Di dunia di mana kekuatan adalah segalanya, Liu Han hanyalah remaja 14 tahun yang dianggap aib keluarganya. Terlahir dengan bakat yang biasa-biasa saja, dia hidup dalam bayang-bayang kesuksesan para sepupunya di kediaman megah keluarga Liu. Tanpa ayah yang telah terbunuh dan ibu yang terbaring koma, Liu Han harus bertahan dari cacian dan hinaan setiap hari.
Namun takdir berkata lain ketika dia terjebak di dalam gua misterius. Di sana, sebuah buku emas kuno menjanjikan kekuatan yang bahkan melampaui para immortal—peninggalan dari kultivator legendaris yang telah menghilang ratusan ribu tahun lalu. Buku yang sama juga menyimpan rahasia tentang dunia yang jauh lebih luas dan berbahaya dari yang pernah dia bayangkan.
Terusir dari kediamannya sendiri, Liu Han memulai petualangannya. Di tengah perjalanannya menguasai seni bela diri dan kultivasi, dia akan bertemu dengan sahabat yang setia dan musuh yang kejam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri di Pegunungan Huosu
Setelah kekuatan Ling Yan pulih berkat pil tingkat lima, suasana di antara mereka menjadi lebih tenang. Namun, semburan energi merah tua yang sebelumnya muncul dari arah pegunungan Huosu masih membekas di benak mereka. Liu Han dan Ling Yan memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan, meski dengan lebih berhati-hati.
"Xiao Han," kata Ling Yan sambil berjalan di depan, "aku tidak tahu apa yang menyebabkan energi itu muncul, tapi satu hal pasti, kita harus tetap waspada. Jika itu berasal dari markas bandit, ini mungkin lebih berbahaya daripada yang kukira."
Liu Han mengangguk. "Aku mengerti, Kak Ling. Tapi kita tetap harus tahu apa yang terjadi. Jika energi sebesar itu bisa dirasakan dari sini, itu bukan sesuatu yang bisa diabaikan."
Mereka berdua terus bergerak, langkah mereka menyusuri jalur berbatu di kaki pegunungan Huosu. Pepohonan di sekitar semakin jarang, digantikan oleh bebatuan besar dan jurang yang curam. Udara dingin mulai terasa, membuat suasana semakin mencekam.
Setelah beberapa jam perjalanan, mereka menemukan sesuatu yang aneh. Di sebuah jalan sempit di antara dua tebing, terdapat bekas-bekas pertempuran. Tanahnya penuh dengan bekas kaki, dan beberapa bagian bebatuan tampak hancur akibat serangan energi spiritual.
Ling Yan berjongkok, menyentuh salah satu bekas serangan. "Ini baru saja terjadi. Lihat, energi spiritualnya masih terasa."
Liu Han mendekat, memeriksa tanda-tanda di sekitar. "Tapi tidak ada mayat atau tanda-tanda seseorang terbunuh. Apakah mereka mundur?"
Ling Yan mengangguk pelan, matanya menyapu sekeliling. "Mungkin mereka memindahkan rekan-rekan mereka yang terluka atau tewas. Tapi ke arah mana mereka pergi..."
Dia berhenti sejenak, matanya terpaku pada bekas jejak yang mengarah ke sebuah celah di tebing. "Ke sana," katanya sambil menunjuk.
Mereka berdua berjalan perlahan menuju celah tersebut. Ketika mereka semakin dekat, Liu Han merasakan udara di sekitar menjadi lebih berat, seperti ada tekanan spiritual yang kuat.
"Kak Ling, kau merasakannya?" tanya Liu Han.
Ling Yan mengangguk, wajahnya serius. "Ya. Ini bukan aura dari seorang kultivator biasa. Sesuatu yang kuat ada di sini."
Celah di tebing itu ternyata mengarah ke sebuah gua besar. Pintu masuknya dipenuhi ukiran kuno yang tidak dikenali oleh Liu Han maupun Ling Yan. Aura misterius yang berat keluar dari dalam gua, membuat mereka berdua merasakan bulu kuduk mereka berdiri.
Ling Yan melangkah lebih dekat, memeriksa ukiran di dinding pintu masuk. "Ini... seperti simbol formasi kuno. Aku pernah melihat sesuatu yang mirip di perpustakaan sekte, tapi ini jauh lebih kompleks."
Liu Han memeriksa simbol itu dengan rasa penasaran. Meski tidak bisa memahaminya sepenuhnya, dia merasakan sesuatu yang familiar, seolah-olah simbol itu berhubungan dengan ingatan yang dia lihat dari ahli kuno pemilik buku emas.
