Kata orang pernikahan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan. Tapi ternyata mereka salah. Menikah dengannya dan hidup bersama dengannya adalah awal dari sumber sakit yang kurasakan. Awal dari luka yang tak pernah sembuh dan sakit yang selalu tak berujung. Bahagia? Apa itu? Rasanya itu seperti mimpi disiang bolong. Jika itu mimpi, maka mimpi itu ketinggian. Tapi.. Bolehkan aku menggapai mimpi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebangkitan Sang Penguasa
5 Years Later
Tidak terasa 5 tahun telah berlalu. Kepergian Kaluna dan masa-masa kelam yang dialami oleh seorang Orion Ivander Damian telah berlalu. Orion bukan lagi seorang pria yang selalu menangis dan meratapi kepergian istrinya. Sekarang Orion adalah sosok yang sangat ditakuti dan disegani oleh siapapun yang mengenal dirinya.
Tidak ada lagi Orion yang mengalami kehancuran karena kehilangan Kaluna. Sekarang adalah Orion yang tidak bisa ditembus oleh siapapun. Sosok dingin, kejam, tanpa belas kasih itu telah kembali. Sosok yang tidak mengenal apa itu kata 'ampun'.
Baginya yang kuat dan berkuasa lah yang menang dan dapat bertahan di dunia yang kejam ini. Bukan untuk orang-orang lemah yang tidak memiliki apa pun. Yang selalu berkata dimana letak keadilan. Itu terasa memuakkan bagi Orion.
Mereka orang-orang lemah dan berfikiran sempit seharusnya sadar, dunia ini tidak se sederhana yang mereka bayangkan. Tidak semua orang itu baik. Yang ada hanyalah orang-orang bertopeng dan bermuka dua.
Orion Ivander Damian telah kembali. Sosok yang sangat berpengaruh di dunia gelap yang sudah lama ia tinggalkan demi masa depan yang lebih baik. Kepergian Kaluna ternyata memberi dampak yang sangat besar bagi perubahan Orion.
Wajah dingin yang terkesan datar, tatapan tajam yang menusuk siapa pun yang melihatnya pasti akan lebih memilih untuk menghindar. Orion si tangan besi telah kembali. Ia siap kembali ke dunia yang seharusnya ia pijak dari dulu.
Setiap keputusan tegas yang ia ambil tidak akan bisa dirubah atau dibantah. Langkah tegasnya berhasil melumpuhkan siapa saja yang berniat untuk mengkhianati nya. Perintah nya adalah keputusan mutlak yang tidak bisa dibantah oleh siapa pun.
Berani tawar menawar dengan dirinya, berarti juga siap untuk kehilangan nyawanya. Setegas itu lah dirinya yang sekarang. Bahkan tidak ada yang berani untuk meragukan dirinya. Semua keputusan ada di tangan nya.
Dia, Orion Ivander Damian. Bukan lagi seorang pria yang selalu bersedih hati karena ditinggal oleh wanita tercinta nya. Bukan lagi seorang pria yang selalu terluka karena selalu dipermainkan oleh takdir. Tapi seorang pemangsa yang siap kapan pun menghancurkan siapa saja yang berniat menghalangi jalan nya.
Dendam itu masih melekat pada ingatan nya. Sakit itu masih terasa sampai sekarang. Sekarang ia bersiap untuk membalas segala rasa sakit yang pernah ia rasakan sebelum nya. Dendam itu akan selalu abadi di dalam hatinya.
Ia akan membalas semua nya. Mereka yang terlibat di dalam nya harus merasakan kesakitan dan penderitaan yang tidak berujung. Mereka harus tahu sedang berhadapan dengan siapa sekarang.
Orion tidak akan memberi ampun nya untuk mereka. Belas kasih itu sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya kebengisan. Dan di balik itu semua. Ada satu nama yang selalu ia ucapkan di setiap langkah yang ia ambil. Kaluna.
Di sebuah bangunan gedung tua yang sudah tidak terpakai, terdapat seorang pria yang sudah terikat tidak berdaya lagi. Sorot mata nya memancarkan sinar redup yang meminta untuk dikasihani. Wajah nya sudah penuh dengan luka lebam. Sudut bibirnya robek. Juga terdapat darah yang telah mengering di sudut bibirnya.
