Maya memiliki 3 orang anak saat dirinya diusir oleh suaminya karena pengaruh dari keluarganya, dia berjuang untuk membesarkan ketiga anaknya yang masih kecil hingga tumbuh menjadi anak-anak yang hebat dan berprestasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpura-pura baik
Mendengar keributan yang berada didepan pintu rawat sang adik, Sasya keluar untuk menegur orang yang berani membuat keributan. Begitu dia keluar matanya melotot melihat manusia-manusia yang dia benci.
"Ngapain kalian berdua ada disini". Hardiknya dengan keras.
" Kalian lihat sendir, kami tidak mungkin memaafkan kalian, tak akan ada maaf bagi manusia biadab seperti kalian, setelah apa yang kalian lakukan pada kami semasa kecil, tidak hanya menyiksa kami tapi kalian juga menyiksa bunda kami dan sekarang kalian datang meminta maaf tanpa rasa dosa, Simpan saja, kami tidak butuh, pergi kalian dari sini". Teriak Sonya dengan penuh emosi.
"Jangan seperti nak, kami menyesali apa yang kami lakukan pada kalian dulu, tolong beri kami kesempatan untuk menebus kesalahan kami". Ucap Ibu Rana berpura-pura menangis.
"Tidak usah menampilkan airmata buaya kalian karena itu tidak akan mempan pada kami, kalian pikir kami ini orang bodoh yang bisa langsung dengan air mata dan tangisan buaya kalian?? Tidak akan, kami tidak sudi memaafkan apalagi mau menerima kalian menjadi keluarga kami". Ucap Sasya dengan sinis.
"Pergilah, jangan sampai aku dan adikku menghajar kalian dan tak menganggap kalian adalah orang lebih tua yang harusnya dihormati tapi itu tidak berlaku untuk kalian". Usir Sasya dan Sonya mendorong keduanya dengan kasar untuk pergi dari ruangan adiknya itu.
"Dasar anak kurang ajar, inikah yang diajarkan ibu kalian sampai kalian bersikap kurang ajar dan tidak tahu sopan santun pada orangtua". Teriak Rania dengan amarah
Dia tidak terima diperlakukan seperti ini oleh anak tidak tahu diri seperti mereka. Dia sudah tak bisa berpura-pura baik pada mereka dengan perlakuan seperti ini.
"Tidak ada yang memintamu datang kesini, wahai keluarga Erlangga terhormat, jika kalian masih menggangu hidup kami maka adikku Sonya ini yang akan menghentikan kerjasama perusahaan karena dialah yang akan memegang perusahaan keluarga kami". Sasya mengancam mereka dengan serius.
"Ada apa nak, kok kalian berisik sekali didepan pintu, kalian menganggu istirahat adik kalian". Ucap Maya yang keluar dari kamar karena mendengarkan keributan sampai didalam kamar rawat anaknya.
Dia mengalihkan pandangan pada arah tatapan anaknya yang mengandung kemarahan. Melihat kedua manusia bebal dihadapannya dia menghela nafas. "Apa lagi maunya ini orang dua coba". monolognya dalam hati.
"Mau apa lagi kalian datang kemari, saya cape melihat kalian dimana-mana, bukankah kalian ini tak sudi mengenal kami karena kami berasal dari orang kalangan bawah dan tidak sejajar dengan kalian??, terus kenapa kalian selalu menganggu kami". Ucap Maya dengan jengah.
Dia kesal setengah mati karena selalu berurusan dengan keluarga yang selalu menyakiti dirinya dan anaknya sejak dulu.
"Kami datang kemari untuk meminta maaf kepada kalian nak, tolong maafkan kami atas kesalahan kami dimasa lalu kepada kalian". Ucap Ibu Rana yang berpura-pura menangis untuk menarik simpati.
Maya menaikkan alisnya mendengar perkataan mantan mertuanya ini, bagaimana bisa orang yang membencinya selama ini malah meminta maaf dengan cepat seperti itu, ini sangat janggal menurutnya.
"Saya sudah memaafkan kalian tapi untuk mengenal kalian maaf, saya tidak bisa, kalian bisa pergi dari sini, jika tidak ada keperluan lain dan jangan membuat keributan disini karena anak saya Salwa sedang sakit". Ucapnya dengan pelan.
"Dengar sendiri bukan, kami bahkan tidak sudi mengenal kalian kembali apalagi berbaikan dengan kalian, bagi kami kalian manusia yang tidak akan bisa mendapatkan maaf, apalagi mau dijadikan keluarga, pergilah sebelum aku bertindak kasar dan memanggil security untuk menyeret kalian berdua". Hardik Sasya dengan kasar.