“Apakah ini... jebakan?” tanya Liu Han, sedikit ragu untuk melangkah lebih jauh.
Ling Yan menggeleng. “Aku tidak yakin. Tapi satu hal yang pasti, tempat ini bukan gua biasa.”
Dengan langkah hati-hati, mereka memasuki gua. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan kristal merah yang bersinar samar, menciptakan pemandangan yang indah namun juga menyeramkan. Suara tetesan air dari langit-langit gua terdengar, menggema di sepanjang lorong yang panjang.
Semakin jauh mereka masuk, semakin kuat tekanan spiritual yang mereka rasakan. Ling Yan dan Liu Han mengaktifkan energi spiritual mereka untuk melawan tekanan tersebut, memastikan mereka tetap bisa bergerak.
Di tengah perjalanan, Ling Yan berhenti tiba-tiba, menarik Liu Han ke samping.
"Diam," bisiknya.
Liu Han mematung, mengikuti tatapan Ling Yan. Di depan mereka, di tengah gua yang lebih lebar, ada beberapa pria berjubah hitam yang sedang sibuk mengatur sesuatu. Mereka terlihat membawa peti besar, dan beberapa dari mereka memasang formasi di lantai gua.
"Bandit itu," gumam Ling Yan. "Tapi apa yang mereka lakukan di sini?"
Liu Han memperhatikan lebih saksama. Di tengah ruangan, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebuah altar batu besar berdiri megah, dan di atasnya terdapat bola energi berwarna merah tua yang berdenyut, memancarkan aura mematikan.
"Itu..." Liu Han menelan ludah. "Apa itu?"
Ling Yan menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, tapi ini jelas berbahaya. Bola energi itu mungkin sumber dari semburan energi merah yang kita lihat tadi."
Ling Yan menatap Liu Han, suaranya rendah tapi tegas. "Kita tidak bisa bertindak gegabah. Jika kita menyerang sekarang, kita tidak hanya akan menghadapi mereka, tapi juga risiko memicu bola energi itu."
Liu Han mengangguk. "Jadi, apa yang kita lakukan?"
Ling Yan berpikir sejenak, lalu berkata, "Kita harus mengamati lebih dulu. Cari tahu apa yang mereka rencanakan. Jika ini benar-benar markas utama mereka, sekteku harus diberi tahu."
Mereka berdua tetap bersembunyi di balik batu besar, mengamati dengan cermat gerak-gerik para bandit.
Namun, tanpa mereka sadari, salah satu pria berjubah hitam melihat bayangan mereka dari sudut matanya. Dengan gerakan cepat, dia mengangkat tangannya, mengarahkan energi spiritual ke arah mereka.
“Siapa di sana?!” teriaknya.
Ling Yan segera menarik Liu Han untuk berlindung, tapi suara peringatan pria itu sudah menarik perhatian seluruh kelompok bandit. Dalam sekejap, mereka semua mengarahkan pandangan mereka ke arah tempat Ling Yan dan Liu Han bersembunyi.
Ling Yan menggeram pelan. “Xiao Han, bersiaplah. Sepertinya kita tidak punya pilihan selain bertarung.”
Liu Han mengepalkan pedangnya, energi emas mulai memancar dari tubuhnya. "Aku siap, Kak Ling."
Dengan pedang mereka terangkat, Ling Yan dan Liu Han keluar dari tempat persembunyian, menghadapi kelompok bandit yang sudah bersiap untuk menyerang.
Di tengah ketegangan itu, bola energi merah di altar tampak berdenyut lebih cepat, seolah merespons kehadiran mereka.
Ling Yan dan Liu Han melangkah keluar dari tempat persembunyian mereka, menghadapi para bandit yang bersenjata lengkap dan siap menyerang. Pemimpin mereka, seorang pria bertubuh besar dengan armor hitam yang menyelimuti tubuhnya, berdiri di dekat altar batu. Matanya yang tajam menyipit, menatap Ling Yan dengan senyum sinis.
"Jadi, kau lagi, Ling Yan," kata pemimpin bandit itu dengan nada meremehkan. "Aku sengaja membiarkan kau selamat dari sergapan kami sebelumnya. Tapi sepertinya kau memang berniat untuk mati."
Ling Yan mengarahkan pedangnya ke pria itu, auranya memancar penuh tekanan. "Kalian yang harusnya menyerah. Semua yang kalian lakukan di sini akan dihentikan!"
Pemimpin bandit itu tertawa keras. "Kau terlalu percaya diri. Aku akan membiarkan anak buahku mengurusmu terlebih dahulu. Lenyapkan mereka!"
