Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 MENGABIL HAK SISKA
"Kalau aku nggak mau, kamu mau apa?" Siska terus saja menahan pintu agar tidak ditutup oleh madunya, ia begitu senang melihat wajah Rahma yang sudah mulai pucat. Apalagi matanya terus menatap ke arah jalan. " Kenapa mata kamu terus melihat ke arah jalan? Apa ada sesuatu di sana?"
"Mbak, aku mohon sama kamu, kalau memang ada yang mau dibahas, kita bisa bicara di luar, tidak usah di rumah ini."
"Kamu takut ya sama orang sekitar, kalau aku datang ke sini?"
"Bukan begitu mbak, hanya saja--"
"Intinya kamu takut, kalau orang-orang yang ada di sekitar sini tahu kalau aku adalah istri pertama dari Mas Danu."
"Dengar ya, mbak. Semua orang yang ada di sini memang sudah tahu kalau aku istri kedua, tapi kami menikah itu juga atas izin kamu sendiri!" kekeh Rahma tak mau kalah.
"Sejak kapan saya mengijinkan Mas Danu menikah lagi dengan perempuan seperti kamu, kalaupun Mas Danu mempunyai bukti dia mendapatkan izin dari saya untuk menikah lagi, saya yakin surat izin itu pasti dokumennya palsu."
"Palsu bagaimana, Mbak. Jelas-jelas--"
"Stop!" Siska langsung memotong omongan Rahma. "Kedatangan saya ke sini bukan untuk berbicara basa-basi, saya datang ke sini untuk melihat suasana rumah kamu, begitu juga dengan bagian dalam, saya yakin semua barang-barang yang ada di rumah ini pasti menggunakan uang restoran." Siska terus mendorong pintu dengan tangannya agar diizinkan untuk masuk, tetapi Rahma terus saja menahannya, dan terjadilah saling dorong mendorong.
"Aku nggak akan izinkan Mbak Siska masuk ke rumahku, kalau kamu terus memaksa, aku akan teriak supaya warga datang ke sini!" Sayangnya ancaman Rahma tidak mampu membuat Siska takut.
"Silakan saja kamu teriak sesuka hatimu. Kalau warga sampai datang ke sini, maka saya yang akan menjelaskan apa yang terjadi saat ini." Dalam sekejap wajah Rahma terkejut, ia tidak berpikir bahwa situasi saat ini tidak menguntungkan dirinya. "Ayo teriak, panggilkan warga yang ada di sini biar mereka tahu siapa saya di sini!"
"Kamu jangan macam-macam mbak! Sudah berkali-kali aku mengatakan kepadamu, lebih baik mbak Siska pulang jangan membuat keributan di sini."
"Saya tidak membuat keributan, justru kamu yang memancing keributan, saya datang ke sini secara baik-baik, tetapi kamu malah melarang saya untuk masuk!" Siska yang sudah tidak tahan dengan sikap Rahma yang terlalu keras kepala, dengan kekuatan penuh Siska akhirnya mendorong pintu dengan keras sehingga Rahma ikut terdorong ke belakang membuat ia terjatuh ke lantai.
"Aduh."
"Ups, sorry saya nggak sengaja." Siska sedikit tertawa melihat Rahma yang sudah terjatuh di lantai.
"Sialan kamu, Mbak! Cara kamu benar-benar keterlaluan!" Siska tidak peduli dengan umpatan Rahma, ia justru tertarik dengan isi dalam rumah ini, ternyata barang-barang perabotan di sini cukup bagus.
"Wow, barang-barang di rumahmu cukup bagus ya, ternyata perabotan yang di dalam rumah ini begitu lengkap, betapa dermawannya Mas Danu bisa membantu seorang janda, sampai-sampai diberikan tempat tinggal seluas ini, bahkan lengkap dengan perabotannya." Siska terus saja memperhatikan area sekitar. Jujur saja ia begitu marah dengan sikap suaminya yang sudah kelewat batas, dulu sebelum mempunyai usaha resto, mereka berdua hanya tinggal di sebuah kontrakan sempit, walaupun orang tua Siska orang berada tapi dia tidak mau merepotkan kedua orang tuanya karena ia yakin suaminya akan mampu membuat dia hidup berkecukupan.
Walau pun wajah Siska terlihat tenang, tetapi dalam hatinya sudah bergemuruh luapan amarah di dalam hatinya. Ia kecewa karena suaminya bisa membuat gundiknya hidup berkecukupan tanpa harus merasakan susahnya hidup dalam menjalankan pernikahan, bagi Siska hal seperti ini tidak adil.
