Jeniffer seorang gadis cantik yang berprofesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit desa, harus menghadapi ujian yang cukup besar dalam hidupnya. Ayah nya memiliki hutang besar kepada seorang lintah darat bernama Baron, pada suatu ketika anak buah yang bernama Tomi mengunjungi rumah Demian (Ayah dari Jeniffer). mereka menagih hutang yang di pinjam oleh Demian, makian dan ancaman terus dilayangkan oleh pria berbadan tersebut. Hingga Demian berkata akan membayar hutang nya minggu depan, saat Tomi berniat untuk melecehkan dua anak gadisnya Jeniffer dan Jessica. Kemudian di siang hari nya ada dua mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Jessica, yang tak lain adalah milik Glenn dan klien nya. Dan itulah awal dari pertemuan Jeniffer dengan Glenn, namun pertemuan itu terjadi karena perdebatan sang adik dengan John anak buah dari Glenn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nouna Vianny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amara
"Kau tahu Jen, aku bukan seorang Pria yang puitis, aku tidak bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan, tapi seharusnya kau sudah mengerti dengan sikap ku selama ini". ucap yang mendekatkan kepala nya ke telinga Jen, lalu mengecup cuping telinga gadis itu dan berhasil membuat nya geli.
Jen tertawa dan sedikit mendorong tubuh Glenn, mereka pun kembali menyatukan bibir. Jen sudah menepuk kedua pundak Glenn, namun pria itu belum mau melepaskan nya.
"Kau membuat ku tidak bisa bernapas Glenn" ucap Jen dengan nafas yang terengah-engah.
Perona bibir yang begitu merah tadinya, perlahan memudar hingga membuatnya habis. Bibir Jen kini terlihat pucat, karena ulah Glenn yang selalu saja menempelkan bibirnya. Aroma nafas segar dari mulut Jen membuat candu tersendiri bagi Glenn. Dari sekian banyak wanita yang ia temui, baru Jen yang membuat nya tidak bisa berhenti.
Jen memalingkan wajahnya ke arah lain saat Glenn ingin mengulangi permainan bibir itu.
"Kenapa?" tanya Glenn yang saat melihat Jen yang menghindar.
"Bibir ku sudah sakit Glenn". Ucap Jen dekat malu-malu sambil menundukkan wajahnya.
Glenn tertawa dibuatnya, karena baru Jen yang berani berterus-terang. Mungkin juga ini karena pengalaman baru bagi Jen, melakukan sentuhan bibir yang amat dahsyat dengan seorang pria yang berpengalaman.
"Maafkan aku Sayang, mungkin aku terlalu bernafsu padamu". ucap Glenn sambil memegang keuda pipi mulus Jen dan mengecup kening nya.
Setelah selesai berdansa dan menyatukan bibir kedua nya kembali duduk di kursi meja. Jen segera meraih tas nya dan mengeluarkan gincu juga cermin kecil.
"Jen, kalau aku boleh jujur. Aku lebih suka kau tidak memakai pewarna bibir" Ucap Glenn yang membuat tangan Jen terhenti, saat mengaplikasikan pipa aplikator itu ke bibir.
"Tapi bibir ku seperti orang sakit, pucat. Dan ini semua karena ulah mu". sahut Jen yang kembali melanjutkan menggerakkan benda tersebut, dan setelah selesai ia pun memasukkan nya kembali ke dalam tas.
"Bibir mu membuat ku candu Sayang, terus terang baru kali ini aku ketagihan dengan sebuah permainan bibir". Ungkap Glenn yang membuat otak Jen tidak bisa berfikir positif.
"Baru kali ini? Berarti kau sudah sering melakukan nya?"
Glenn tertawa pelan, karena menganggap Jen terlalu naif. "Sudahlah lupakan saja, tidak perlu dibahas".
Jeniffer mendengkus, ia faham dengan maksud dari Glenn. Hanya saja Jen ingin mendengar nya langsung dari mulut Glenn. Tapi tidak mungkin juga Glenn mengatakan hal yang sebenarnya, terkesan tidak sopan dan ia juga harus menjaga perasaan Jen.
Glenn dan Jen bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju kasir. "Glenn aku kebelet pipis, aku ke toilet dulu sebentar".
Tanpa menunggu jawaban dari Glenn, Jen segera berlari dan mencari toilet. Rasanya seperti sudah berada di ujung hingga ia lari terbirit-birit. Glenn hanya bisa menggelengkan kepala nya, ketika melihat kelakuan wanita nya yang kadang seperti anak kecil.
Sesampainya di dalam toilet ia segera mengangkat baju dan melorotkan kain segitiga itu, sampai batas lutut. Kemudian mendudukkan bokong di atas closet jongkok. Air seni yang telah tertahan sejak tadi akhirnya keluar juga, dan itu membuat Jen tuntas saat semuanya tuntas.
Keluar dari toilet Jen dapat melihat Glenn yang telah menunggu di luar, ia juga telah melepas jas yang dipakai nya dan melingkarkan nya di lengan.
"Sudah?" tanya Glenn
"Ya".
