Bisu Tawanan Hartawan

"Tuan Harkers, Tuan Alexander, kalau kalian masih sayang dengan jabatan yang kalian miliki sekarang, lebih baik jangan ikut campur sesuatu yang ada hubungannya denganku. hanya mengunakan laporan keuanganmu saja sudah bisa membuat kalian hancur," kata Aaron dengan senyum dan memberikan dua gelas kosong itu kepada dua anggotanya.

"Lepaskan mereka!" perintah Aaron pada anggotanya.

Sesaat kemudian Aaron dan anggotanya meninggalkan restoran itu.

Harkers dan Albert

hanya bisa terdiam dan cemas.

"Bagaimana dia bisa memiliki bukti keuangan kita? dia hanya seorang pengusaha biasa mana mungkin bisa menyelidiki tabungan pejabat," ujar Harkers.

"Dia sudah terlewat batas, kita bisa menuntutnya karena sudah menyelidiki keuangan kita. dengan cara ini kita bisa melawannya," kata Albert.

"Melawannya? dengan cara apa? apa kamu sudah lupa ancamannya? dia bisa begitu mudah mendapatkan semua bukti kesalahan kita. jadi, dia bisa saja menghancurkan kita kapanpun," ujar Harkers yang bangkit dari tempat duduknya.

"Pa, aku tidak puas dengan mereka, kita harus menghukumnya," ujar Benjamin Harkers.

Plak...

Tamparan keras yang dilakukan oleh Harkers.

"Tidak tahu diri! harga diriku sebagai menteri kehakiman sudah hilang, apa kau sudah lupa dengan identitasmu sehingga bertindak sesuka hatimu," bentak Harkers.

"Dia sengaja melawan kalian, kita bisa diam saja. Pa, papa memiliki kekuasaan. jatuhkan dia dan aku yakin semua bukti itu tidak berguna lagi baginya," ujar William Alexander.

"Kenapa kau bisa begitu bodoh? dia sudah mengatakan dengan jelas, apa kau masih tidak mengerti," ketus Albert dengan kesal.

"Lain kali jangan pernah muncul lagi di depan umum, aku tidak ingin usahaku menjadi sia-sia karenamu," ketus Harkers dengan kesal dan meninggalkan ruangan itu.

"Jangan mempermalukan aku lagi! jaga sifatmu dan jangan menimbulkan masalah di luar!" ketus Albert pada putranya.

Malam itu Harkers dan Albert menerima ancaman dari Aaron yang telah membuat mereka tidak berkutik. karena disebabkan bukti-bukti kesalahan mereka telah jatuh ke tangan Aaron Andres Davidson.

...****************...

Mansion Shean.

"Ma, tidak tahu bagaimana dengan perbincangan mereka? apakah bisa berhasil?" tanya Jordan yang khawatir. ia sedang duduk makan malam bersama Rosalinda.

"Tenang saja! dua pejabat yang turun tangan, mama sangat yakin Aaron Andres Davidson pasti tidak berkutik," jawab Rosalinda dengan yakin.

"Mungkin saja saat ini dia sudah menyesal dan mengaku salah," ujar Jordan.

"Benar! dua pejabat itu adalah orang besar, semua pengusaha harus menghormati mereka agar bisa menjalankan bisnis ilegal seperti kita. tanpa perlindungan dua pejabat itu kita tidak mungkin bisa bertahan. jadi...merekalah yang menentukan apakah kita bisa bertahan atau tidak. Aaron Andres Davidson pasti hanya bisa pasrah," jawab Rosalinda.

"Dia pasti akan melepaskan Angelina dan tidak akan berani lagi menantang kita, ha ha ha..." ucap Jordan dengan tertawa.

"Selagi kita mengunakan uang, mereka akan membantu kita. di dunia ini asalkan ada uang maka masalah sebesar apapun tetap bisa diselesaikan dengan mudah," kata Rosalinda.

"Ma, keluarga Hamilton pasti akan tunduk pada kita, kalau kita berhasil mengalahkan Aaron Andres Davidson."

"Jordan, setelah urusan ini selesai, pernikahanmu dan Angelina harus dilangsungkan."

"Menikah dengan si bisu itu tidak ada ruginya juga, keluarganya kaya dan harta mereka pasti akan jatuh ke tangan kita suatu saat nanti. dan selain itu Angelina pasti akan melahirkan penerusku."

"Itu sudah pasti! dia masih ada kegunaan buat kita, jadi...jangan menilai dia adalah tunawicara!"

"Baik, Ma. sekarang aku malah merasa tidak sabar bagaimana dengan Aaron Andres Davidson sekarang."

"Dia pasti sudah ketakutan," jawab Rosalinda dengan senyum.

