Pantas saja dia sudah merasa curiga pada sampul buku itu yang tidak biasa. Alih-alih sekedar buku cerita biasa, ternyata itu adalah buku kehidupan terbuka dari masa depan beberapa orang, termasuk Victoria Hain. Sebuah tokoh dengan nama yang sama dengannya.
Sebuah tokoh yang kini dihidupi oleh jiwanya.
“Astaga, jadi aku adalah kakaknya antagonis?”
Adalah informasi paling dasar dalam cerita ini.
Alih-alih sebagai pemeran utama, Victoria Feyar berakhir menjadi kakak dari antagonis perempuan bernama Victoria Hain, yang akan mati depresi karena sikap dingin suaminya.
“Baiklah, mari kita ceraikan Kakak protagonis pria sebelum terlambat.” Adalah rencana Victoria, demi melindungi dirinya dan adik pemilik tubuh dari dua Kakak beradik pencabut nyawa.
Untungnya ini berhasil, meski bertahun kemudian Victoria dibuat kesal, karena mereka tidak sengaja kembali terlibat dalam situasi utama pada konflik cerita itu dimulai.
“Kakak Ipar, mohon bantu kami....”
-
“Dalam mimpimu.” -- Victoria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blesssel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
“Ayo masuk, kakek di dalam.”
Victoria yang mendengar ini jelas terkejut. Mengangkat kepalanya memandang Raphael penuh tanda tanya. “Kakek di dalam?!”
“Mm, ayo.” Raphael sudah mengambil langkah berjalan kembali, sebelum akhirnya berhenti tiba-tiba dan berbalik.
“Oh, … dan aku tidak ingin dia masuk dari pintu ini.” Tunjuk Raphael pada Sean melalui tatapan mata.
Mengerti hal ini, Victoria kemudian berbalik kepada Sean setelah Raphael melewati pintu.
“Apa kau menikmati diperlakukan seperti ini? Kau seharusnya bisa masuk lewat pintu depan dan menjadi lebih dihargai, tapi kau menolaknya dengan mengatakan identitasmu. Mencoba untuk membangkang!”
Sean mengerti benar apa yang dikatakan Victoria, karena dia bahkan sudah terbakar melihat cara Raphael menatapnya. Lagipula hal ini tidak bisa dipungkiri. Zaman boleh berubah tapi label orang-orang yang dibeli masih sama rendah kastanya. Dia sadar, bahkan pelayan rumah ini masih lebih tinggi statusnya daripada dia pribadi.
Bahkan lebih dari itu, dia telah melanggar peraturan transaksi dengan mengatakan siapa dirinya. Jadi kali ini Sean setuju mencoba menahan diri, dengan tidak mengatakan apapun.
Melihat Sean tertunduk dan tampak mulai merenung, Victoria akhirnya melepaskan ego. Lagipula dia harus segera menghadapi Kakeknya Raphael sekarang.
Tapi sebelum benar-benar meninggalkan Sean, Victoria mengambil ponsel dan mengetikkan sesuatu disana.
“Kau tunggu disini, seseorang akan datang untuk mengaturmu,” perintah Victoria sebelum berbalik pergi tanpa menoleh lagi.
Sementara di luar, Estella terkejut dengan pesan yang masuk dari sang Kakak
•
•
Victoria yang akhirnya melewati pintu masuk, dikejutkan dengan tangannya yang tiba-tiba ditarik yang sudah jelas oleh Raphael.
Dia yang tidak cukup mawas, berakhir membentur dada Raphael meskipun tarikan itu tidak kuat. Meski sama terkejutnya, tapi kali ini Raphael tidak mendorong Victoria menjauh. Hanya saja dengan tinggi badan yang timpang, membesarkan aura intimidasi Raphael.
“Aku tidak ingin mengatakannya, tapi jika kamu mengira aku tidak tahu apa saja yang kamu lakukan hari ini Victoria, maka kamu salah. Statusmu masih menjadi Nyonya keluarga Hain saat ini dan kamu bertanggung jawab untuk itu. Jadi jangan—”
“Jangan apa? Jangan mempermalukan keluargamu begitu? Tidakkkk, tidak akan. Jangan berpikir terlalu jauh.” Potong Victoria dengan kepala menggeleng kecil disertai kekehan.
Dia mengerti, tampaknya Raphael memiliki kesalahan pahaman tentang dirinya, mengira bahwa dia telah memiliki pria lain atau sebagainya, yang berpotensi mencoreng harga dirinya dan nama baik keluarganya. Pikiran ini tidak hanya ditebak Victoria sembarangan, karena memang deskripsi karakter Raphael memang seperti ini tertulis di dalam buku itu.
“Tidak, itu tidak akan terjadi. Tenanglah, aku memiliki penjelasan untuk semua itu.”
Raphael akhirnya melepaskan pegangannya yang hampir seperti cengkraman dari tangan Victoria dan menggulung lengan kemeja hitamnya. “Bagus. Selama kamu paham tidak perlu penjelasan.”
