NovelToon NovelToon
Dmyth: Kembalinya Hantu Dari Hutan Terlarang.

Dmyth: Kembalinya Hantu Dari Hutan Terlarang.

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Identitas Tersembunyi / Epik Petualangan / Menjadi NPC / Hari Kiamat / Evolusi dan Mutasi
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: orpmy

Jo Wira, pemuda yang dikenal karena perburuan darahnya terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kematian orang tuanya, kini hidup terisolasi di hutan ini, jauh dari dunia yang mengenalnya sebagai buronan internasional. Namun, kedamaian yang ia cari di tempat terpencil ini mulai goyah ketika ancaman baru datang dari kegelapan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penjaga Terakhir

Dungeon selayaknya makhluk hidup, membutuhkan makanan berupa emosi dan jiwa untuk bertahan serta berkembang. Bangunan labirin yang sebenarnya adalah monster ini menelan energi dari para penghuni dan pengunjungnya, baik itu rasa takut, kesedihan, maupun keputusasaan.

Di bagian terdalam dari gua tambang terdapat Dungeon Core, sebuah kristal bercahaya yang menjadi jantung dungeon. Saat ini kristal itu sedang dilanda kepanikan. Monster terkuat yang diciptakannya, Raja Orc, baru saja dikalahkan dengan satu serangan telak oleh seorang manusia.

Semua prajurit Orc yang dulu memberinya energi melalui kengerian para budak, kini telah mati. Satu-satunya yang tersisa hanyalah Raja Orc, yang kini menanti ajalnya.

Wira menatap Raja Orc dengan tatapan dingin. Dengan linggis di tangannya, dia mendekat sambil bertanya dengan nada sinis, “Di mana letak ruang tersembunyi itu?”

Namun, Raja Orc hanya tertawa getir, menolak untuk mengkhianati tuannya. Kesetiaan sang raja kepada Dungeon Core membuat kristal itu tergetar karena merasa terharu oleh kesetiaan makhluk ciptaannya.

“Begitu, ya?” suara Wira terdengar datar dan dingin. “Baiklah, seperti yang kau inginkan.”

Raja Orc yang tadinya terlihat keren karena kesetiaannya kini pucat pasi. Ia meratap dan memohon belas kasihan pada penciptanya. Namun Dungeon Core hanya bisa menyaksikan dengan ngeri, tak mampu berbuat apa-apa.

JRAASS!

Linggis itu menghantam kepala Raja Orc, menghancurkannya seketika. Hening menyelimuti gua tambang. Namun, hanya sesaat. Teriakan penuh suka cita dari para Kobold dan Troll yang terbebas terdengar begitu lantang, memenuhi seluruh ruang dengan energi kebahagiaan yang murni.

Dungeon Core terkesiap. Lonjakan energi yang baru diserap dari kebahagiaan ini jauh lebih kuat daripada energi yang ia peroleh dari penderitaan dan ketakutan. Dengan energi yang melimpah, Core merasa jika dia mampu membalikkan keadaan.

Mengumpulkan semua energi yang ada, Dungeon Core mulai menciptakan monster baru, jauh lebih kuat dibandingkan pasukan Orc dan bahkan Raja Orc.

Namun, di tengah proses penciptaan itu, sebuah getaran aneh merambat melalui dinding goa. Sesuatu merayap di sekitarnya mengikuti aliran energi, menyusup ke dalam ruang rahasia. Dungeon Core merasa dirinya diawasi. Sebuah tatapan tajam menusuk langsung ke dalam inti kristalnya.

“Ketemu...” Suara Wira terdengar tenang namun mengagetkan. Core hampir mengacaukan ritual penciptaannya karena terkejut dengan suara Wira, seakan dia baru saja mendengar malaikat maut memanggil namanya.

{Author: emangnya Dungeon Core punya nama?}

Dengan seismik sensenya, Wira akhirnya menemukan lokasi pasti dari ruang tersembunyi tempat Dungeon Core berada. Menyadari tempat persembunyiannya sudah diketahui, Kristal itu bergetar karena kecemasan, diliputi ketakutan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

***

Wira menatap mayat Raja Orc yang baru saja dikalahkannya. Tubuh besar itu dengan cepat meleleh dan terserap ke dalam lantai goa, hanya menyisakan sebuah cincin dan kristal monster yang berkilauan redup.

