Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.
Aku pun masuk kamar dan bang Tara mengikuti ku , aku yang terlanjur marah hanya mendiamkan nya. Aku kesal karena secara tidak langsung dia nuduh aku selingkuh dengan Davin, padahal dia tahu hubungan ku dengan Davin dari awal datang saja Davin kelihatan gak suka.
"Yang, kok diam saja?, kamu marah? " tanya nya sambil jongkok di hadapan ku.
Aku masih diam karena masih kesal.
"Aku minta maaf " ucapnya.
Ku tatap lalu berkata "abang sadar gak dengan kesalahan abang? ".
Bang Tara menggelengkan kepala.
" Abang secara tak langsung nuduh aku selingkuh dengan Davin"ujar ku.
"Erika" memegang tangan ku namun ku lepaskan.
"Abang tau kan dari awal Davin gak pernah suka sama aku, kenapa abang bisa nuduh aku ada hubungan dengan Davin" ucap ku.
"Saat melihat foto itu hati ku sakit dan aku langsung marah" ujar nya.
"Aku capek mau tidur" ucapku lalu merebahkan tubuhku dan entah kenapa rasanya aku ingin menangis.
Bang Tara gak bicara lagi dan aku gak tau dia kemana karena dia gak ikut tidur. Aku pun tidak mencarinya karena saat ini aku hanya ingin tidur.
Saat bangun bang Tara sudah ada di sampingku dan aku pun bangun lalu melakukan aktivitas pagi ku. Setelah selesai aku turun untuk sarapan dan tadi sebelum turun aku melihat bang Tara sudah bangun.
"Erika" sapa papa.
Aku hanya tersenyum lalu duduk.
"Suami mu mana? " tanya papa.
"Lagi siap-siap pa" jawab ku berbohong karena aku gak tau dia sedang apa.
Namun tak lama bang Tara turun dan ikut sarapan. Suasana meja makan hening karena aku tau pasti semua orang masih kesal dengan kelakuan bang Tara.
Setelah selesai bang Tara langsung pergi dan dia masih bersikap biasa pamit dan tak lupa mencium kening ku.
Papa pun berangkat dan sekarang tinggal aku, bunda dan mbak Elisa.
"Mbak, aku minta maaf karena bang Tara kemarin sudah pukul Davin" ucap ku.
"Erika, kamu gak usah minta maaf, kamu gak salah. Kian saja yang langsung marah tanpa mencari tahu akar permasalahannya. " balas nya.
"Tapi kamu harus senang lo, berati Kian benar-benar cinta sama kamu dan gak mau kehilangan mu"ucap bunda sambil tersenyum.
Aku pun terdiam lalu mbak Elisa berkata " jangan lama kamu marahnya, nanti di ambil Intan"sambil tersenyum lalu pergi.
Aku pun terdiam memikirkan ucapan mbak Elisa dan aku pun langsung naik ke tangga untuk ke kamar namun tiba-tiba perut ku sakit seperti di putar. Aku pun langsung duduk di tangga sambil memegang perut ku.
"Sakit banget" gumam ku.
Aku mencoba bangun namun malah tambah sakit sampai akhirnya aku merasa ada yang mengalir di kaki ku.
"Bunda" teriak ku.
Bunda pun tak lama langsung datang dan kaget melihat aku duduk di tangga.
"Erika, kamu kenapa? " tanya nya.
"Sakit bun" jawab ku dengan memegang perut ku.
"Elisa" panggil bunda pada mbak Elisa dengan berteriak.
"Ada apa bun? " tanya mbak Elisa dari atas.
"Kamu panggil mang Duduk kita natar Erika ke rumah sakit" beritahu nya dan mbak Elisa langsung memanggilnya mang Duduk.
Aku pun di bawa ke rumah sakit oleh bunda dan mbak Elisa. Sesampainya di rumah sakit aku langsung di tangani dokter. Aku tidak tahu apa yang di lakukan dokter karena saat ini yang bisa aku lakukan hanya berdoa. Entah berapa lama aku di dalam karena setelah selesai aku mengantuk.
"Sus, saya boleh tidur? " tanya ku pada suster yang jaga.
"Tidur saja bu, itu efek dari obat" jawab nya.
Akhirnya aku pun menutup mata dan aku gak tau apa lagi yang terjadi.
Saat membuka mata aku sudah ada di ruangan dan aku melihat bang Tara di sopa yang ada di kamar ini sambil melihat ponsel.
"Bang" panggil ku lirih , bang Tara langsung mendekati ku.
"Ada apa sayang? " tanya nya.
"Bayinya gimana? "
"Dia baik-baik saja" jawab bang Tara, namun aku tidak percaya.
"Abang jujur saja" ucap ku karena yang ada di pikiranku saat ini mungkin dia sudah gak ada karena aku mengalami pendarahan.
"Abang gak bohong sayang, anak kita gak apa-apa dia baik-baik saja" balas nya sambil memegang tangan ku.
Aku hanya menatapnya. Bang Tara pun membuang nafas kasar mungkin dia pikir aku gak bisa di bohongi.
"Bayinya baik-baik saja. Kamu mengalami pendarahan karena kamu banyak pikiran dan efek dari kejadian kemarin" penjelasannya.
Aku pun menyentuh perutku.
"Namun untuk kedepannya kamu jangan banyak gerak, kamu hanya boleh tiduran di tempat tidur gak boleh keluyuran" lanjutnya.
"Tapi nanti aku bosan" ujar ku.
"Kamu gak mau kan janin di perut kamu kenapa-napa? " tanya nya dan aku pun mengangguk.
"Nah makanya kamu nurut" ucapnya.
Akhirnya aku pun mengangguk saja karena aku juga gak mau kehilangan calon anak ku.
Bang Tara pun memberitahu ku jika ke jadian kemarin adalah ulah Intan yang ingin mencelakai ku. Davin yang mencari tahu semuanya karena dia tidak ingin di sebut merebut istri omnya. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan bang Tara yang bilang "gak mau di sebut merebut istri om".
" Bagus tuh bang di jadikan judul novel"ujar ku membuat bang Tara menepuk jidat ku.
"Kamu ini"
Aku hanya tersenyum sambil memegang jidat ku.
Aku di rawat di rumah sakit hanya dua hari dan langsung pulang namun saat di rumah aku merasa lebih parah dari rumah sakit karena bang Tara benar-benar gak boleh aku turun ranjang kecuali jika ke kamar mandi. Bahkan aku di kasih asisten satu untuk menemaniku dan membantu aku jika butuh apa-apa dan orang itu anaknya mang Dudung yang masih muda.
"Nina, aku pengen keluar, kamu jangan bilang bang Tara ya! " ucapku namun Nina menggeleng lalu berkata "jangan mbak, nanti gajih saya di potong".
Aku di buat kaget karena bang Tara sampai berani mengancam seperti itu.
" Asal mbak tau, di kamar ini di pasang CCTV yang langsung terhubung ke ponselnya bapak"beritahu nya.
Aku hanya bisa menepuk jidat karena kelakuan bang Tara yang sampai seperti itu. Hari-hari ku hanya bisa berbaring di tempat tidur dan main ponsel. Aku pun iseng membuat stori di ponsel dengan tulisan "rujak enak kali ya".Namun tanpa di duga tiba-tiba asisten rumah yang satu mengantarkan rujak dan aku pikir itu dari bang Tara namun salah ternyata itu dari Davin. Aku tau pun dari Nina karena dia yang bawa dari bawah.
jangan Aku lebih baik Nama Tokohnya jadi ceritanya semakin menarik 🙏✌️👍
Ck ck...