"Bagaimana caramu mengajar anak-anak mu Maya, kenapa mereka sangat kurang ajar pada orang yang lebih tua". Rania mengucapkan nya dengan perasaan kesal karena rencananya gagal total tapi dia masih mau berusaha karena mengingat kekayaan Maya yang besar itu.
"Kami ini nenek dan tantenya Maya, harusnya kamu mengajari mereka untuk menghormati dan menghargai kami".
"Mereka sendiri yang memperlakukan kalian seperti itu, kalian sendiri yang menanamkan kebencian kepada mereka sejak mereka masih kecil jadi jangan sembarangan menyalahkan orang lain atas perbuatan kalian sendiri, giliran dibenci tidak terima". Maya menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti jalan pikiran mereka.
"Tetap saja, mereka harus menghormati kami". Ucap Bu Rana dengan kekeh.
"Maaf yah ibu Rana Erlangga yang terhormat, jangan mau dihormati tapi bahkan kau memperlakukan orang lain seperti binatang yang tidak ada harganya. Tidak ada sejarahnya kau memperlakukan orang tidak baik tapi dibalas dengan kebaikan juga, Saya dan anak-anak bukan malaikat yang bisa memaafkan orang seperti kalian". Ucap Maya dengan tajam.
Bu Rana dan Rania mengepalkan tangannya karena tak berhasil membujuk Maya dan anak-anak nya padahal mereka sudah merendahkan diri mereka sedemikian rupa agar mereka memaafkannya, tapi ternyata mereka tetap tidak tersentuh.
"Baiklah kami pergi, kami akan datang lagi sampai kalian mau memaafkan kami dan menerima kami sebagai keluarga kalian lagi". Ucap Bu Rana berpura-pura sedih.
"Iya, kami akan kesini lagi sampai kalian mau memaafkan kami". Ucap Rania berpura-pura pasrah.
Rania dan Bu Rana pergi dengan tatapan pasrah padahal keduanya tidak berhenti mengumpat dengan emosi dalam hati mereka. Sedangkan Maya dan anak-anak nya menggelengkan kepalanya dan menghela nafas karena terbebas dari manusia seperti mereka.
"Dasar manusia aneh, dia yang buat kesalahan tapi bersikap seperti orang yang di sakiti". Sonya mendengus kesal.
"Sudah nak, yuk masuk, adik kalian mencari kalian, tidak usah pusing memikirkan mereka". Ajak Maya pada kedua anaknya yang sejak tadi emosi.
Sedangkan Rania dan ibu Rana yang sudah menjauh dari mereka pun mengumpat kasar.
"Dasar manusia miskin yang sok kaya, mereka menyebalkan sekali". Rania mengumpat kasar.
"Kau benar nak, sialan mereka padahal orang kaya kita sudah merendahkan diri tapi dengan sombongnya mereka tak mau memaafkan kita". Ucap Ibu Rana dengan emosi.
"Kita harus mencari cara lain untuk menguasai harta mereka bu, lumayan, kita bisa berfoya-foya tanpa memikirkan untuk bekerja dan menghasilkan uang".
Tapi ibu Ragu nak, bagaimana kalau kita suruh Rasya ceraikan Marsya dan kembali menikah lagi dengan keluarga Kaya".
"Boleh juga saran ibu, aku juga mau lelaki Kaya seperti dulu, mantan suamiku sudah tak mau mengirimkan uang untuk anaknya". Sungut Rania dengan kesal.
"Kau tuntut dia saja secara hukum dan permalukan dia, ibu yakin dia tidak akan berani jika kita membuatnya malu dan tuntut di pengadilan". Ucap Bu Rana memberikan saran.
"Ibu benar, biar dia rasa jika kewajibannya harus dia penuhi, enak saja punya anak tapi tak mau menafkahi".
tapi kita perlu tau sebelum membuat masalah untuk orang lain maka jangan lah membuat luka kepadanya ... karena menyembuhkan luka sangat sulit , kita bsa bilang iya kita maafkan tapi dihati kita juga terselip kalimat " kenapa ini harus terjadi ? teramat sulit untk memaafkan karena luka lama dipendam bertahun sulit untk dilupakan.
wajar sich sonya marah besar. umur dia masih kecil banget tp disiksa cinta pertamanya and keluarganya puncaknya diusir dr rumah secara kasar. jadi traumanya pasti dalem banget n dia jauh lebih hancur drpd sasya yg lebih besar