"Dia sangat sombong, dia selalu saja merendahkanku. aku sengaja ingin bekerja di perusahaannya. tapi dia sama sekali tidak memandangku sebagai pacar adiknya. dan langsung menolak lamaran kerjaku."

"Tidak perlu dipikirkan! sekarang kamu tidak perlu melakukan itu! dulu kau hanya menginginkan sahamnya. dan kini saham itu pasti sudah jatuh ke tangan orang lain!" ujar Rosalinda.

"Ma, ayo kita merayakan kemenangan kita!" kata Jordan yang ingin bersulang dengan ibunya.

Rosalinda dan Jordan yang mengira rencana mereka berhasil, mereka pun tertawa gembira dan saling bersulang untuk merayakannya.

Saat mereka sedang tertawa gembira, nada dering masuk ke handphone milik Rosalinda.

Wanita itu menjawab panggilan tersebut dengan penuh senyuman.

"Hallo, Tuan Alexander. bagaimana?"

"Nyonya Shean, aku dan Kementerian hakim ingin mengatakan bahwa kami tidak akan ikut campur urusan ini, lebih baik kalian urus sendiri," ujar Albert yang di seberang sana.

"A-apa? kenapa Anda bisa menolak?" tanya Rosalinda yang tidak percaya.

"Aaron Andres Davidson tidak mudah dilawan, kami tidak ingin terlibat," jawab Albert yang kemudian memutuskan panggilannya.

"Sia.lan!" ketus Rosalinda dengan kesal.

"Ada apa, Ma?"

"Mereka tidak mampu menundukkan Aaron Andres Davidson," jawab Rosalinda dengan geram.

"Apa? apakah mereka tidak bertemu dengannya?"

"Bertemu...hanya saja mereka tidak mampu menyelesaikan masalah ini."

"Lalu, bagaimana? apakah kita diam saja dan kalah?"

"Kita pasti ada cara lain, kita tidak akan kalah dengan seorang Aaron Andres Davidson!" jawa Rosalinda.

"Apa hebatnya seorang Aaron Andres Davidson? kenapa Harkers dan Albert juga takut pada mereka," ketus Jordan dengan kesal.

"Dua bajingan itu sudah menerima sejumlah uang kita, tapi masih saja tidak berguna," ketus Rosalinda.

"Ma, kita harus menyelidiki siapa orang yang membantu Aaron Andres Davidson secara diam-diam!"

"Itu sudah pasti! mama tidak suka kalah," jawab Rosalinda.

...****************...

Mansion Davidson.

Di malam itu Angelina duduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya. gadis itu merasa tidak tenang sehingga tidak bisa memejamkan matanya. ia ketakutan karena mengingat kembali kejadian yang menimpanya di saat 17 tahun.

Alex Hamilton yang adalah pria yang mengadopsinya berusaha ingin memperk*sanya. bukan hanya sekali, pria itu sudah mencoba berulang kali. akan tetapi usahanya selalu gagal.

Klek.

Suara pintu kamar Angelina dibuka oleh seorang wanita yang adalah pembantu rumah tangga.

Angelina yang mendengar suara pintu ia bangkit dan berdiri melihat wanita itu yang membawakan makanan.

"Nona, tadi kamu tidak makan sama sekali, makan sedikit. kalau tidak...kamu akan sakit!" ucap wanita itu dengan sopan.

Angelina menerima makanan itu dengan kedua tangannya. wajahnya tampak lesu dan bahkan tidak ada selera saat melihat makanan itu.

"Nona nama saya Candy, semua orang panggil saya bibi Candy, apakah kamu ingin makan sesuatu?"

Angelina meletakan makanan itu ke atas meja, dan kemudian ia pun nenulis sesuatu di nota.

Setelah selesai menulis ia memberikan nota itu kepada pembantu itu.

"Bibi, terima kasih! tapi aku tidak lapar dan tidak ada yang ingin ku makan."

"Nona, apakah kamu merindukan keluargamu?" tanya Candy.

"Tidak ada yang merindukanku, dan tidak ada juga yang harus kurindukan," jawab Angelina yang menulis di nota.

"Nona, jangan takut! walau tuan sangat tegas tapi dia baik, tuan memiliki hati yang lembut. dia tidak akan menyakitimu!" kata Candy dengan senyum.

"Aku tidak apa-apa, aku juga tidak takut. apakah aku bisa meminta tuan agar tidak mengantarku pulang ke rumah?" tanya Angelina lewat tulisannya.

"Apakah nona tidak ingin pulang?"

"Di sana bukan rumahku, melainkan adalah neraka," ucap Candy yang membaca tulisan Angelina.