Pembaca baru, mending langsung baca bab 2 ya. Walaupun ini buku kedua, saya mencoba membuat tidak membingungkan para pembaca baru. thanks.
Prolog...
Malam itu, tanpa aku sadari, ada seseorang yang mengikuti ku dari belakang.
Lalu, di suatu jalan yang gelap, dan tersembunyi dari hiruk-pikuk keramaian kota. Orang yang mengikuti ku tiba-tiba saja menghujamkan pisau tepat di kepalaku.
Dan, matilah aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Wat Gawat!!
"Ayolah. Kau ini, seperti biasanya. Bilangnya ga mau, ga mau. Ga ikutan ga ikutan. Eh, malah si paling asyik sendiri explore kesana kemari." kata Angga sambil menunjuk nunjuk ke arahku. "Lu pikir, cuma Elu saja yang keping seru seruan? Hah?"
"Halah. Kalian sendiri kan yang menolak ajakanku saat aku berencana explore rumah Pak Jatmiko kemarin kan?" jawabku. "Kamu ada aja alasannya, si Dika sibuk sama Lenny. Si Udin, kabur terus!! Hah"
"Eh.. Lhoo.. Iya ya. Ahahaha." Angga tertawa kecut mendengar jawabanku. "Ya. Kali ini kita sidak rame rame deh."
"Halah, entar di akhir juga pada ngacir satu persatu seperti di kali Gimun."
"Ayolah, kasih kita satu kesempatan!!" rengek Angga. "Lagi pula, kalo rame rame kan lebih ga nyeremin."
"Ok, tapi ingat. Jangan bikin suara gaduh di sana. Lalu, jangan sekali kali mendekati rumah angker di sebelah kali di sana. Lalu..." aku diam sesaat. "Kalo bisa, kita hanya melihat sampai gerbang yang di maksud oleh Udin saja. Ok?"
"Siyap Ndan..." jawab mereka kompak.
"Dan.... Jangan bawa para cewek! Aku ga mau kalau Levi kesurupan lagi. Aku di omelin Bu Devi setiap kali ketika belanja di toko kelontong nya."
"Ok Ndan...." Sahut mereka lagi.
"Dan... Jangan kencing sembarangan..."
"Walah, di biarin ngomong, Elu makin banyak omong ya Yon? Kita bukan anak kecil tau. Kita tau harus bagaimana di tempat yang angker. Kita juga ga se bodoh itu!" seru Angga.
"Ok, pokoknya Gua sudah mengingatkan. Kalau kalian macam macam di sana, dan terjadi hal yang macam macam. Gua ga mau tanggung jawab!! Titik!!"
"Apa Yon?" suara cewek terdengar menyahut di akhir kata kataku. "Kamu memanggil aku?" dia cewek berkacamata berponi dan berkawat gigi dan memiliki tompel besar di pipi kanannya.
"Eh, ada Titik Suhartini. Aku ga manggil kamu kok." jawabku salah tingkah.
"Lha tadi. Kamu manggil aku Titik!! Gitu, dengan nada yang cukup kencang. Ya kan? Ya kan?" dia meminta persetujuan dari Angga dan Dika Udin juga. Mereka bertiga mengangguk kompak sambil merenges merenges, cengar cengir ke arahku.
"Anu.. Bukan itu maksudnya. Titik, tanda baca bukan Titik nama orang." jawabku sambil melotot ke arah Angga DKK.
"Ih, bohong. Pasti kamu suka sama aku kan?" kata Titik sambil mendekatiku, aku langsung menghindar dan menjaga jarak. Dia mendekat lagi, dan aku kabur... "Heiiii!!! Riyonooooo!!! Tunggu!!!"
"Bodoh amat!!"
Nex
"Bego. Ngapain Lu pake acara kabur segala?" kata Angga ketika kami sudah ada di gerbang sekolah. Kita pulang lebih awal karena para guru ada rapat. Entah rapat apa yang mereka lakukan, dari SD hingga SMP, kalo ada acara pasti bilang nya sedang rapat. Ada yang tau alasannya? Tulis di kolom komentar. Hehee
"Haa?" aku melotot ke arah dia.
"Titik, Yon, Titik. Ngapain Lu kabur dari dia."
"Ngajak ribut Lo?" ancam ku ke Angga.
"Ayolah, Gua sama Levi. Dika sama Lenny, Udin sama Ine. Lha elu? Masa sendirian sih?" dan orang orang yang tadi di sebut Angga langsung nongol di belakangku. "Noh, lihat."
"Bodoh ah. Siapa saja yang penting bukan Titik! Paham?" jawabku.
"Riyon!!" teriakan cewek membuyarkan obrolan kami. Dia berada di mobil sedan warna hitam. Dia melambaikan tangannya kepadaku? "Heeiii. Kita jalan jalan yuuk!!" teriaknya lagi.
"Siapa dia?" tanya Angga.
"Cikita. Dia..."
"Cikita siapa? Cewek mu? Gebetanmu?" Angga mengguncang guncangkan tubuhku.
"Riiyoonooo!! Oiii!! Kok ga jawab sih!!" sesaat kemudian Bripda Cikita memarkirkan mobilnya di seberang jalan. Lalu berjalan menuju kami. "Kamu ini, tega banget ya ke cewek!!" dia menjewer telingaku.