Tatapan pria itu lesu. Wajahnya di selimuti oleh ketakutan. Matanya mulai mengedarkan pandangan ke sekitar nya. Ruangan ini dipenuhi oleh debu. Terdapat banyak barang rongsokan yang sudah tidak dipakai lagi. Bau logam dan besi menyengat di indra penciumannya.
Ia tahu tempat apa ini. Ini gedung tua yang sudah tidak dipakai lagi. Tatapan itu berubah menjadi tatapan khawatir. Seharusnya ia tidak bingung lagi kenapa ia bisa berada di tempat seperti ini. Hanya saja yang menjadi ke khawatiran nya adalah sosok pria yang tidak asing lagi baginya yang tengah menatapnya dengan tatapan dingin.
Raut wajah pria itu tanpa ekspresi. Ekspresi dingin dan diam nya begitu menusuk sampai ke tulang. Langkah tegap itu perlahan berjalan kearah nya. Tanpa sedikit pun keraguan disana. Ia berjalan dengan langkah mantap nya.
"Kau pikir bisa hidup dengan tenang setelah mengkhianatiku?" suara rendah itu terdengar menyeramkan bagi si pria di hadapannya. Bibir pria itu bergetar hebat. Tenggorokan nya terasa tercekat. Lidah nya terasa kelu untuk menjawab pertanyaan yang di todong kan pada nya.
Orion mencengkram kuat dagu pria tersebut. Memaksa diri nya untuk menatap Orion. Tanpa pria itu sadari, Orion merogoh saku nya untuk mengambil pisau lipat dari saku jas nya. Pisau itu terlihat mengkilap di sisi ujung nya yang terlihat begitu tajam.
Pria itu menggeleng ketakutan. Wajah ketakutan terlihat jelas di wajah nya. Orion membuat garisan di sepanjang leher pria tersebut. Nafas pria tersebut mulai tercekat. Goresan yang di torehkan Orion tidak terlalu dalam, tapi cukup menyakitkan dan membuat kulit nya terasa perih.
Orion tersenyum sinis. Ia semakin memperdalam goresan pisau nya. Sampai suara erangan kesakitan mulai terdengar di ruangan tersebut. Leher pria itu mulai mengeluarkan darah segar.
" Tuan... A-ampun. Ma-maafkan saya."
"Ampun?" Orion tertawa keras mendengar nya. Apa kata pria tadi? Ampun? Pria ini sedang bercanda kah? Orion menatap nya dengan tatapan sinis. Dengan gerakan cepat ia menusuk leher pria tersebut. Jerit kesakitan mulai memenuhi ruangan sunyi itu.
Orion sama sekali tidak bergeming melihat pria tersebut yang mulai meregang nyawa nya. Tatapan nya terlihat datar dan biasa saja. Sama sekali tidak ada rasa kasihan atau belas kasih dari nya.
Setelah beberapa saat, ruangan itu terlihat lengang. Sebelum suara berat Orion menyapa telinga para bawahan nya. "Bereskan ini. Jangan sampai ada bekas yang tertinggal, paham?" Suara itu terdengar tegas dan tidak ada tanda ingin di bantah barang sedikit pun.
Tak perlu dibilang dua kali. Para bawahan Orion mengangguk kompak. Mereka tidak punya keberanian untuk berkata tidak atau pun menolak perintah atasan mereka.
"Siap, tuan" jawab salah satu bawahan nya dengan nada tegas. Di saat seperti ini dia tidak bisa menunjukkan sisi ketakutan nya. Ia harus bersikap profesional bukan?
Orion menganggukkan kepala nya. Ia menepuk bagian jas nya yang terkena oleh debu. Setelah memastikan semua nya beres, ia mulai melangkahkan kaki nya meninggalkan gedung tua tersebut. Langkah kaki nya terdengar tegas.
Melihat kepergian Orion, para bawahan tersebut mulai menghela nafasnya lega. Orion jika mode serius begini situasi nya benar-benar mencekam. Mereka yang sudah bekerja selama bertahun-tahun dengan Orion sudah paham bagaimana tabiat pria itu.
Emosi nya akan mudah naik jika ada seseorang yang ketahuan ingin menghianatinya. Dan itu terbukti sekarang. Pria yang terikat di kursi yang sudah tidak bernyawa lagi ini adalah salah satu rekan kerja mereka.
Entah apa yang dipikirkan nya sehingga punya niatan untuk mengkhianati majikan mereka. Orion Ivander Damian. Pria itu tidak bisa diremehkan. Dan sebuah mimpi buruk jika bersinggungan langsung dengan diri nya.