Begitu saja dia kemudian melangkah mendahului Victoria, membuat yang ditinggalkan menarik nafas panjang. Semakin Victoria pikirkan, semakin ingin dia segera pergi dari sini. Kehidupan wanita yang bergantung, membuatnya sangat tertekan lahir batin.
Tapi begitu dengan segera dia menarik sudut bibirnya dan mengejar langkah Raphael. Tepat saat mereka hendak memasuki ruang keluarga, Raphael melambat menunggu Victoria.
“Tidak perlu, itu tidak natural.”
Victoria melepaskan genggaman tangan Raphael darinya dan membuat Raphael terkejut, padahal inilah yang selalu mereka lakukan sebelum-sebelumnya.
Pada akhirnya Raphael juga tidak berpengalaman, sementara pemilik tubuh yang sebenarnya hanya ingin segera bergandengan karena kurangnya kesempatan. Jadi tidak memperdulikan hasil yang terlihat jelas palsunya.
Conrad yang melihat penampilan Victoria setelah hampir setengah tahun yang lalu bertemu, tidak bisa tidak terkesima. Ini bukan soal penampilan, tapi soal kepercayaan diri yang begitu beraura.
“Oo Ooo cucu menantuku.”
Victoria yang bersiap membungkuk memberi salam secara formal, dikejutkan dengan rangkulan yang dilakukan oleh Conrad.
Rangkulan ini membuat Victoria tanpa sadar mendesis. Dalam dua kehidupan dia hampir tidak sedekat ini dengan orang lain, bukan secara fisik, tapi secara emosional. Dia benar-benar terganggu dengan pancaran kebanggaan di mata Conrad, seolah-olah pria tua itu benar-benar mengasihinya.
“Kakek tidak memberi kabar, begini kan aku bisa tetap dirumah.”
Conrad menggeleng. “Tidak, justru inilah yang terbaik, bahwa Cucu menantuku akhirnya memiliki kegiatan diluar dan melepas kesukaan terhadap bersemedi haha-haa….”
Conrad tidak bisa menahan diri untuk membicarakan perubahan dalam diri Victoria. Dia membicarakan banyak hal sampai di meja makan, kecuali penggunaan uang Victoria tadi siang.
Sementara Raphael, sampai pada momen mengelap bibirnya setelah selesai makan, dia masih setia menjadi pendengar. Rasanya bukan hanya dia, tapi Sang Kakek juga bisa melihat perubahan dalam diri Victoria, khususnya dalam cara berbicara wanita itu.
Jadi jika dia bisa menilai, jelas Victoria tampak sangat baik saat ini. Baik dalam penampilan atau perilaku, membuat Raphael bertanya-tanya, … ‘apa benar bahwa wanita itu kembali pada logika rasional, karena sudah tidak mencintainya lagi?’
Pemikiran ini membuat Raphael tidak nyaman. Karena karakter Victoria saat mencintainya terlihat sangat bodoh dan tidak masuk akal, seolah-olah mencintai dirinya seperti menurunkan kecerdasan manusia lain, membuat Raphael sedikit terhina dengan hal ini.
“Jadi Raphael, apa benar bahwa Paman dan Bibimu belum lama berkunjung kemari?”
“Aa-apa?” Raphael tergagap akibat jatuh dalam pemikirannya sendiri.
Victoria mengambil kesempatan ini untuk berperan aktif. Dia tertawa kecil sambil menyentuh pundak Raphael, sebelum mengulang pertanyaan Conrad untuknya,
membuat Raphael salah tingkah.
“Ah ya,” jawab Raphael.
Conrad sedikit terkesima melihat ini, namun kembali fokus menanyakan alasan kedatangan anak bungsunya Orlando. Tapi Raphael menolak mengatakan yang sebenarnya, hanya memberitahu bahwa itu kunjungan biasa.
Kini pembicaraan teralih dengan mereka yang mulai membicarakan soal perusahaan.
“Kamu melakukan pekerjaan hebat dalam mengurus perusahaan, seperti Ayahmu.” Conrad memuji.
Victoria yang mendengar segera menanam telinga dalam-dalam. Hampir tidak ada pengetahuan apapun mengenai orang tua Raphael dan Remi, baik dalam tubuh ini, ataupun dalam buku yang dia baca. Dan mencurigakan baginya, menemukan fakta bahwa kedua orangtua Raphael tewas dalam kecelakaan.
“Karena kamu telah melakukan bagianmu dengan baik, maka Kakek mempertimbangkan untuk menyerahkan perusahaan inti kepadamu. Sementara Pamanmu, biarkanlah dia memimpin bagian di luar negeri.”
Raphael terkejut dilihat dari matanya yang membulat penuh. Namun begitu dia tetap tenang di permukaan. “Terimakasih Kakek,” ucapnya yang langsung menunduk.
Sementara disatu sisi, adegan ini menjadi alarm peringatan berbahaya untuk Victoria.