Glenn segera meraih tangan Jen dan menggandeng nya hingga ke mobil. Ia juga membukakan pintu untuk mempersilahkan Jen masuk.
Mesin mobil segera di hidupkan, untuk lekas meninggalkan lokasi. Selama di perjalanan Jen tidak berhenti tersenyum sambil memandangi cincin diamond, pemberian dari Glenn tadi. Pancaran kilau biru dan cahaya yang menyebar, menambah kemewahan pada benda tersebut. Ini juga sebagai salah satu bukti dari keaslian diamond itu sendiri.
"Jaga cincin itu baik-baik, seperti kau menjaga hati mu dari godaan pria lain disana". ucap Glenn saat mendapati kekasihnya terus tersenyum.
Jen menoleh ke arah Glenn, "Tentu aku akan menjaga barang ini dengan baik, seperti aku menjaga---". kalimat Jen tiba-tiba saja terputus dan itu membuat Glenn penasaran.
"Seperti apa?"
"Seperti yang kau katakan tadi" kata Jen sambil menyengir panik.
"Iya apa aku ingin mendengar nya langsung".
Jen mengumpat dalam hati, ingin rasanya ia memukul kepala pria di sebelahnya ini. Glenn melirik ke arah Jen yang masih bungkam. Glenn berdehem agar Jen menjawab nya.
"Ya, seperti yang kau katakan tadi. Aku akan menjaga cincin ini seperti aku menjaga perasaan mu untuk mu". Ungkap Jen dengan terpaksa.
Glenn tersenyum bahagia, saat ia mendengar itu dari mulut Jen langsung. Hati nya merasa ia benar-benar sangat dicintai saat ini.
Meski sebenarnya Jen juga tidak tahu, apakah kata-kata yang ia ungkapkan barusan hanya untuk membuat Glenn puas atau memang itu memang ungkapan dari hati yang paling dalam.
Saat lampu lalu lintas menunjukkan lampu berwarna merah, mobil Glenn terhenti pun berhenti. Ia raih tangan Jen dan mengecupi punggung tangan wanita itu berkali-kali, lalu menempelkan ke dada bidang miliknya.
"Hari ini aku sangat bahagia, aku minta padamu jangan pernah mengecewakan aku Jen". Ucap Glenn yang mendekatkan kepala nya ke wajah Jen, meraih dagu tersebut lalu mengecup nya. Kali ini Glenn melakukan nya dengan lembut, karena mengingat Jen yang mengeluh bibirnya sakit karena permainan Glenn yang terlalu kasar.
Lampu lalu lintas telah berubah warna menjadi hijau, Glenn kembali mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 40 menit, akhirnya mereka sampai. Glenn turun lebih dulu dan berjalan dengan langkah cepat ke arah pintu samping.
"Silahkan Tuan Putri". ucap Glenn dengan mengulurkan tangan nya.
"Terimakasih Pangeran" balas Jen dengan senyuman yang manis, dan membalas uluran tangan itu.
Padahal jika dipikir-pikir Jen bisa melakukan nya sendiri, baju yang dikenakan nya pun tak menyulitkan langkah nya untuk turun dari mobil. Tapi beda cerita dengan orang yang tengah jatuh cinta, si Pria harus menunjukkan hal-hal manis agar hati wanita nya meleleh.
Sikap manis Glenn terhadap Jen tadi, tak luput dari sebuah tips ia ambil dari sebuah artikel. Di dalam bacaan tersebut disebutkan bahwa, wanita menyukai Pria yang peka, karena mengingat kaum ras terkuat dibumi itu memiliki tingkat sentimentil yang tinggi, mereka dapat menilai semua yang dilakukan oleh pasangan nya meski, hal terkecil sekalipun.
Setelah mengantarkan Jen kembali kerumahnya, Glenn pun memutuskan untuk pulang dan ia sendiri pun kini sudah berada dirumahnya. Glenn membuka ponsel nya setelah beberapa jam tidak memainkan benda itu, ada beberapa pesan masuk dan panggilan tak terjawab. Glenn sengaja mengaktifkan mode hening, karena tidak mau ada yang menganggu saat sedang berdua dengan Jen.
"Tumben sekali mom menelepon ku, ada apa?"
gumam Glenn dalam hati. Tak lama kemudian nama dari wanita yang telah melahirkan nya itu kembali muncul pada layar. Glenn segera mengangkat nya.
"Hallo Mom".
"Kau ini selalu saja sulit untuk dihubungi".
"Aku sedang keluar tadi, ada apa?"
"Bersama siapa kau keluar?"
Glenn terdiam, ia merasa aneh dengan pertanyaan yang di lontarkan oleh sang ibu..
"Bersama teman ku Mom". Ucap Glenn yang belum berani mengakui jika Jen adalah kekasihnya.
"Wanita?"
"Ya, sebenarnya mom itu menghubungiku ada apa?"
Glenn melotot saat mendengar ucapan sang ibu dari sebrang telepon, tangan nya mengepal dan raut wajah kekesalan nya begitu nyata terlihat.
