Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Leon tetap mengikuti langkah Moira, ntah mau dibawa kemana juga Leon tidak tahu. Kalau melihat dari tarikan napas serta ekspresi Moira pastinya masih sangat menahan amarah. Jadi, Leon tetap pasrah saja mengikuti langkah Moira yang sangat cepat dan terburu-buru.
"Kau mau membawaku kemana?" Tanya Leon disaat Moira mau membuka pintu halaman samping. Mata Moira hanya melirik Leon sebentar, ia kembali fokus membuka kunci.
Pandangan mata Leon menuju pada banyaknya foto Moira sewaktu kecil didinding. Itu menandakan jika sebenarnya Kalvin sangat bahagia dengan kehadiran Moira sebagai putrinya. Lalu, kenapa setiap perlakuan Kalvin tadi seakan takut dengan seseorang.
"Ayahmu tidak pernah melakukan anaknya secara baik-baik karna takut dengan Mentari?" Tanya Leon kepada Moira yang sudah berhasil membuka pintu samping.
Pergerakan tangan Moira terhenti, tergantikan dengan lamunan memikirkan pertanyaan Leon. Bahkan belum ada satu jam Leon di Mansion sudah mendapatkan fakta itu, Moira memang tidak menyalahkan.
"Sikap Ayah yang pengecut memang tidak bisa disembunyikan lagi. Itu sebabnya selamanya aku akan terus menjadi bahan emosi Mentari.." Moira berkata sendiri didalam hati.
Karna tidak mendapatkan jawaban sedikitpun dari Moira tentu saja membuat Leon semakin bingung. Apa lagi Moira malah berjalan menuju halaman samping, membuka sendalnya hingga hanya telanjang kaki saja.
"Pakai alas kaki, nanti kalau ada sesuatu yang tajam kakimu bisa terluka." Ucap Leon, ia meraih tangan Moira hingga langkahnya terhenti.
Tapi, Moira malah menolak untuk memakai alas kaki. Satu hal yang selalu Moira lakukan sedari kecil adalah berjalan tanpa alas kaki memutari halaman samping. Ntah mengapa disaat Moira melakukan semua itu emosinya mereda, dan bahkan semua masalah yang menekan seakan membebaskan dirinya dalam satu waktu.
"Berhenti!" Leon tetap menarik tangan Moira, ia berdiri didepan Moira hingga tidak bisa berjalan lagi. Terlihat jika Moira menatap Leon kesal, seolah tidak suka dengan sikap Leon kali ini.
"Aku ini suamimu, seharusnya kau mendengarkan apa yang aku katakan dan mematuhi apa yang aku perintahkan." Leon lebih mempertegas semuanya.
Moira memutar bola matanya malas, tapi semua pandangannya fokus kearah Leon yang berjongkok. Leon membantu Moira untuk memakai alas kaki, sikap yang tidak pernah Moira sangka ada didalam diri Leon.
"Pakailah, tidak ada yang menjamin kalau dihalaman ini tidak ada benda yang tajam." Ucap Leon sedikit memaksa.
"Kau boleh marah dengan Mentari tapi jangan sakiti dirimu sendiri. Bagaimana kau bisa melawan Mentari kalau dirimu sendiri saja penuh luka?" Apa yang dikatakan Leon membuat hati Moira menghangat seakan mendapatkan kekuatan penuh. "Pakailah.."
Kedua mata Moira melihat Leon yang memegang kakinya, membantu memakai sendal tersebut. Barulah Leon kembali bangkit, ia meraih tangan Moira menggenggam erat tangan tersebut.
"Mari aku temani.." Leon meminta ikut Moira untuk menenangkan diri di bangku taman halaman samping.
Pandangan mata Moira masih terus menatap Leon yang terus tersenyum tipis padanya. Mengapa tiba-tiba Leon bisa bersikap semanis ini, apakah sedah bersimpati dengan kejamnya hidup Moira atau memang memiliki sikap se peduli itu.