Dia tidak mengerti ada apa dengan jalannya plot cerita? Pikirnya, perusahaan inti memang akan menjadi milik Raphael, tapi nanti akan diberitahukan saat hari ulang tahun pria tua itu, bukan pada makan malam biasa seperti ini. Karena dia ingat betul, diceritakan Raphael cukup cemas menunggu pengumuman dari Conrad saat itu.
Tapi apa ini? Kenapa pria tua ini mengatakan hal itu sekarang? Apa aku telah mengacaukan plot?
Dan ternyata memang benar kekhawatiran Victoria. Itu dibuktikan dengan ucapan Conrad selanjutnya.
“Kakek melihat hubungan kalian semakin baik saja. Victoria tampak lebih siap untuk mendampingimu kali ini, jadi semoga kalian akan tetap seperti ini, untuk berdua memimpin perusahaan kedepannya.”
BAMB.
Bom meledak di hati Victoria. Wajahnya penuh ketegangan disaat wajah Raphael penuh ambisi kesenangan. Kini ekspresi keduanya tidak hanya dilihat sang Kakek, tapi juga dilihat Yvone dan Orlando dari layar ponsel.
Seorang pelayan dari sebuah celah sangat serius mengetikan informasi, berisi percakapan Conrad, Raphael dan Victoria. Orlando dan Yvone yang menerima ini, menjadi sangat sangat marah.
•
•
“Untungnya aku membayar seseorang untuk mengawasi wanita sialan itu. Kalau tidak, kita tidak akan tahu bahwa Ayahmu menghianati putranya sendiri, dengan memberikan perusahaan pada cucu sialan itu.”
Sementara Orlando yang menerima omelan Istrinya, hanya duduk terdiam dengan kekecewaan dihatinya. Tapi begitu, dia tidak akan membiarkan kekecewaan menghentikan dirinya.
Mengepalkan tangannya dengan tekad, Orlando berujar. “Raphael tidak akan bisa mendapatkan apapun. Begitu juga Ayah, dia tidak akan bisa memberikan apapun.”
Itulah suasana saudara sedarah keluarga Hain yang sarat akan emosi penuh pertarungan.
•
•
Sementara masih di bagian luar rumah kediaman Hain, Sean yang sudah menunggu cukup lama, segera sigap manakala melihat sebuah motor memasuki kediaman tempatnya berada sekarang.
Dua orang muda-mudi turun dari motor, menatapnya dengan tatapan heran. Jika tatapan heran Remi murni karena tidak mengerti situasi, berbeda dengan Estella. Dia heran, kenapa Kakaknya tiba-tiba membawa pria asing dalam rumah kakak iparnya?
Apalagi wajah Sean lebih dari cukup untuk menjadi orang ketiga, pikirnya. Hal ini membuat Estella berpikiran tidak-tidak, apalagi mengingat keanehan-keanehan Victoria belakangan ini.
Jadi Estella melangkah dengan angkuh ke arah Sean. “Apa kau yang dibawa Kakakku kemari?”
Melihat wajah di depannya memiliki kemiripan dengan Victoria, Sean tahu apa yang dibicarakan. “Ya.”
Sikap dingin Sean, membuat Estella berdecak. “Aku katakan, kau bukanlah tipe Kakakku.”
“Apa!? tunggu Este—”
Ucapan Remi dihentikan Estella dengan tangannya. “Jangan ikut campur Rem, aku sedang memperingatkan orang ini.”
Sean yang mengerti kearah mana pembicaraan ini, ingin sekali tertawa. Tapi tertahan karena juga takut. Takut-takut, kalau Victoria membelinya sebagai simpanan.
“Hei, apa kau mendengar?!”
Sean mengusap punggung lehernya mencoba mendapatkan ketenangan, walau sebenarnya ingin sekali dia berteriak. Bahwa alih-alih membuatnya terpesona, Victoria justru membuatnya sangat jengkel, belum lagi ditambah dengan Estella sendiri, adik Victoria yang menurut Sean sama tidak masuk akalnya.
“Ada kesalahpahaman disini, saya bukan pria Kakak anda. Saya datang secara profesional.”
Estella tidak mengerti profesionalitas apa yang dibicarakan Sean. Dia hanya mengangguk puas, bahwa Sean bukan selingkuhan Kakaknya yang tampak tidak bermoral belakangan ini.
“Baiklah, sekarang kau ikut aku!” Perintah Estella, yang langsung mengambil langkah berjalan melalui halaman samping.
Sementara Remi, dia mengekor seperti kuda, dengan sebuah perasaan tidak nyaman melihat Estella dan Sean berjalan bersama.
“Ini tidak bisa dibiarkan,” gumam Remi.
BUFF. Sean terkejut, karena dirinya sedikit terlempar dengan sambaran bahu Remi.
“Hei bro, kalau jalan jangan lambat.”
Estella yang mendengar ini berbalik dibuat. Dia menatap Sean dengan gelengan dan decakan, selagi Remi merasa bangga terhadap dirinya sendiri seolah-olah melakukan sesuatu yang keren.
Sementara Sean yang menjadi korban, hanya bisa menatap kesal tertahan kepada dua orang yang lebih muda darinya itu. Ini gila, pikirnya.