"Kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu kota" peribahasa ini tidak tepat bagi seorang Arini, karena baginya yang benar adalah "kejamnya ibu tiri tak sekejam ibu mertua" kalimat inilah yang cocok untuk menggambarkan kehidupan rumah tangga Arini, yang harus hancur akibat keegoisan mertuanya.
Tidak semua mertua itu jahat, hanya saja mungkin Arini kurang beruntung, karena mendapatkan mertua yang kurang baik.
*Note: Cerita ini tidak bermaksud menyudutkan atau menjelekan siapapun. Tidak semua ibu mertua itu jahat, dan tidak semua menantu itu baik. Harap bijak menanggapi ataupun mengomentari cerita ini ya guys☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mom's chaby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH LIMA
"Jawab ibu Razka. Kenapa nangis?." Arini terus menanyai anaknya itu, sampai akhirnya ia bercerita kalau dirinya tidak diberi pinjam mobil mainan oleh Noval dan teman-temannya. Semua teman sebayanya membawa mainan itu. Hanya Razka seorang yang tidak membawa mainan apapun. Razka merengek meminta ibunya membelikannya mobil-mobilan yang sama seperti milik teman-temannya.
"Makanya kamu harus nurut sama ibu. Ibu bilang jangan keluar.....jangan keluar. Main sendiri di rumah. Dibilangin malah bandel." Arini terus ngedumel memarahi anaknya.
"Arini, sudah!! Jangan terus marahi Razka. Dia masih kecil, belum ngerti apa-apa. Lagi pula nggak baik terus-terusan ngurung Razka dirumah. Biarkan saja dia main sama teman-teman seusianya."Kata bu Dasima menasehati.
"Tapi ibu lihat sendiri kan, kalau dia main keluar, dia jadi rewel begini." Balas Arini
"Aku mau mobil-mobilan. Aku mau mobil-mobilan." Rengek Razka sambil menangis dan memukul-mukul ibunya.
"Iya Razka, besok kita beli mobil-mobilannya. Sekarang Razkanya diam ya nak ya." Kata bu Dasima berusaha membujuk cucunya.
"Nggak mau ....nggak mau besok. Aku mau sekarang." Razka terus merengek minta di belikan mobil-mobilan.
"Iya, nanti kita beli ya, pulang om Rian kerja. Sekarang Razka jangan nangis lagi ya. "Kata bu Dasima.
"Bohong!! Celoteh Razka.
"Enggak Razka, nenek nggak bohong. Nanti kita beli ya."
Tangis Razka pun berhenti. Bu Dasima berhasil membujuknya.
"Bu!! Ibu nggak usah janji-janji kayak gitu ke Razka. Nanti dia pasti akan terus nanyain ke aku." Kata Arini.
"Ibu nggak asal janji. Ibu memang mau belikan dia mobil-mobilan yang dia mau."
"Enggak bu. Nggak usah. Aku nggak ngizinin. Kalau ibu punya uang mending pake buat keperluan ibu.
"Arini....Kasihan anak kamu. Ibu akan tetep beliin dia."
Sore harinya, Arini meminta adiknya, Rian mengantar Razka ke toko mainan yang ada di kampung sebelah. Dia membekali Razka uang lima puluh ribu, dan berpesan pada Rian agar tidak membeli mainan yang mahal. Arini sengaja meminta Rian, agar tak keduluan oleh bu Dasima, karena Arini tak ingin merepotkan ibunya.
Namun saat tiba di toko, Razka memilih sendiri mainan yang dia mau. Mobil mainan yang sama persis dengan teman-temannya. Harga mobil-mobilan di bandrol seratus sepuluh ribu, artinya uangnya kurang enam puluh ribu. Rian tidak bisa membujuk Razka. Dia malah menangis, saat Rian memintanya memilih mainan lain yang harganya jauh lebih murah. Tak ingin keponakannya terus menangis, Rian terpaksa membelinya.
...
"Kakak kan udah bilang sama kamu, jangan beli mainan yang mahal." Kata Arini saat Razka dan Rian tiba dirumah.
"Daripada nangis. Aku malu sama orang-orang disana." Jawab Rian.
"Harusnya kamu bisa bujuk Razka."
"Aku juga udah bujuk dia kak, tapi dia nggak mau, malah nangis." Jelas Rian.
"Padahal kamu kan....."
"Kenapa tadi nggak kakak aja yang pergi sama Razka?. Kenapa nyuruh aku?. Besok-besok jangan nyuruh-nyuruh aku lagi, kalau ujung-ujungnya kakak malah nyalahin aku." Kata Rian menyela ucapan Arini.
"Bukan gitu maksud kakak....."
"Udah ah kak....aku capek! Mau mandi." Pungkas Rian yang sepertinya kesal pada kakaknya itu.
Arini menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya. Dia sadar mungkin ucapannya telah menyinggung Rian, tapi dia tidak bermaksud seperti itu. Yang dikatakan Rian benar, seharusnya tadi dia ikut pergi ke toko mainan.
Arini juga tidak akan memikirkan berapa harga mainan yang dibeli Razka, seandainya dia punya banyak uang. Masalahnya sekarang uang simpanannya hanya tinggal seratus ribu. Dan sekarang dia harus mengganti uang Rian yang dipakai tambahan membeli mainan Razka, sebesar enam puluh ribu, jadi sisa uang yang dia punya tinggal empat puluh ribu saja. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Tenang saja Arini, bukankah Allah sudah menjamin rezeki semua umatnya. Kamu tidak perlu takut. Batin Arini menyemangati dirinya.
Arini menatap Razka yang tampak senang dengan mobil mainan yang baru dibelinya. Dia tersenyum tapi dalam hatinya merasa sakit, mengingat betapa tidak beruntungnya anaknya itu, yang telah dicampakkan oleh ayahnya sendiri.
Bayangan wajah Alfian yang begitu bahagia saat kelahiran Razka pun, tiba-tiba terlintas dalam ingatan Arini. Juga bagaimana dia memperlakukan anaknya itu dengan penuh kasih sayang. Tak hanya pada Razka, tapi juga padanya, sebelum datang perusak itu.
Semuanya berubah, setelah kehadiran wanita itu. Wanita yang telah merusak kebahagiannya dan kebahagian Razka.
Hati Arini kembali terluka jika ia teringat semua itu. Walau dia berjanji tidak akan pernah menangis lagi, dalam hati dia tetap menangis dan terluka. Apalagi jika ia ingat pada bu Ratih dan semua yang sudah dilakukannya. Dia lah orang pertama yang memaksanya agar menyetujui pernikahan suaminya dan wanita lain. Kalau saja Alfian tidak menikah, mungkin ini semua tidak akan pernah terjadi.
Kenapa aku harus mengingatnya?. Semua sudah terjadi. Tuhan tidak tidur. Yakin saja, suatu hari nanti mereka semua akan mendapatkan balasannya.
Aku benci kalian semua. Batin Arini.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
.
.
.
Bersambung🌿
follow me ya thx all