'Monster Dungeon akan segera lenyap begitu dikalahkan, persis seperti yang ada game. Berbeda dengan monster di luar yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menghilang,' pikir Wira sambil memungut cincin dan kristal tersebut.

“Apakah ini berarti hutan dan Gunung Semaraksa juga sudah berubah menjadi Dungeon?” gumamnya pelan, matanya menyipit penuh kecurigaan.

Kematian Raja Orc menandakan pertempuran di area tambang telah usai. Kobold dan Troll bersorak penuh kegembyira. Mereka baru saja terbebas dari penindasan para Orc yang selama ini memperbudak mereka.

Namun, sorak-sorai itu seketika mereda ketika mereka menyadari tatapan dingin Wira. “Apa?” tanya Wira dengan nada datar, melihat rasa takut yang mulai menghiasi wajah mereka.

Mereka menelan ludah. Sebelumnya, Wira sempat mengancam bahwa ia tak akan memaafkan siapa pun yang menambang di goa ini tanpa izinnya.

Wira mendesah panjang, merasa pusing dengan situasi ini. “Tck, lupakan saja. Aku tidak sekejam itu untuk menuntut ganti rugi dari kalian yang dipaksa menambang di sini.”

Ucapan Wira membuat wajah para budak seketika kembali cerah. Seorang Kobold dengan tubuh kecil maju dan membungkuk hormat. Di belakangnya, para Troll juga mengangguk penuh syukur.

“Terima kasih, Tuan! Karena telah membebaskan kami. Ini adalah sebuah kebaikan yang akan kami ingat seumur hidup kami” ucap seorang Kobold yang sepertinya menjadi pemimpin bagi setiap budak.

Wira mengibaskan tangannya dengan malas. “Ya, terserahlah. Kalian bisa meninggalkan tambang ini sekarang.”

Namun, tidak ada yang bergerak. Wira menaikkan alis, bingung. “Kenapa kalian masih di sini? Kalian sudah bebas. Pergilah.”

Kobold kecil tadi, yang memperkenalkan dirinya sebagai Konjing, maju lagi dan berbicara dengan suara pelan, “Keadaan di luar sudah berbeda, Tuan. Monster-monster di luar sana telah berevolusi. Kami yang selama ini terjebak di dalam goa tidak akan mampu bertahan hidup di luar.”

Wira menghela napas berat. Ia tahu Konjing benar. Dunia hanya dalam hitungan hari sudah berubah drastis. Monster-monster berkembang semakin kuat dengan cepat. Proses evolusi yang terlalu mudah ini membuat ancaman di luar semakin tak terkendali.

Seketika, wajah Wira memucat. Pikirannya tertuju pada satu sosok yang selama ini menghantuinya, sosok itu tidak lain adalah Harimau Titan.

‘Jika situasi ini terus berlanjut, harimau itu akan terus berevolusi setiap kali memakan hewan atau anomali di hutan. Akan jadi sekuat apa dia nanti?’ pikirnya ngeri. Bayangan sosok raksasa dengan kekuatan tak terbayangkan menghantui benaknya.

Mengusir kecemasan di hatinya, Wira kembali menatap para budak dengan tatapan tegas. “Baiklah, kalian boleh tinggal di tambang ini untuk sementara. Tapi ingat, kalian harus menemukan cara agar bisa bertahan hidup di luar. Aku tidak akan melindungi kalian selamanya.”

Suara Wira dingin, namun ada sedikit kepedulian di baliknya. “Aku tidak menerima siapa pun yang tidak memberi keuntungan untukku.” perkataannya membuat semuanya terdiam.

Setelah mengucapkan itu, Wira kembali menaiki punggung Sumba, melangkah menuju ruang rahasia tempat Dungeon Core bersembunyi. Kinta dan Malika mengikutinya dengan setia.

Konjing memandang punggung Wira yang menjauh. Ada sesuatu dalam kata-kata pemuda itu yang memberinya harapan. 'Manusia ini bisa diajak bernegosiasi.' pikirnya. Konjing merasa jika bisa bekerja sama dengan sosok manusia yang telah memusnahkan para Orc dengan begitu mudy.

