🔥🔥🔥
Harap bijak dalam membaca!
Its real my karya, jika ada unsur kesamaan nama, tokoh atau kejadian yang sama itu diluar dugaan saya. dengan ini saya menyatakan, bahwa saya telah berfikir keras dalam memberikan cerita khayalan ini. terimakasih!
***
*
Bulan Aleena Zahrani, gadis muslimah bercadar yang sangat cantik, dia terlahir dari keluarga Sederhana. tapi nasibnya tidak secantik parasnya. Bulan dinikahi oleh pria berdarah dingin tentunya dari keturunan mafia kejam sama seperti nasib yang ia alami saat ini.
Stevan Jafer Dirgantara, anak dari Moundy Dirgantara. Dia adalah mafia yang terkenal paling kejam di kotanya. Stevan menikahi Bulan karena ingin membalas dendam pada Ayah gadis bercadar tersebut.
Lalu bagaimana dengan nasib Bulan?
Apa dia akan tetap bertahan menerima kekejaman dari suaminya atau justru dia akan pergi?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Kekejaman Suamiku
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
Bulan terbangun dari tidurnya, dia menelan ludahnya kasar. Dia merasakan ada sesuatu yang seakan mengocok perutnya didalam sana. Bulan dengan terburu-buru turun dari kasurnya, dia berlari menuju kamar mandi. Bulan memuntahkan semua isi perutnya dan tetap saja hanya cairan bening yang keluar.
Dia berkumur dan menatap wajahnya dipantulan cermin wastafel. Dia berfikir sejenak dengan mengerjap matanya perlahan.
"Apa aku masuk angin? Ah rasanya tidak mungkin. Tapi kenapa setiap pagi aku selalu mual begini?" Bulan tiba-tiba menyentuh perutnya. Jantung wanita bercadar itu berdetak cepat saat memikirkan sesuatu.
"Apa aku hamil? Ah. Tidak, tidak! Ini tidak mungkin. Aku tidak mau ini semua terjadi.!" gumam nya dengan lirih menolak apa yang ada dipikirannya.
Bulan segera melangkah cepat keluar dari kamar mandi, dia melihat kalender kecil yang ada di meja belajar. Saat akan menghitung kapan terakhir datang bulan, tiba-tiba ponselnya berdering.
Bulan menoleh ke arah ranjang dan melangkah mengambil ponselnya.
"Hallo, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, Bulan. Kau dimana ? Sebentar lagi kelas akan dimulai." sahut Raihan dibalik telfonnya.
"Aku, aku masih di asrama kak! Mungkin aku tidak masuk kelas pagi ini."
"Kenapa ?" sahut Raihan penasaran.
"Tidak apa-apa, hanya sedikit tidak enak badan saja."
"Kamu sakit, Bulan ? Mau ke Dokter ? Kau sakit apa ? Biar aku antar kerumah sakit ya ?" ujar Raihan terdengar panik dari suaranya.
"Ah tidak perlu, Kak. Hanya pusing saja. Nanti dibawa istirahat juga akan sembuh kok."
"Tidak bisa seperti itu dong, Bulan. Aku akan menyuruh adikku ke kamar mu. Dia akan menemani kita ke periksa kerumah sakit." ujar Raihan terus memaksa.
"Tapi kak, aku..."
"Tidak ada penolakan ! Sekarang bersiaplah. Aku akan mengantar mu ke rumah sakit. Aku tunggu."
Setelah mengucapkan itu Raihan menutup telfonnya. Bulan yang mendengar paksaan Raihan hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar.
*
Di Kairo sudah menjelang siang, dan di Indonesia baru saja matahari telah terbit.
Di sebuah kamar mewah yang bernuansa serba putih dengan aroma harum mawar yang menyeruak ke seluruh kamar, sorotan mata tajam seorang pria yang sedang tidur dengan posisi tengkurap, merasa tidur nya sedikit terusik karena merasakan sesuatu yang tidak nyaman.
Perlahan mata dengan netra tajam itu terbuka, Stevan menatap dingin pada jendela yang masih tertutup korden. Matanya tidak berkedip seakan rasa itu semakin menyeruak di dalam sana.
Stevan segera turun dari ranjang dengan langkah cepat menuju kamar mandi. Pria itu memuntahkan semua isi perutnya, tapi sudah berusaha ia keluarkan, tak ada juga yang mau keluar dari dalam. Rasa di ujung tenggorokan terasa pahit sekali baginya, dan itu sangat membuatnya tidak nyaman.
"Kenapa aku ini? Perutku rasa nya tidak enak sekali." Stevan berkumur dan membasuh wajahnya agar sedikit lebih segar.
Stevan menatap dirinya dipantulan cermin wastafel, setelah cukup menetralkan tubuhnya sejenak. Dia melangkah menuju shower dan membasahi tubuhnya dengan air dingin.
