Sosok mayat perempuan ditemukan di sebelah kandang kambing.
Saksi mata pertama yang melihatnya pergi menemui kepala desa untuk memberitahukannya.
Kepala desa melaporkan kejadian menghebohkan ini ke kantor polisi.
Serangkaian penyelidikan dilakukan oleh petugas untuk mengetahui identitas mayat perempuan dan siapa pelaku yang membunuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang Hilang
Minggu, 18 Agustus 2010
Desa Janjiwan
“Assalamualaikum”,
“Waalaikumussalam”,
“Pagi sekali mbah kemari, ada perlu sama mas Rendy?”,
“Iya, Pak Rendy ada?”,
“Mas Rendy ada, sebentar aku panggilkan”,
“Duduk dulu mbah”,
Pukul 06:30 pagi rumah Rendy kedatangan tamu di hari minggu yang dijadwalkan sedang libur.
Tamu nya adalah tetangga mereka sendiri yang bernama Supri. Seorang kakek yang sudah berusia lebih dari 70 tahun tapi secara fisik masih terlihat sehat.
Istri Rendy yang pagi itu sedang menyapu teras depan menerima kedatangan mbah Supri dan menyuruhnya untuk duduk menunggu di kursi sementara ia memanggil suaminya.
“Mas, ada mbah Supri”, kata istri Rendy.
“Waduh, kenapa pagi-pagi sekali”,
“Kamu sudah bilang kalau aku ada di rumah?”,
“Sudah”,
“Besok lagi suruh datang agak siang, bilang saja aku masih di kantor”,
Rendy yang sedang serius bermain game di HP nya pun merasa terganggu. Ia bangkit dari tempat tidurnya pelan-pelan karena si kecil di sampingnya masih lelap tertidur.
Rendy pun beranjak ke depan untuk menemui mbah Supri.
Mbah Supri sendiri memang terkadang suka datang ke tempat Rendy secara tiba-tiba. Kakek berusia uzur itu pergi menemui Rendy untuk mengadu hal-hal yang terkadang tidak masuk diakal.
Maklum, biar tubuhnya tampak segar tapi mbah Supri sudah dikenal sebagai seorang kakek yang pikun dan kalau bicara suka ngelantur. Orang-orang di desa sudah pada paham betul.
Bahkan tidak hanya Rendy saja yang didatangi oleh mbah Supri karena ia adalah seorang polisi. Para perangkat desa yang lain seperti kades dan kadus pun juga kerap dikunjungi oleh mbah Supri.
Mereka yang kedatangan mbah Supri harus bersabar dan meladeni orang tua itu dengan sikap lembut dan tegas. Supaya mbah Supri tidak berlarut-larut dengan khayalan atau delusi yang dilaporkan yang sesungguhnya tidak nyata.
“Pagi sekali mbah”,
“Ada perlu apa?”, tanya Rendy.
“Pak Rendy, Astuti hilang”, kata mbah Supri.
“Yang betul mbah?”,
“Lagi ke sawah mungkin”, kata Rendy.
“Betul pak Rendy, tadi malam aku tidur sendiri”, kata mbah Supri dengan yakin.
“Sejak kapan mbah Astuti tidak pulang ke rumah?”, tanya Rendy.
Meskipun diantara percaya dan tidak percaya Rendy menanggapi pernyataan dari mbah Supri dengan tanggapan yang serius. Ini lah sikapnya sebagi seorang petugas hukum dan pengayom masyarakat.
Sebuah riwayat. Dulu mbah Supri pernah marah-marah dan membuat orang satu kampung tersulut emosi. Saat itu mbah Supri menuduh ada orang yang mencuri ayam jago perliharaannya. Padahal baru kemarin hari ayam jago peliharaannya yang sudah tua ia sembelih untuk dimakan.
“Astuti tidak pulang ke rumah sejak hari sabtu”,
“Pagi itu ia pamit ingin pergi ke lapangan untuk menyaksikan lomba 17 agustusan”, kesaksian mbah Supri.
“Kalau begitu ayo sekarang kita ke rumah mbah”,
“Siapa tahu mbah Astuti sudah pulang ke rumah”, ajak Rendy.
Untuk membuktikan omongan mbah Supri, Rendy mengajak mbah Supri untuk pulang ke rumahnya.
Rendy ingin membuktikan apakah mbah Astuti istri dari mbah Supri benar-benar tidak ada di rumah? Jangan sampai laporan orang hilang ini hanya karangan mbah Supri saja sebelum ditindak lanjuti lebih jauh.
Rendy bersama mbah Supri berjalan menuju ke rumah si pelapor yang hanya berjarak tidak lebih dari 50 meter. Rumah mbah Supri dekat dengan masjid.
Sampai di rumah mbah Supri. Rendy pun langsung memeriksa keadaan rumah kakek tua itu.
“Izin aku cek ya mbah”,
“Siapa tahu mbah Astuti sudah pulang”, ucap Rendy.
Setelah memeriksa seisi rumah sampai ke sudut-sudut ruangan dan letak-letak tersembunyi, Rendy tidak menemukan siapa pun di dalam rumah tua itu.
Bangunan tua itu sudah dari sejak lama hanya ditinggali oleh pasangan suami istri kakek nenek tersebut. Sedangkan anak-anak mereka pada merantau ke kota besar bahkan ada yang menetap ke seberang pulau.
“Bagaimana pak Rendy? Apakah Astuti sudah pulang?”, tanya mbah Supri.
“Belum mbah, di dalam tidak ada siapa-siapa”, jawab Rendy.