak kyai, tapi kalau boleh saya tahu ada apa ya. Apa Mala melakukan hal yang sangat keterlaluan ?” Tanya Ayah Ridwan
“Kalau keterlaluan sekali tidak, hanya saja” Jawab abah Rais
“Hanya saja apa kyai ?” Tanya Ayah Ridwan
“Hanya saja Mala harus mendapatkan hukuman yang mungkin di luar pemikiran pak Ridwan sekeluarga” Jawab Abah Rais
“Memangnya Mala melakukan apa kyai ?” Tanya Ayah Ridwan penasaran
“Kemarin itu Mala pulang dari pasar tiba-tiba sakit perut ia kebelet terus masuk ke toilet di kamar gus Ahtar saat Mala mu keluar gus Ahtar masuk, mereka tabrakan sampai Mala jatuh dan posisinya Mala di atas gus Ahtar” Jawab Abah Rais
“Astagfirullah, ada-ada saja kamu Mal” Ucap Ayah Ridwan sambil geleng-geleng kepala
“Itu memang bukan hal yang fatal sih pa. tapi kejadian kemarin itu di lihat oleh beberapa santri saya khawatir kalau sewaktu-waktu masalah ini bocor keluar dan pihak luar berkata yang tidak-tidak” Jawab Abah Rais
“Saya paham pak kyai, maksud arah pembicaraan mas. Lantas anak saya harus di keluarkan dari pondok ini atau bagaimana pak kyai ?” Tanya Ayah Ridwan
“Tidak pak, Mala tidak akan di keluarkan dari pesantren ini. Tapi saya minta maaf dengan sangat terpaksa Mala dan gus Ahtar harus di nikahkan” Jawab Abah Rais
Uma Hana ikut menimpali ucapan Abah Rais “Iya pak. Karena itu satu-satunya hal yang baik untuk kebaikan Mala dan dan pondok ini pak” Uma Hana ikut menimpali
“Kalau saya setuju saja pa kyai. Saya ikut saja keputusan pak kyai. Tetapi bagaimana dengan gus Ahtar, apa dia mau menerima keputusan ini ?” Ucap Ayah Ridwan
“Saya sudah bicara dengan dia, dia ikut kata saya karena tidak ada pilihan lain” Jawab Abah Rais
“Baiklah kalau begitu pak kyai. Kalau Mala sendiri gimana ?” Tanya Bunda Amalia
“Saya belum sempat memberi tahu dia pak, saya mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan Mala” Jawab Abah Rais
“Kalau begitu sekarang saja pak kyai mumpung kami masih disini” Ucap Ayah Ridwan
“Baiklah pak akan saya panggil Mala nya” Jawab Abah Rais
\*\*\*\*\*
Kemudian Mala pun di panggil untuk datang ke rumah kyai, saat masuk ke ndalem dia terkejut melihat kedua orang tuanya.
“Assalamu’alaikum” Ucap Mala hati-hati
“Wa’alaikumsalam” Jawab semuanya
Dan pada saat Mala melihat kedua orang tuanya ia merasa bingung
“Bunda” Ucap Mala
“Ayah ?, kok ayah bisa ada di sini ?” Tanya Mala terkejut
“Alhamdulillah, kami sudah rujuk kembali nak. Kamu bahagia ?” Ucap Ayah Ridwan
“Aku seneng banget, yah” Jawab Mala
“Gimana kabarmu sayang ?” Tanya Bunda Amalia
“Aku gak baik-baik aja bun, ku gak betah disini bunda. Bunda dan ayah pasti mau jemput aku kan ?. yaudah kalau begitu aku packing-packing dulu barang-barang aku ya bun” Jawab Mala
“Mala kami kesini bukan mau menjemput kamu” Ucap Bunda Amalia
“Lah terus ?” Tanya Mala
“Kami di undang kesini oleh kyai untuk membicarakan kasus kamu” Jawab Ayah Ridwan
“Terus aku di keluarkan dari pondok ini bun ?, Kalau iya gapapa dong bun lagian aku gak betah disini” Ujar Mala
“Bukan Mala, kamu bukan mau di keluarkan” Jawab Bunda Amalia
“Terus ?” Tanya Mala
“Nak, kamu akan di nikahkan dengan gus Ahtar” Jawab Uma Hana
“Apa ?, Saya mau dinikahkan saya gus Ahtar ?, gak, saya gak mau kyai. Saya gak mau nikah sama dia” Ucap Mala sambil menggelengkan kepalanya
“Mala ini sudah jadi keputusan kami. Ini cara yang terbaik untuk masa depan kamu dan pondok pesantren ini” Jawab Abah Rais
“Ya sudah saya, ikut keputusan orang tua saya saja” Ucap Mala
“Bunda dan ayah sudah setuju” Jawab Bunda Amalia
“Ya sudah, saya juga setuju” Ucap Mala dengan pasrah
Di ndalem para petugas piket tengah membicarakan kabar pernikahan Mala dan gus Ahtar. Mereka tidak menyangka kalau gadis yang di pinang gus Ahtar. Mereka tidak menyangka kalau gadis yang di pinang gus Ahtar adalah gadis yang tidak sepadan dengannya.
“Kok bisa ya gus Ahtar memilih santri badung kaya Mala. Cocoknya juga sesame anak kyai, yang sama-sama punya ilmu agama yang sepadan”
“Iya bener tuh. Atau paling enggak sama ning sinta, yang sama-sama keturunan ning jelas babat, bibit sama bobotnya”
“Misalnya dengan ning Sinta anak kyai Askar sudah cantik, baik, dan sepadan dengan gus Ahtar.”
Saat mereka tengah menggosip sambil piket, ning Hani masuk ke ndalem dan mendengar percakapan para santri yang tengah piket.
“Kalian mau nyari ilmu atau mau menggunjing orang ?” Tanya ning Hani
“Nyari ilmu dong ning” Jawab Mereka
“Terus buat apa kalian menggosipkan Mala. Sia-sia dong kalian mondok disini sampai bertahun-tahun” Ucap Ning Hani kesal
“Maaf ning kami nggak sengaja. Kami permisi ning” Jawab Mereka dan langsung bubar