Spin off "Touch me mr. Cassanova"
🍁🍁🍁
"Kak, ini beneran kita menikah?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir mungil seorang Mikhayla Nolan.
Belasan tahun menyandang status sebagai seorang adik, kini tiba tiba ia berganti status menjadi seorang istri.
Kok bisa?
Kenapa?
Mikha merasa seperti mimpi buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
...~Happy Reading~...
Semua orang di rumah sudah terlelap. Namun, Mikha tak bisa memejamkan mata. Pesan pesan yang ia kirimkan kepada Calvin tidak berbalas, dan kekhawatirannya semakin memuncak. Calvin selalu membalas chat nya, meskipun hanya dengan singkat. Namun kali ini, tidak ada respon sama sekali.
Setelah menimbang cukup lama, Mikha memutuskan untuk melakukan sesuatu yang nekat. Ia bangkit dari tempat tidurnya, mengenakan hoodie, dan mengendap keluar dari rumah. Dengan langkah ringan dan hati hati, ia melewati ruang tengah tanpa suara, memastikan tak ada yang terbangun.
Malam itu, ia memutuskan untuk pergi ke apartemen Calvin. Mikha merasa ada sesuatu yang salah.
Beruntung, ia berhasil mendapatkan taksi. Mikha memberi tahu sopir tujuannya dan meminta agar ia mempercepat lajunya. Sepanjang perjalanan, pikiran Mikha terus dipenuhi dengan berbagai kekhawatiran: Apakah Calvin sakit? Apakah dia baik baik saja? Mengapa dia tidak membalas pesanku?
Tak butuh waktu lama, Mikha tiba di depan apartemen Calvin. Setelah membayar ongkos, ia bergegas menuju pintu unit Calvin. Ia tidak perlu mengetuk atau menekan bel, karena ia tahu password pintu itu. Dengan tangan gemetar, ia memasukkan kode dan pintu terbuka.
Namun, begitu ia melangkah masuk, Mikha langsung tertegun.
Ruang tamu apartemen itu berantakan, seperti habis dilanda badai halilintar dan pu ting beliung. Kaleng kaleng bir dan botol alkohol berserakan di lantai, dan aroma menyengat langsung menusuk hidungnya. Mikha buru buru menutup hidung dengan lengan.
Matanya tertuju pada Calvin yang duduk di lantai, bersandar pada sofa. Matanya terpejam, wajahnya kusut, dan dia tampak seperti seseorang yang sedang mencoba menghindari dunia.
“Kakak mabuk? Sejak kapan kakak minum kaya gini sampai mabuk? Sumpah ini bukan kakak banget!” gumam Mikha, mendekati Calvin.
Calvin membuka matanya perlahan, tampak terkejut melihat sosok adiknya berdiri di depannya. "Mikha? Apa yang kamu lakukan di sini? Dan... kamu datang sama siapa?"
"Jawab dulu pertanyaan Mikha," Mikha menatapnya tajam. "Sejak kapan kakak minum sampai mabuk begini?"
"Mikha..." Calvin mencoba mengelak, tapi Mikha memotongnya.
"Kakak! Lihat ruangan ini! Astaghfirullah, ini persis seperti kapal pecah!" serunya, tangannya berkacak pinggang.
Calvin memijit pelipisnya yang berdenyut akibat efek alkohol. Suara Mikha yang tinggi seperti jarum menusuk kepalanya. Tapi Mikha tidak peduli, ia terus mengomel.
"Aku gak nyangka kakak bisa kayak gini. Ini gak kayak Calvin yang Mikha kenal! Kakak bilang lembur, tapi nyatanya..." Mikha memandang botol botol yang berserakan di lantai dengan tatapan penuh kecewa.
Namun, di tengah omelannya, Calvin tiba tiba menarik tangan Mikha. Gerakannya cepat, membuat Mikha kehilangan keseimbangan dan jatuh di pangkuannya.
“Ssssttt, jangan marah marah lagi,” bisik Calvin dengan suara serak.
Mikha terdiam, dadanya berdebar hebat. Nafas Calvin yang bercampur aroma alkohol terasa hangat di lehernya, membuatnya sedikit takut.
“Kakak...” suara Mikha hampir tak terdengar.
Calvin menatapnya, matanya yang biasanya teduh kini tampak penuh dengan emosi yang sulit diartikan. “Kamu gak perlu khawatir, Mikha. Aku cuma... butuh waktu sendiri.”
“Tapi ini bukan caranya, Kak! Minum sampai mabuk? Ruangan ini berantakan banget! Apa yang sebenarnya terjadi?” Mikha memaksa dirinya tetap tegas meskipun jantungnya berdetak liar.
