Bagaimana jadinya jika seorang siswa SMA yang hidup sebatang kara mendapatkan anugrah sebuah Sistem Spin Kekayaan dan Kekuatan oleh seorang pengemis yang ternyata adalah seorang Dewa?.
Rendi Murdianto, seorang anak laki-laki yang hidup sebatang kara, orang tuanya meninggalkan dirinya ketika masih kecil bersama neneknya.
Hidup Rendi sangatlah miskin, untung saja biaya sekolah di gratiskan oleh pemerintah, meskipun masih ada kebutuhan lain yang harus dia penuhi, setidaknya dia tidak perlu membayar biaya sekolah.
Seragam sekolah Rendi pemberian tetangganya, sepatu, dan perlengkapan lainnya juga di berikan oleh orang-orang yang kasihan padanya. Bahkan Rendi mau saja mengambil buku bekas yang kertas kosongnya hanya tinggal beberapa lembar.
Kehidupan Rendi jauh dari kata layak, Neneknya mencoba menghidupi dia semampunya. Namun, ketika Rendi duduk di bangku SMP, Neneknya harus di panggil sang pencipta, sehingga Rendi mulai menjalankan hidupnya seorang diri.
Hidup tanpa keluarga tentu mem
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alveandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tingkah Absurd Bawahan Rendi
Ke esokan harinya, Rendi di bangunkan oleh Novi dan Sulis, kedua gadis itu memang sengaja datang ke kontrakan Rendi untuk berangkat sekolah bersama.
Mereka berdua terkejut saat melihat kontrakan Rendi sangat berantakan, di tambah posisi tidur bawahan Harisman yang malang-melintang bagaikan sampah yang berserakan.
"Kenapa jadi banyak orang di sini?"tanya Novi jengkel.
"Entahlah, mungkin Rendi sengaja memanggil mereka buat nemenin dia." terka Sulis.
"Mungkin kamu memang benar." sahut Novi.
"Tapi syukurlah dia sekarang sudah memiliki banyak teman, jadi kehidupannya bisa lebih baik lagi." terlihat Sulis yang menatap Rendi dengan mata berkaca-kaca.
"Sudah memiliki teman? Memangnya selama ini Rendi tidak memiliki teman?" tanya Novi sedikit terkejut.
Sulis mengangguk, "dia memang dari dulu tidak memiliki teman, lebih tepatnya mereka tidak mau berteman dengan Rendi, penampilannya yang dekil, di tambah ia sedikit pemurung, sehingga membuat teman seusianya menjauhi dirinya, dan aku juga ..."
Sulis merasa bersalah mengingat momen dimana ia selalu marah-marah dengan Rendi, di tambah ia juga tidak pernah bersikap lembut dengan Rendi.
Novi mengusap punggung saingannya itu, ia tahu kalau gadis yang sama-sama menyukai Rendi itu pasti sangat sulit melupakan kejadian dulu.
"Wow, apakah aku ada di surga? Dua bidadari yang sangat cantik." tiba-tiba terdengar salah satu bawahan Harisman berbicara.
Sulis dan Novi menoleh berbarengan, ia melihat bawahan Harisman yang sedang menyunggingkan senyum, dengan bekas air liur yang masih tercetak jelas di sudut mulutnya.
"Bidadari Surgaku, perkenalkan namaku Sam Holder, marilah kita menjalani kehidupan indah bersama." bawahan Harisman mengulurkan tangannya dengan mata berbinar.
"Sam Holder matamu, bilang saja Samiun!" tegur Harisman yang ikiu terbangun juga.
"Eh ... bos juga sudah bangun, lihatlah bidadari-bidariku cantik, kan?" tanya Samiun dengan bangga.
Ceplak
Tamparan keras membuat mata Samiun membelalak kaget, ia tidak tahu mengapa Harisman tiba-tiba menamparnya.
"Bos, apa salahku?" tanya Samiun sambil memegangi pipinya yang merah.
"Masih untung aku yang menampar kamu, jika Bos Rendi tahu kamu menggoda wanitanya! Bukan cuma pipimu yang merah, wajahmu akan berubah menjadi melihat ke belakang terus!" jawab Harisman ketus.
"Eh!" Samiun langsung terkejut, ia menoleh ke kedua gadis yang tadi ia anggap bidadari miliknya, mereka berdua sedang menyilangkan tangan di depan dada sambil memelototinya.
"Glek!" terdengar Samiun menelan ludah, ia benar-benar takut jika sampai Rendi tahu dirinya mencoba merayu mereka berdua.
"Maafkan saya Mbak Bos, saya gak tahu Mbak Bos kekasih Bos Rendi!" Samiun langsung bersujud membentur-benturkan kepalanya di lantai.
Hihihi
Novi dan Sulis yang melihat itu, mereka berdua terkikik geli, pasalnya bawahan Rendi ternyata mirip dengan Harisman, yang absurd nya buka main.
"Kalian ini berisik sekali, ada apa sih?" Rendi bangun sambil mengucek matanya.
"B-Bos sudah bangun?!" Samiun bergegas berdiri menghampiri Rendi dan memijat bahunya.
Rendi bingung dengan apa yang terjadi, ia kemudian baru menyadari kalau Novi dan Sulis sudah ada di sana, mengenakan seragam sekolah.
"Eh, kalian berdua mau berangkat sekolah?" tanya Rendi yang langsung melebarkan matanya saat melihat kedua gadis itu.
"Iya Ren, ini aku bawakan sarapan buat kamu." jawab Novi sambil menyerahkan rantang makanan yang sudah ia siapkan dari rumah.
"Aku juga membawa sarapan untuk kamu Ren, ini masakan aku sendiri loh." Sulis tidak mau kalah dengan Novi.
Novi menggembungkan pipinya, pasalnya ia tidak pandai masak, jadi dirinya menyuruh pembantunya untuk memasakan sarapan untuk Rendi, tidak seperti Sulis yang memang sudah jago masuk.
Samiun dan Harisman saling menatap, mereka berdua merasa iri dengan bosnya tersebut, mereka berharap kalau nanti akan menemukan wanita yang seperti Novi dan Sulis.
"Kalian seharusnya tidak perlu repot-repot, aku bisa membeli makanan di pasar nanti." ucap Rendi merasa tidak enak dengan keduanya.
"Tidak merepotkan kok, Ren, lagian ini cuma makanan." jawab Sulis sambil tersenyum.
Rendi berdiri, ia mengambil dua makanan yang di berikan Sulis dan Novi. "terima kasih, Nov, Lis."
"Sama-sama." jawab keduanya kompak.
"Ya sudah, aku berangkat dulu yah." pamit Novi.
"Aku juga berangkat, Bye Ren." pamit Sulis juga.
Kedua wanita itu pergi dari kontrakan Rendi bersamaan, mereka berdua terlihat saling menatap tajam saat di luar kontrakan.
Awas saja, aku juga akan belajar memasak agar tidak kalah denganmu Sulis!
Dalam hati Novi merasa jengkel, karena kali ini ia kalah dengan Sulis, yang bisa memberikan makanan hasil dari tangannya sendiri.
Kamu lihat Novi, aku itu lebih layak dengan Rendi, masak saja kamu pasti tidak bisa, kan?
Sulis menyeringai ke arah Novi, ia yakin kalau masakan Novi bukanlah buatannya sendiri, melihat dari ekspresi dia barusan.
😅😅😅