Perlahan Rahma berdiri, ia masih terus meringis karena merasakan di area bokongnya terasa sakit. " Bukankah wajar kalau Mas Danu bisa memberikan aku kehidupan yang layak, karena aku sudah dinikahkan olehnya," ujar Rahma percaya diri.
"Memang seharusnya seorang suami sudah selayaknya untuk memberikan kehidupan yang layak untuk istrinya, tetapi hal seperti itu hanya untukku bukan untuk gundik sepertimu yang tiba-tiba saja masuk ke rumah tangga orang lain dan memporak-poranda di dalamnya!"
"Siapa yang kamu maksud gundik, Mbak? Jangan pernah mengatakan aku gundik!"
"Kalau bukan gundik, lalu apa? Faktanya kamu memang gundik!
" Berhenti mengatakan aku gundik!" pekik Rahma sedikit meninggi suaranya ,saking muaknya dengan perkataan Siska. Ia benar-benar kesal dengan kakak madunya yang terus saja merendahkan dirinya. "Kalau Mbak Siska sudah tidak ada kepentingan lagi, silakan keluar dari rumah ini, dan jangan pernah kembali lagi ke sini. kuharamkan tempat ini untuk kamu mbak!"
"Kamu tidak berhak mengusir saya dari rumah ini, dan kamu juga tidak berhak melarang saya untuk menginjakkan kaki di rumah ini, karena semua rumah ini dan juga barang-barang perabotan ini adalah milik saya!"
"Jangan mimpi, Mbak. Jelas-jelas rumah dan barang perabotan yang ada di rumah ini milikku yang dibelikan oleh Mas Danu!"
"Memang benar rumah dan barang-barang perabotan Ini dibelikan oleh Mas Danu, tetapi semuanya dibelikan menggunakan uang tabungan milik anak saya, jadi kamu tidak mempunyai hak sepersen pun dari harta yang kami berdua dapat selama menikah, kalau kamu menginginkan semua barang-barang atau rumah ini. Mintalah kepada Mas Danu menggunakan uang yang lain."
"Permisi," ujar seseorang dari luar. Rahma dan Siska langsung menoleh ke arah pintu.
"Oh, rupanya mobil pengangkut sudah datang, baguslah mereka datang tepat waktu." Siska langsung berjalan ke arah keluar, namun tangannya langsung ditahan oleh Rahma.
"Apa maksud kamu dengan mobil pengangkut, Mbak? Kamu mau apa?" Rahma menatap heran. Ia masih bingung.
"Kedatangan saya ke sini untuk mengangkut semua barang-barang perabotan yang kamu ambil dari uang tabungan anak saya!"
"Apa!" Siska langsung menepis tangan Rahma agar pergelangan tangannya lepas. Ia pun berjalan keluar untuk menemui orang yang ia sewa untuk mengangkut semua barang-barang yang ada di rumah ini.
"Silakan masuk ke dalam, pak. Angkut semuanya tanpa ada yang tersisa."
"Baik, Bu."
Ketika beberapa orang masuk ke dalam rumah, buru-buru Rahma langsung berlari ke arah keluar untuk mencegah beberapa orang masuk ke dalam rumah.
"PERGI KALIAN SEMUA, JANGAN ADA SATUPUN BARANG-BARANG YANG KALIAN ANGKUT DI RUMAH INI!" Beberapa orang yang disuruh oleh Siska menatap Rahma bingung, pasalnya mereka sudah mendapatkan perintah dari Siska untuk mengangkut semua barang perabotan. "PERGI KALIAN DARI SINI!" teriak Rahma menggema. "JANGAN ADA YANG MENYENTUH BARANG-BARANG MILIKKU, LEBIH BAIK KALIAN PULANG DAN JANGAN PERNAH INJAKAN KAKI."
"Angkut saja barang-barang yang ada di rumah ini, jangan pedulikan wanita gila ini," seru Siska membuat Rahma semakin murka. Ia langsung maju ke arah Siska, berniat ingin menampar wajahnya tetapi langsung ditahan. "Jangan coba macam-macam sama saya, atau kamu akan tahu resikonya."
"Bre**sek kamu Mbak! Kenapa kamu melakukan hal ini terhadapku," teriaknya membuat semua orang yang ada di komplek ini keluar satu persatu. Pasalnya suara Rahma begitu nyaring.
Dobel up, Thoor /Pray//Pray/