Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24 | Kenapa aku, Oma?
Sedangkan dirinya 'kan ingin terlihat seperti pasangan suami istri yang saling mencintai di depan semua orang. Agar semua orang semakin yakin, bahwa ia dan Javas adalah pasangan suami sungguhan.
"Udah cukup sayang, terima kasih ya."
"Sama-sama, Mas," jawab Isvara sambil tersenyum. Setelah selesai melayani suaminya, baru Isvara mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Ia sangat tertarik dengan masakan yang terhidang di meja makan, terlihat semua masakannya enak-enak.
"Lihat Ineisha, orang yang kamu bilang nggak mau melayani suaminya, malah sangat telaten melayani suaminya. Kamu harus tiru Isvara," ujar Tiana sengaja.
Mata Ineisha memanas, ia tidak suka dibandingkan seperti ini. Jika biasanya orang tuanya membandingkannya dengan sang Kakak, mereka akan berada di pihaknya bukan seperti ini.
Dengan malas, Ineisha mencoba melayani Chio. Namun, wajahnya terlihat sekali gadis itu melakukannya dengan tidak ikhlas. Sampai lauk yang ia ambilkan untuk Chio, malah jatuh ke pangkuan suami dari Ineisha.
"Ineisha, bisa nggak sih kamu lebih hati-hati jika melakukan sesuatu," tegur Chio dengan keras.
"Maaf, aku nggak sengaja, yang." Karena perbuatan Ineisha yang ceroboh, membuat Chio kesal. Pria itu memutuskan mengambil makanannya sendiri. Akhirnya Ineisha pun mengambil makanannya sendiri.
Saat hendak makan, Ineisha baru sadar bahwa Kalila–Mama mertuanya tidak ikut duduk, untuk makan bersamanya padahal masih ada kursi kosong di sebelah Tiana.
"Mama kok nggak ikut makan sama kita semua?" tanya Ineisha dengan lembut. Semua menatap Ineisha dengan tatapan bingung. Kalila sendiri yang belum terbiasa dipanggil Mama oleh orang lain selain Mamanya, memilih diam saja.
"Yang kamu manggil Mama itu siapa?" tanya Javas, takutnya Ineisha memanggil Isvara dengan sebutan Mama. Tapi ia melihat ke samping, Isvara sudah mengambil makanannya dan hendak makan.
"Mama Kalila, Pa? Kenapa Mama Kalila tetap berdiri di sana enggak ikut makan sama kita, Pa?" tanya Ineisha bingung.
"Kamu makan saja, Ineisha. Mama belum lapar, Mama makannya nanti kalo semua orang sudah makan," jawab Kalila.
Ineisha memutuskan bangkit dari kursinya untuk menghampiri sang Mama mertua. "Kenapa Mama harus menunggu semua orang makan, baru Mama mau makan? Mama ikut makan bareng aja, aku yakin Mama bohong 'kan bilang kalo belum laper. Padahal Mama juga belum makan 'kan dari tadi, sama seperti kita semua."
"Ineisha! Kenapa kamu maksa Mama mertua kamu. Terserah kalo Mama kamu nggak mau makan bareng, emang biasanya juga gitu kok. Kamu harus biasakan liat Mama mertua kamu makannya belakangnya, atau kamu mau ikut makan belakangan juga?" kesal Tiana karena menurutnya Ineisha terlalu ribet.
Tiana–lah yang memang tidak pernah membiarkan Kalila ikut duduk dan ikut makan bersamanya, wanita paruh baya itu juga yang membuat peraturan bahwa Kalila tidak boleh duduk di kursi yang ada di ruang makan jika sedang ada orang yang makan, selain itu Kalila juga tidak diperbolehkan makan sebelum semua orang selesai makan. Hal itu sudah berlaku selama puluhan tahun.
"Udah biarin aja, sayang. Memang peraturannya seperti itu, dari pada kamu dimarahin sama Oma lagi mending kamu diam aja, sayang," pinta Chio pada istrinya.
Sebenarnya Chio dan Chilla tidak pernah setuju dengan semua peraturan khusus yang dibuat oleh Oma mereka untuk sang Mama, mereka juga pernah membela mamanya, jelas saja anak mana yang suka mamanya diperlakukan tidak adil di rumahnya sendiri. Sampai akhirnya mereka berdua mendapatkan hukuman dari sang Oma, karena telah membantah perkataan Oma mereka.
Sejak saat itu, Chio dan Chilla tidak berani lagi membantah Omanya. Mereka memilih membiarkan sang Oma melakukan apapun pada mamanya, sekalipun mama mereka harus diperlakukan seperti pembantu.
