Istri Kecil CEO Mesum

“Lakukan rencana ini sebaik-baiknya, jangan ada kesalahan apapun! Jika rencanaku tidak berhasil, maka aku, akan membunuh mu!” tutur Nyonya Sandra berbicara dengan seseorang di balik handphone nya.

“Tapi Nyonya, saya takut—”

“Lakukan saja kalau kau ingin nyawa mu selamat.”

“Ba—baik, Nyonya.”

Bip!

Tap!

Tap!

Tap!

Lianne berlari menuju dapur setelah Nyonya Sandra selesai berbicara dengan orang misterius itu di handphone.

Tadi, Lianne hendak pergi untuk menaruh mangkuk sup yang kosong itu untuk di cuci. Namun, suara Nyonya Nathalie dari arah ruang tamu membuat Lianne jadi penasaran dan pergi mendengarnya lebih jelas.

“Ini sudah kedua kalinya dia membahas rencana-recana nya itu, sebenarnya apa yang dia inginkan?” monolog Lianne sembari menaruh mangkuk berwarna putih tersebut pada meja bar counter.

“Apa dia sedang menyusun rencana mencelakai ku? Atau mungkin dia menyusun rencana untuk mencelakai ... Hans ? Ah, tapi itu tidak mungkin. Aku hanya perlu menyelidikinya saja untuk memastikan apa itu benar atau tidak.

Tap!

Tap!

Tap!

Lianne kembali menoleh kebelakang mendapati Nyonya Sandra yang sedang berjalan ke arahnya, wanita berumur 20 tahun itu cepat bergerak berjalan ke arah tempat cuci piring dengan tangan memegang mangkuk.

“Sedang apa kau disini?” tanya Nyonya Sandra bersedekap dada.

“Kau tidak lihat aku sedang apa?” balas Lianne menunjukkan salah satu mangkuk yang terlihat berbusa.

“Apa kau mendengar pembicaraan ku tadi?”

“Me—mendengar pembicaraan mu? Untuk apa? Memang nya kau berbicara tentang apa?”

“Baguslah jika kau tidak mendengar nya.” ujar Nyonya Sandra berjalan pergi dari sana meninggalkan Lianne.

“Dasar wanita tua yang aneh. Telingaku, ya, telingaku ... eh? Lianne, mulutmu itu, sejak kapan kau begini?” celetuk Lianne memukul bibirnya sedikit kuat.

...▪️◾◼️◾▪️...

“Aku sedang ada urusan di kantor,” ujar Hans sembari menyambar kunci mobil miliknya di atas nakas.

“Tapi ini sudah sekitar jam sepuluh malam.” balas Lianne melirik jam dinding di kamar tersebut.

“Ya, tapi aku tidak bisa menunda-nunda pekerjaanku. Aku pergi dulu.” Hans langsung berlari keluar meninggalkan Lianne yang mematung di tempat.

“Aneh sekali,” gumam wanita itu bergerak menuju ranjang. Kerutan di dahinya kentara terlihat karena sesuatu yang mengganjal pada hatinya.

 ▪️▪️▪️

“Devan ! Ambil ini.” Hans melempar kunci mobil ke arah Devan dan langsung di tangkap oleh pria berumur 25 tahun itu.

“Bawa aku ke bar sekarang!”

“Bar?”

“Ya, seorang klien dari luar negeri ingin bertemu dengan ku untuk melakukan kerja sama.”

"Eh? Kenapa klien asal luar negeri itu tidak memilih lokasi pertemuan nya di hotel, cafe, restoran, atau di kantor saja? Tapi malah memilih tempat itu.." batin Devan.

“Devan ! Kau mendengar ku?!”

“Ah, iya, Tuan. Anda masuk lah ke mobil.”

▪️▪️▪️

Alunan musik Dj terdengar begitu keras dengan orang-orang yang terlihat berjoget ria di dalam sana, bahkan ada juga yang meminum minuman beralkohol dan berciuman tanpa malunya juga antara pria serta wanita.

Hans sudah terbiasa, dulu sebelum menikah, ia memang sering datang kesini untuk menyewa wanita malam, tapi sekarang sudah tidak lagi, karena Hans sudah memiliki istri

“Tuan, apa benar klien yang anda maksud ingin bertemu disini?!” tanya Devan dengan suara keras karena alunan musik yang melampaui suara nya.

“Iya!” jawab Hans menduduki dirinya pada kursi berbentuk bundar, diikuti oleh Devan disana untuk menunggu klien tersebut.