Calvin terdiam sesaat, lalu menunduk. "Aku gak tahu harus cerita ke siapa. Aku gak mau pulang dan ngerepotin kalian. Aku cuma butuh... waktu untuk berpikir."
Mikha memandang kakaknya, rasa marahnya perlahan berubah menjadi iba. Calvin yang biasanya terlihat kuat dan dewasa kini tampak rapuh.
"Kalau kakak ada masalah, ceritakan ke Mikha. Jangan selesaikan sendiri dengan cara begini," kata Mikha, suaranya melembut, ‘’Bukankah kita sudah menikah, anggap saja Mikha istri kakak. Kakak bisa berbagi apapun sama Mikha.”
Calvin tersenyum tipis, meskipun wajahnya masih terlihat lelah. Anggap saja sebagai istri, bukankah memang gadis itu sudah menjadi istrinya. Dan juga Mikha juga menegaskan bahwa mereka sudah menikah, tapi apakah Mikha lupa bahkan ia sendiri yang meminta ada jarak.
Mikha menggenggam tangan Calvin erat. "Kakak gak sendiri. Ada Mikha, ada mami, papi... Kami semua peduli sama kakak. Jadi, jangan kayak gini lagi."
Untuk pertama kalinya malam itu, Calvin mengangguk pelan. Ia merasa sedikit lebih ringan mendengar kata kata Mikha.
"Baiklah, aku janji."
Mikha menarik napas lega. Namun, ia tahu ini belum selesai. Ada sesuatu yang Calvin sembunyikan, dan ia bertekad untuk mencari tahu. Bagaimanapun juga, ia tidak akan membiarkan kakaknya tenggelam dalam masalah sendirian.
‘’Kak,” panggil Mikha pelan.
‘’Hemmm …’’ Calvin menjawab hanya deheman saja, laki laki itu kini menyandarkan wajahnya pada kepala Mikha dengan sesekali menghirup aroma harum dari rambut gadis itu. Dan kedua tangan nya masih mendekap tubuh Mikha yang berada di pangkuan nya.
‘’Lihat Mikha deh,” gadis itu berusaha untuk menyingkir sedikit, ia ingin menatap wajah Calvin, namun laki laki itu seolah enggan menuruti kemauan Mikha, ‘’Ihh kakak lihat sini dulu!’’
Menghela napas berat, akhirnya Calvin menurut. Laki laki itu mengubah posisi duduk Mikha, yang tadi membelakangi nya kini menjadi menghadap ke arah nya.
‘’Kenapa ?’’ tanya Calvin dengan tatapan sedikit sayu karena pengaruh alkohol. Kedua tangan Calvin kini merengkuh pinggang Mikha membuat gadis itu semakin merasa aneh.
‘’Kakak udah pernah ciuman belum?’’ tanya Mikha tiba tiba membuat Calvin mengerutkan dahi.
‘’Kamu mau ciuman?’’ kata Calvin malah balik bertanya.
Seketika itu Mikha mendengus dan memanyunkan bibirnya kesal, ‘’Mikha nanya malah balik di tanya, gimana sih ah!’’
Calvin tersenyum tipis, lalu tangannya perlahan terangkat, menyentuh wajah Mikha dengan lembut. Jemarinya menyapu pipi adiknya itu, membuat Mikha terdiam. Ia tidak menyangka akan ada gestur seperti ini dari Calvin, terlebih dalam keadaan seperti sekarang.
"Ka-kakak, apa yang—" Mikha belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Calvin mendekatkan wajahnya.
Sebelum Mikha sempat bereaksi, bibir Calvin sudah menyentuh bibirnya. Ciuman itu dalam dan penuh emosi, seolah Calvin sedang mencoba meluapkan sesuatu yang telah lama ia pendam.
Mikha membelalak, tubuhnya kaku. Kepalanya terasa berputar, tidak tahu harus bagaimana. Ia ingin berontak, tapi tubuhnya tidak merespons. Dadanya berdebar hebat, bukan karena perasaan cinta, melainkan karena keterkejutan yang bercampur kebingungan.
Calvin akhirnya melepaskan ciuman itu, menatap Mikha dengan ekspresi penuh rasa yang sangat sulit di artikan. "Mikha..." bisiknya pelan, suaranya terdengar berat.
...~To be continue …....
papi bisa JD perkedel..
Calvin kyke kambing ilang..
Mikha np km mlh crita ma ortu km coba
aya aya wae ari si mikha😂😂
bukan adik ipar tapi adik yang jadi istrinya ☺️☺️
masih anak2 tapi kamu juga bisa bikin anak,,eeeh