"Sebelum manusia itu kembali setelah mendapatkan apa yang dia cari. Kita harus mencari cara untuk bernegosiasi denganya. Kita perlu mencari tahu nilai koloni ini." Konjing berniat menjalin aliansi dengan Wira.

***

“Ada yang mau memakan ini?” Wira mengangkat kristal dari tubuh Raja Orc di atas punggung Sumba. Cahaya redup dari kristal itu berpendar lembut, menyiratkan energi kuat di dalamnya.

Kinta hanya mengibas-ngibaskan ekornya tanpa minat, sementara Sumba mendengus pelan. Namun, Malika langsung mengeluarkan raungan rendah, matanya berbinar penuh gairah.

Wira tersenyum melihat respons macan kumbangnya. “Ahahaha, baiklah. Kamu bisa memakannya setelah kita mendapatkan Dungeon Core, oke?” Malika menjawab dengan raungan singkat, seakan menyatakan kesepakatannya.

Wira mengangguk puas, kemudian beralih ke benda kedua yang dijatuhkan Raja Orc: sebuah cincin usang berwarna perunggu tua dengan ukiran misterius di permukaannya. Ia memerhatikan cincin itu dengan saksama.

‘Ini pasti artefak… tapi apa efeknya?’ pikirnya.

Tanpa kemampuan Penilaian, mustahil baginya untuk mengetahui fungsi atau bahaya cincin itu. Naluri kehati-hatiannya berbisik, memperingatkan risiko adanya kutukan dari cincin itu. Akhirnya, ia memutuskan menyimpan cincin tersebut di dalam kantong.

***

Perjalanan mereka berlanjut hingga tiba di ujung lorong tambang. Cahaya obor berkelip-kelip di antara bayangan dinding batu. Wira menyipitkan mata, memperhatikan pola retakan yang tampak tidak wajar. Senyum tipis muncul di wajahnya.

‘Ini dia.’

Tanpa ragu, ia melompat turun dari punggung Sumba. Dengan gerakan cepat dan bertenaga, ia melayangkan tendangan keras ke dinding batu.

BRAAK!

Tembok itu bergetar hebat, retakan menyebar seperti jaring laba-laba, sebelum akhirnya runtuh. Debu dan serpihan batu beterbangan, mengungkapkan sebuah lorong rahasia yang selama ini tersembunyi.

Cahaya temaram menyinari ruangan di baliknya, dan di tengahnya berdiri Dungeon Core, sebuah kristal raksasa berwarna biru tua, memancarkan sinar yang berdenyut layaknya sebuah jantung.

‘Akhirnya…’ gumam Wira, matanya bersinar penuh kepuasan. Namun, kewaspadaannya tetap tinggi. Ia tahu bahwa penjaga terakhir pasti sudah menanti.

Dengan isyarat halus, Wira memerintahkan ketiga peliharaannya untuk bersiap. Mereka memasuki ruangan dengan langkah hati-hati, napas mereka terdengar pelan di udara yang penuh aura magis.

Tiba-tiba, dari bayang-bayang ruangan, terdengar suara langkah berat. Udara bergetar, dan sosok raksasa perlahan muncul dari kegelapan. Makhluk itu setinggi tujuh meter, dengan tubuh berotot kekar dan dua kepala yang masing-masing menyeringai penuh kebencian.

Ogre, raksasa berkepala dua, penjaga terakhir Dungeon Core.

Kedua pasang mata raksasa itu menatap Wira tajam, satu kepala mendesis marah, sementara yang lain tertawa sinis.

“Jadi, ini ujian terakhirnya…” Wira berbisik seraya mengencangkan genggaman pada linggisnya. Matanya bersinar penuh tekad.

Ketiga peliharaannya bergerak menyebar, bersiap untuk pertempuran.

“Bersiaplah, teman-teman,” ucap Wira dengan suara rendah. “Kita akhiri ini sekarang.”

Pertarungan terakhir untuk merebut Dungeon Core telah dimulai.

1
Orpmy
Yey, akhirnya chapter 20.

mohon berikan dukungannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!