"Adududuh. Mbak, Cikitatatataatat!!!" jejeran nya semakin kencang sehingga telinga ku terasa mau lepas.
"Panggil Cikita!! Ga pakai Mbak!!"
"Iyaaa Cikita ga pake Mbak!! Adadadadaahh!! Maap lepasin!! Iyaa, Cikita!! Lepasin!"
"Bagus. Gitu donk. Engg. Mereka teman temanmu?" Cikita melihat Angga dan kawan kawan satu persatu.
"Bukan. Mereka itu parasit." jawabku.
"Oii!! Ngajak ribut Lu?" teriak mereka kompak.
"Ahahaha. Kebetulan, ayok kita jalan jalan, mereka juga di ajak. Ya? Ya? Ya?" Cikita memandangi lagi mereka untuk meminta persetujuan.
"Maaf, Mbak Cikita kan? Perkenalkan nama ku Angga. Maaf sekali lagi. Kita semua sudah ada janji, dan ga bisa di ingkari. Jadi, jalan jalannya kapan kapan saja ya."
"Oi, iya. Kita belum kenalan. Riyono ini gimana sih kok ga ngenalin aku sama kalian. Namaku Cikita Willy. Kalian? Angga, Dika, Udin, Lenny, Levi dan Ine? Salam kenal. Kalian mau kemana emangnya?"
"Cuma para cowoknya kok. Ke... rahasia,." jawab Angga, saat dia mau mengatakan kampung mati, aku langsung melotot ke arahnya, sehingga dia mengatakan rahasia, bukan ke Ba'an. "Hehehe. Maaf, sudah janji sama Pak Boss. Jadi ga bisa mengatakannya."
"Riyon ikut? Iya? Aku ikutan juga pokoknya!" kata Cikita sambil menatap memohon kepada Angga. "Ya? ya? Yaa?"
"Engga. Ini masalah cowok!" jawabku tegas. "Cewek dilarang ikut!"
"Mbak Cikita?" kata Lenny. "Mending ga usah di gubris urusan mereka. Paling paling mereka mau nonton film bokep nya Udin."
"Woooiiii!!!! Ngawur Lu!!" teriak Udin.
"Wah, jadi semakin berbahaya! Aku ikut. Titik!!" jawab Cikita dan tanpa di sangi, ada seseorang yang menyahut kata katanya.
"Ya? Kalian memangil aku?" si Titik Suhartini muncul di hadapan kami. "Kayaknya aku semakin terkenal deh! Kyaaa, senengnya!!" Dan kami langsung menyerbu mobil Cikita dan naik tanpa permisi.
"Ayo, ke rumahku.!!" teriakku. "Cikita! Cepetan!"
Nex
"Akhirnya, aku di ijinkan ikut." kata Cikita ketika sudah menyalakan mobilnya.
"Apa boleh buat. Tadi ada penampakan menyeramkan yang melebihi seramnya setan sih." jawabku.
"Ahahaha. Kau ini Yon, masa takut sama cewek seperti Titik." kata Angga.
"Ya sudah, Levi buat Gua, dan elu ambil si Titik." jawabku yang di sambut gerutuan Levi dan Angga. Yang lain mah, cekikikan terus sedari tadi.
"Ok, aku antar kalian pulang. Jadi, siapa dulu nih yang di antar?" kata Cikita.
"Kayaknya aku deh Mbak." sahut Ine. "Rumahku ga jauh dari sini, itu di dekat belokan di depan sana.
"Ok, kita tancap gas!" seru Cikita.
"Kalau boleh tahu, Mbak Cikita ini siapanya Riyono?" tanya Angga.
"Panggil Cikita saja. Ga usah pakai Mbak Mbak segala. Ga enak di dengar tau." jawab Cikita sambil melihat ke arah sepion tengah yang kebetulan menghadap ke arah Angga. "Aku, ceweknya Riyono."
"Woooiii!! Jangan ngawur!!" seruku. "Kalian janga percaya!! Dia salah satu petugas kepolisian yang menangani kasusnya Naya!"
"Bodoh! Kenapa malah cerita sih! Kan sudah aku larang!!" protes Cikita.
"Berisik! Makanya jangan ngomong yang enggak enggak!" dan perdebatan kami berlangsung selama perjalanan. Aku lupa apa yang kami bicarakan karena terlalu pusing dengan mereka.
Nex
Kami mengantar Ine pulang terlebih dahulu. Rumahnya ada di kresek, lebih tepatnya di perbatasan desa kresek dan Mulyorejo. Lalu, ke rumahnya Angga, yang turun di perempatan jalan ada Angga, Udin, Dika dan Lenny. Lalu, kami lanjut mengantarkan Levi.
Kita 'Para cowok plus Cikita' janjian kumpul di rumahku. Dan sekarang, di sinilah kita berada, di depan mukaku. Mobil milik Cikita di parkir dekat warung kecil milik tetanggaku. Aku, Udin dan Cikita sedang membicarakan sesuatu sampai di kejutkan oleh teriakkan Angga yang membahana.
"Gawaaa!!! Waaat gawaaattt!!! Yon!!! Gawat!!!" teriak Angga dia berlari tergopoh-gopoh menghampiri kami.
"Ada apa?" tanyaku dengan berteriak juga karena jarak kami masih cukup jauh.
"Adik Gua!!! Ayu!! Dia bertingkah aneh!!"