*
Beberapa jam berlalu, Stevan sudah berada di kantornya. Pria dingin itu tidak mau menyentuh nasi atau apapun. Dia hanya selalu ingin memakan buah-buahan sesuai dengan selera lidahnya. Jam sebelas siang diruangannya, Boy baru saja tiba membelikan sesuatu yang Stevan inginkan.
"Van, kayaknya lu harus periksa ke Dokter aja deh?" Boy sudah sering menawarkan Stevan untuk periksa ke Dokter, tapi pria keras kepala itu selalu saja tidak mau.
"Aku tidak sakit, Boy Andrean!"
Boy yang mendengar jawaban itu lagi hanya mendengkus kesal. Karena tingkah Stevan memang sedikit aneh beberapa hari terakhir ini. Saat meeting dia bahkan tidak mau masuk hanya karena ruangan itu berbau pengharum ruangan nuansa jeruk dan membuatnya mual.
Saat akan berangkat kerja menggunakan mobilnya dia tidak mau dan terpaksa menggunakan taksi online hanya karena mobilnya bau pengharum dan membuatnya selalu ingin muntah.
Bahkan bau parfum Boy saja dia sampai muntah beberapa kali hingga akhirnya Boy terpaksa mengganti bajunya yang tidak berbau parfum. Ada-ada saja kelakuan Stevan akhir-akhir ini pikir Boy.
Melihat Stevan tidak mau menyentuh nasi bahkan daging-dagingan dan lebih memilih makanan yang ia makan saat ini membuat Boy berfikir bahwa Stevan membutuhkan seorang Dokter.
Karena setiap hari Boy melihat Stevan selalu makan buah yang super asam, seperti mangga muda, nanas dan jeruk lemon. Bahkan pria itu belum memakan nasi beberapa hari terakhir. Boy melihat sahabatnya makan seperti itu membuatnya sedikit khawatir.
"Gue selalu ngilu lihat lu makan begituan, Van. Gue makan satu aja udah gue buang. Dan lu menghabiskan semuanya tanpa sisa dan tidak merasakan asam sedikitpun. Ck,ck. Bener-bener diluar nalar." Boy menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Stevan yang dengan lahapnya makan buah lemon tanpa merasakan ngilu.
Stevan menatap dingin pada sahabatnya, dan matanya kembali menatap mangga muda yang masih utuh di dalam kotak merasa air liurnya bertambah dan ingin menghabiskannya saat itu juga.
"Lu pikir gue juga nggak ngerasa aneh, hah? Gue cuma bisa makan ini, Boy. Selain ini perut gue mual, apa lu nggak bisa ngerti betapa tersiksanya Gue!" Stevan memarahi Boy dan menggebrak mejanya karena emosi.
"Makan nya gue saranin lu buat ke Dokter, pe'ak!" Boy kesal dengan bos sekaligus sahabat nya itu yang tidak mau di beri nasehat.
"Lama-lama gue timpuk lu pakek sepatu gue! Ngeselin banget jadi Bos! Males ah, gue mau keruangan gue ajah!" sambungnya kesal kemudian melangkah pergi dari ruangan Stevan.
Stevan merasa frustasi, dia juga merasa ada kejanggalan dan keanehan pada dirinya sendiri. Tapi ke Dokter dia tidak akan pernah mau, karena pria kejam dan terkenal dingin itu sangat takut dengan jarum suntik.
...****************...
Hay para pembaca setiakuh.. Gimana-gimana cerita Stevan? Seru nggak? Aku lagi balas dendam nih sama tuh cowok karena udah bikin Bulan tersiksa.
Pantengin terus ya cerita Stevan, dan author mengucapkan banyak-banyak terimakasih buat para pembaca yang selalu tepat waktu tanpa menumpuk bab, karena karya ini sudah lulus kontrak dan berkat kalian karya ini bisa masuk 20bab terbaiknya.
Author harap pembaca tetap membaca disetiap episode nya jangan menumpuk bab sampai 40 bab yaa.. Biar karya ini bisa masuk ke 40 bab terbaiknya. Biar author bisa terima gajeehh...
Oke selamat membaca semuanya, semoga syuka dengan hukuman Stevan. Sampai jumpa di up selanjutnya besok. Ilopeu sekebon buat kalian semuaaahh....
See You
Bulan hamil..
semoga boy org pertama yg mendapat kabar Bulan hamil
semakin seru nih....
lanjut thor
istrinya yang habil stevan yang ngidam😁
semangat berkarya..
aku yakin saat ini Stevan jafier dirgantara sedang menikmati indahnya penyesalan
semoga Bulan terus kuat menjalani kehidupannya
Steven dan Bulan benar2 berpisah nih