Dengan perintah itu, sepuluh anak buah bandit yang tersisa langsung menyerbu. Ling Yan segera bergerak maju, diikuti oleh Liu Han.
Bandit-bandit itu mengelilingi Ling Yan dan Liu Han, menyerang dengan berbagai senjata spiritual yang memancarkan cahaya gelap. Ling Yan, dengan pedang ungunya, melesat ke depan seperti kilat.
"Serangan Pedang Angin Ungu!" teriak Ling Yan.
Serangan itu menciptakan gelombang energi tajam yang menghantam tiga bandit sekaligus, mengirim mereka terhempas ke dinding gua. Tubuh mereka ambruk tanpa bergerak, menunjukkan bahwa mereka tidak akan bangkit lagi.
Di sisi lain, Liu Han bergerak dengan kelincahan yang luar biasa, pedang peraknya melayang seperti bayangan, menangkis serangan dan menebas musuh. Meskipun kekuatannya belum setara dengan Ling Yan, energi emas dari tubuhnya memberikan tambahan kekuatan yang cukup untuk mengimbangi para bandit.
Salah satu bandit mencoba menyerang Liu Han dari belakang, tetapi Liu Han merasakan pergerakannya. Dengan gerakan cepat, dia memutar tubuh dan menghantamkan pedangnya ke arah musuh.
"Rasakan ini!" seru Liu Han, pedangnya menebas tepat di dada bandit itu, membuatnya tersungkur ke tanah.
Lima bandit tersisa melancarkan serangan bersamaan, mencoba mengepung Ling Yan dan Liu Han. Ling Yan, yang kini berada di puncak ranah True Foundation, menunjukkan kekuatannya yang luar biasa.
Dia mengayunkan pedangnya dengan cepat, menciptakan bayangan pedang yang bergerak seperti badai.
“Pedang Bayangan Langit!” serunya, meluncurkan puluhan serangan dalam sekejap.
Bayangan pedang itu menghantam musuh tanpa ampun, menembus pertahanan mereka dan membuat tubuh mereka terpental seperti boneka tak bernyawa.
Sementara itu, Liu Han menghadapi dua bandit yang tersisa. Mereka menyerangnya dengan tombak panjang dan pedang berat, tetapi Liu Han berhasil menghindar dengan langkah-langkah gesit, membalas serangan mereka dengan presisi.
Ketika salah satu bandit mencoba menyerangnya dari samping, Liu Han melompat ke atas, menghindari serangan, lalu membalas dengan tebasan tajam yang langsung melumpuhkan lawannya.
Lawan terakhirnya mundur beberapa langkah, wajahnya penuh ketakutan melihat rekan-rekannya tumbang. Sebelum dia sempat melarikan diri, Liu Han menebas pedangnya ke depan, mengakhiri pertarungan.
Dalam waktu singkat, semua anak buah bandit telah tumbang. Gua itu dipenuhi bau darah, dan tubuh para bandit tergeletak di lantai. Ling Yan berdiri tegak, meskipun napasnya sedikit memburu. Liu Han juga terlihat lelah, tetapi matanya masih penuh dengan tekad.
Pemimpin bandit itu, yang selama ini hanya berdiri mengamati, akhirnya maju. Auranya yang kuat menyebar di seluruh gua, menimbulkan tekanan yang lebih besar daripada semua bandit sebelumnya.
“Bagus, bagus sekali,” katanya dengan suara dingin. “Kalian berhasil menyingkirkan anak buahku. Tapi kalian hanya menang melawan pion. Sekarang, hadapi raja di papan ini.”
Ling Yan mengarahkan pedangnya ke pria itu. “Kau tidak akan lolos. Bahkan dengan kekuatanmu, kau tidak akan menang melawan kami.”
Pria itu tertawa kecil, mengangkat pedang hitam besar yang memancarkan aura kematian. “Jangan terlalu percaya diri, Ling Yan. Aku berada di puncak ranah True Foundation. Kau mungkin mendekati kekuatanku, tetapi bocah kecil itu…” Dia melirik Liu Han dengan senyum sinis. “Dia tidak lebih dari seekor semut di mataku.”
Liu Han mengepalkan pedangnya lebih erat, menatap pria itu tanpa takut. “Semut atau bukan, aku tidak akan mundur.”
“Baiklah,” pria itu mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. “Kalau begitu, aku akan menghancurkan kalian berdua sekaligus!”
Aura hitam dari pria itu meledak, memenuhi gua dengan energi mematikan. Ling Yan dan Liu Han bersiap menghadapi musuh terkuat yang pernah mereka lawan.
Bersambung...