Pada akhirnya pasangan suami istri itu menyusuri taman halaman samping disela cahaya yang tidak terlalu menerangi. Sepanjang perjalanan yang ada hanya keheningan, tidak ada satupun yang memulainya bicara apa lagi Moira.
"Hidupmu sepi sekali, tidak ada satupun suara yang bisa meramaikan hidupmu." Ucap Leon disaat keduanya duduk di bangku Taman.
Moira tidak marah akan apa yang Leon katakan, memang hidupnya hening. Bukan karna kecacatan akibat kecelakaan atau mungkin dari kecil. Melainkan Moira dipaksa diam oleh Mentari agar menyembunyikan segala kelakuan buruk wanita tersebut.
Merasa mungkin sedari tadi hanya Leon yang terus saja berbicara maka Moira mengambil ponsel pria tersebut yang kebetulan digenggam.
"Kau suka sekali mengambil ponselku tanpa permisi, ck! anehnya aku tidak bisa marah karna sikap lancangmu itu." Kata Leon, ia menatap tajam Moira yang tersenyum dengan menunduk.
Akibatnya Leon menjadi merasa bersalah sendiri, ia merasa telah berbicara hal yang tidak perlu tadi. "Hal apa yang mau kau katakan?" Sengaja bertanya untuk mengalihkan perkataannya tadi.
Moira terlihat sibuk menulis sesuatu disana lain dengan Leon yang masih sabar menunggu. Sesekali ia melihat bagaimana cara Moira mengetik di layar ponselnya, tapi disaat wanita itu sadar sedang diperhatikan maka cepat-cepat Leon mengalihkan pandangannya.
"Terimakasih sudah melindungi aku didepan Mama Mentari, sebenarnya aku sudah biasa mendapatkan perlakuan kasar. Lain kali tidak perlu lakukan itu lagi, oke?"
Tangan Leon sampai bersedekap didada membaca apa yang Moira tuliskan. "Kenapa?"
Moira bingung dengan pertanyaan Leon, ia ingin mengetik lagi sebagai jawaban tapi dihentikan oleh Leon. "Tugas suami adalah melindungi istrinya, Moira. Kalau aku tidak bisa melindungi dirimu dari semua perkataan kasar manusia... lalu bagaimana aku bisa tetap hidup dengan berpegangan peran sebagai suami?" Pertanyaan Leon sangat menyentuh hati Moira.
Tapi, Moira segera menepis perasaan yang ada. Ia tetap mengetik hal selanjutnya yang perlu dikatakan, meskipun tangan Moira bergerak untuk mengetiknya.
"Melindungi aku hanya akan jadi beban untukmu, sebaiknya tetap pada perjanjian pertama kita. Untuk tidak saling melindungi dan memperdulikan satu sama lain."
Langsung Leon menghela napas berat setelah membacanya, ia menatap serius Moira yang juga sama menatapnya. Keduanya sama-sama mencari sesuatu hal yang tidak tahu itu apa, Moira hanya bertindak sesuai perjanjian.
"Kalau hanya beban itu dari Moira Yaston, aku tidak merasa keberatan sedikitpun. Mengerti?"
Kedua alis Moira sampai mengkerut karena tidak mengerti dengan apa yang Leon katakan. "Baru kali ini aku sangat ingin melanggar perjanjian, yaitu kita harus saling memperdulikan satu sama lain sekarang." Leon melanjutkan apa yang ia maksud, meskipun terlihat sekali Moira masih bingung.
"Aku perjelas lagi... kita harus saling memperdulikan, soal melindungi. Biarkan aku saja yang ambil peran itu, Moira." Perjelas Leon lagi, sampai menatap Moira sangat serius.
Leon berlalu pergi meninggalkan Moira yang masih termenung, sebenarnya juga Leon masih belum memikirkan keputusan yang ia ambil.
"Apapun itu tetap saja, aku harus melindungi milikku dengan baik!" Leon sangat yakin dengan keputusannya kali ini.