Jika hukumannya hanya tidak makan saja mereka pasti akan memilih membela sang Mama, tetapi hukuman yang Tiana berikan yaitu mengurung Kalila di gudang serta disiksa di sana, sedangkan Chio dan Chilla sang Oma tidak akan segan-segan mengusir mereka berdua jika mereka membantah ucapannya. Kedua saudara kembar itu tentu tahu, sang Oma tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Isvara dapat mendengar perkataan Chio tentang peraturan, peraturan untuk Kalila sepertinya. Sebenarnya ia tidak setuju dengan peraturan itu, terkesan sangat tidak adil bagi Kalila yang memang termasuk anggota keluarga Bimantara. Namun, dirinya hanyalah istri pura-pura Javas. Tentu saja Isvara tidak akan berani ikut campur mengenai peraturan yang sudah berlaku sejak lama.
Mereka semua mulai makan siang, Isvara memakan makanannya dengan sangat lahap. Gadis itu tadi memang lapar, terus makan makanan yang enak-enak jadinya lahap.
"Mas Javas ini masakan siapa? Semuanya enak-enak banget, aku suka," puji Isvara dengan tulus.
"Ini masakan Kalila, Kakak madu kamu, Isvara." Bukan Javas yang menjawab, tetapi malah Tiana.
"Mbak Kalila, masakan Mbak enak banget. Makasih ya, udah masak makanan seenak ini," puji Isvara langsung pada istri tua suaminya.
Kalila langsung tersenyum mendengar pujian yang keluar dari mulut Isvara, selama ini memang sangat jarang yang ada memuji masakannya. Padahal masakannya tidak pernah tidak enak, bahkan selalu enak. Termasuk kedua anaknya pun tidak pernah memuji masakan Kalila, padahal Tiana tidak pernah melarang kedua cucunya untuk memuji masakannya.
Mungkin karena Chio dan Chilla tidak pernah melihat ada orang yang memberikan pujian pada masakan mamanya, jadi mereka mengira tidak perlu memberikan pujian. Padahal memberikan pujian itu penting, agar yang diberikan pujian atas kerja kerasnya merasa bahagia.
Selama ini, Isvara memang tidak pernah lupa memuji masakan para pelayannya, jika memang masakannya sangat enak.
"Terima kasih pujiannya, Isvara. Saya juga senang jika bisa memasak masakan yang enak dan sesuai dengan selera kamu," ucap Kalila tulus. Dari awal tahu Isvara adalah istri kedua suaminya, Kalila tidak pernah membenci Isvara. Karena menurutnya Isvara sama sekali tidak salah, ia juga yakin bahwa sebelum mereka menikah. Javas tidak pernah mengakuinya sebagai istri, jadi Isvara awalnya tidak pernah tahu bahwa Javas sudah memiliki istri yaitu dirinya.
Untuk Javas, ia tentu tahu bahwa pria itu tidak pernah menganggap keberadaanya sebagai istri. Apalagi mencintainya, jelas itu tidak ada d dan tidak pernah ada di kamus Javas.
"Kalo kamu bisa memasak enggak, Ineisha?" tanya Tiana pada cuci menantunya.
"Bisa sedikit-sedikit Oma," jawabnya dengan berbohong. Isvara yang mengetahui bahwa adiknya itu tidak pernah memasak ataupun masuk dapur hanya bisa menahan tawanya, ia juga sama sekali tidak berniat membongkar kebohongan Ineisha.
Dibandingkan Ineisha, Isvara–lah yang bisa memasak bahkan bisa dibilang jago. Gadis itu sejak dulu belajar masak dengan para pelayan atau dengan Airin–Tante Isvara, jadi ia sekarang sudah bisa masak. Terakhir memasak yaitu saat masak bersama sang Mama beberapa minggu lalu.
"Bagus, kalo gitu mulai besok pagi kamu bakalan bantuin Mama mertua kamu masak dan mengurus rumah. Di rumah ini tidak ada pelayan atau pembantu, jadi hanya kalian berdua saja yang akan mengurus rumah ini. Dari masak sampai beres-beres rumah."
"Kenapa aku, Oma?" tanyanya, gadis itu tampak tidak suka dengan keputusan Tiana.
"Ya, memang kamu. Memang siapa lagi, apa kamu tega membiarkan mertua kamu mengerjakan semua sendirian sedangkan sekarang sudah ada kamu? Untuk apa kamu menjadi menantu keluarga ini, kalo kamu nggak mau membantu Mama mertuamu mengurus rumah?"
mampir juga dikaryaku yuk/Smile/