Tak lama panggilan tersebut terputus. Glenn melemparkan ponsel nya ke atas kasur. Ia mengusap wajah nya dengan kasar, entah kabar apa yang baru saja ia terima. Tapi yang jelas Glenn dari raut wajah nya Glenn terlihat benar-benar marah.
Glenn membuka seluruh pakaian nya dan melempar nya ke dalam keranjang khusus baju kotor. Lebih baik ia mandi saat ini dan berendam di air dingin, untuk mendinginkan hati dan kepala nya yang sedang panas.
Sementara di tempat lain, mata Jen masih belum bisa terpejam setelah membersihkan diri. Ia masih memandangi cincin yang tersemat pada jari manis nya. Ia juga mengingat kembali hal-hal romantis saat makan malam tadi bersama Glenn tadi. Entah kenapa ia merindukan sosok pria itu. Padahal belum juga setelah beberapa jam mereka bertemu.
Jen pun meraih ponsel nya di atas nakas, ia mencari kontak Glenn untuk menghubungi nya.
Panggilan telepon diterima, Glenn langsung mengalihkan nya ke panggilan video. Namun entah apa yang tengah dilakukan Glenn sampai-sampai membuat Jen menutup mata nya. Pasalnya Glenn menaruh ponsel tersebut pada sebuah penyanggah, hingga dapat terlihat dengan jelas dari laya ponsel, dirinya yang tengah dalam keadaan polos.
"Hei, kau ini apa-apaan. pakai baju mu!!" omel Jeniffer yang masih enggan untuk melihat ke layar ponsel. Ia sengaja membuat layar Glenn lebih kecil, jadi seolah-olah ia seperti sedang melihat dirinya sendiri disana.
Glenn pun sudah selesai berpakaian, ia memakai kaos dan celana pendek untuk tidur.
"Sampai kapan aku akan menutup mata mu" tanya Glenn yang sudah meraih ponsel tersebut dan memposisikan nya di depan wajah.
Jeniffer mengintip sedikit ke arah layar, memastikan apakah Glenn sudah memakai pakaian lengkap atau belum. "Oh syukurlah, ku kira kau tadi masih dalam keadaan polos".
"Kenapa kau belum tidur sayang, memang nya besok kau tidak pergi bekerja?".
"Aku belum mengantuk Sayang, entah kenapa aku tiba-tiba merindukan mu".
Glenn langsung mengubah posisi nya yang terlentang menjadi tengkurap. Ini adalah sebuah momen langka baginya, dimana Jen mengucapkan kata sayang dan juga menyatakan rindu.
"Sungguh?" tanya Glenn serius.
Jen menganggukan kepala nya. "Tentu saja, aku merasa bahagia untuk malam ini. Terimakasih untuk kencan romantis nya Sayang". ungkap Jen.
"Memang sudah sepantasnya aku melakukan itu untuk mu".
Percakapan keduanya pun berlanjut hingga membahas hal-hal menarik yang mereka temui selama hidup. Jen juga sempat mengatakan jika ia tidak akan pernah menyangka , akan melewati hari hari yang menakutkan sebelumnya.
Dan itu sempat membuat hati Glenn sedikit pesimis, karena mengingat dirinya adalah orang yang memiliki banyak musuh. Dan yang pasti juga musuh tidak hanya mengincar dirinya, melainkan orang terdekat nya juga.
Setelah puas membahas hal-hal seru, mereka pun mengakhiri panggilan video tersebut. Lagi pula ini sudah larut malam dan mereka harus kembali bekerja besok.
Jika mereka tengah berbahagia, karena baru saja membangun sebuah hubungan baru. Lain halnya dengan wanita yang kini tengah berusaha keras untuk berlatih, demi bisa melawan para musuh-musuh kuat seperti The Wolves.
Amara berteriak sambil menghantam samsak di depan nya, keringat yang keluar dari pori-pori kulit nya berhasil membanjiri tubuh wanita itu.
Seorang pria masuk dengan membawakan air mineral dalam kemasan. Amara pun memutuskan untuk berhenti, ia juga tidak mau sampai kelelahan apalagi sampai dehidrasi. Latihan fisik yang terlalu keras juga tidak baik untuk kesehatan.
Amara memutar botol minum tersebut meneguk nya hingga setengah, lalu sisa nya ia siramkan ke wajah yang terasa panas karena latihan tersebut.
Pria itu juga tak hanya membawakan Amara air minum, tapi sebuah amplop yang berisikan foto sepasang kekasih tengah melakukan dinner romantis.
Amara meremas foto-foto hingga lecak, dan melempar nya hingga masuk ke dalam tong sampah.
"Kev, Cari tahu mengenai wanita itu, dan laporkan secepatnya kepadaku". perintah Amara kepada anak buahnya.
"Baik Nona". Kevin lekas undur diri.
Tadi nya Amara ingin segera menghabisi Glenn saat sedang di restoran tadi. Namun ia pikiran nya berubah ketika melihat wanita itu. Ia akan menjadikan wanita tersebut sebagai alat untuk menghancurkan Glenn. Ia juga ingin membuat Glenn merasakan kehilangan orang yang dicintai.