HILTJA RAVEN QUEEN

Jangan ceroboh, Maxim!” seru Alexa. Dengan cepat, dia menggambar simbol di udara, menciptakan perisai cahaya yang melindungi mereka.

Pak Adward tetap di belakang, mengawasi dengan cermat. “Ini bukan sekadar pertempuran fisik. Fokuslah pada elemen kalian! Gunakan kekuatan kalian secara bijak.”

Mereka bertempur mati-matian melawan makhluk api itu. Alexa berdiri dibelakang, mencoba mengingat dan membaca simbol simbol yang berada dikuil itu.

"Simbol ini pasti ada hubungannya dengan elemen mereka," gumam Alexa sambil menghindari lontaran api yang hampir menyentuhnya.

Ia berusaha mengangkat tangan nya membentuk simbol cahaya di udara. Dengan sekejap terang muncul dan memantulkan serangan dari makhluk itu.

“Alexa, hati-hati!” teriak Maxim, melindunginya dengan pukulan penuh energi yang menghancurkan dua makhluk lagi.

Tetapi yang aneh nya semakin banyak makhluk itu muncul. Semakin mereka melawan semakn bertambah banyak. Sungguh sangat aneh.

"Ini tidak ada habisnya!" teriak Leo, menciptakan pusaran angin besar untuk menyapu makhluk-makhluk itu. Tapi bahkan pusaran itu hanya menahan mereka sebentar.

Alexa akhirnya menemukan pola yang sesuai dalam pikirannya. "Aku tahu caranya! Mereka dikendalikan oleh inti energi di sini!" serunya dengan yakin.

Maxim, yang sedang sibuk menghalau serangan dari depan, memutar kepala. "Inti energi? inti energy di mana?" tanya maxim.

Alexa menunjuk ke arah puncak gunung. “Di sana! Kita harus mencapai puncak dan menghancurkan intinya. Kalau tidak, makhluk-makhluk ini akan terus muncul!”

Pak Adward, yang selama ini mengamati dari belakang, akhirnya maju. Dengan keberanian yang ia miliki.

"Kalian tidak akan bisa mencapai puncak jika terus melawan mereka. Fokuslah pada tujuan kalian. Aku akan menahan mereka."

"Pak Adward, itu terlalu berbahaya! Harus hati hati Pak. Itu sangat berbahaya bagi anda. "seru Leo.

Pria tua itu menggeleng dengan tegas. "Kalian adalah penjaga yang dipilih. Tugas kalian lebih besar daripada sekadar melawan makhluk ini. Pergilah! Jangan pikirkan aku." ucap nya lagi.

Meskipun berat hati mereka untuk mengikuti arahan Pak Adward. Tetapi mereka tetap memenuhi nya juga. mereka bertiga pun berlari kerah puncak gunung itu.

Dan meninggalkan Pak Adward seorang diri diri disitu

Puncak gunung yang mereka mereka mau datangi dikelilingi oleh lava Dan lahar panas yang menggelegak. Dengan cahaya nya merah menyala memancar panas yang teramat panas.

Ditengah tengah lava itu mereka melihat bola baru bewarna merah Dan hitam yang dihiasi simbol simbol kuno. Mungkin itu intinya. "kata Alexa.

"Ta... tapi tunggu sepertinya ada sesuatu yang menjaga inti itu. Kita harus berhati hati. Dan harus berwaspada. Jangan gegabah. " ucap Alexa lagi.

"Itu intinya," kata Alexa, napasnya tersengal. "Tapi... ada sesuatu yang menjaganya."

Dari balik bola energi itu, muncul sosok besar.

Seekor gagak raksasa bewarna merah dengan mata tajam besar seperti mau menerkam mereka saja. sayap sayap nya terbuat dari magma yang panas.

Berhati-hatilah siapa yang mendekati nya pasti akan mati dan binasa. Gagak itu bersuara yang suaranya menggema serluruh tanah di sekitar situ.

Kuaaaakkk...

Kuaaakkk...

Kuaaakkk (suara Gagak)

Leo mencengkeram tongkat anginnya denga kuat

"Kita tidak punya pilihan lain." Kita harus maju dan menghadapi nya. "ucap Leo.

Maxim melangkah maju, menatap Gagak raksasa itu dengan penuh tekad. "Kalau begitu, kita harus melawannya. "ucap Maxim pulak.

Pertarungan dimulai. Leo menciptakan angin kencang untuk menahan serangan dari Gagak raksasa itu. Sementara Maxim melompat maju dengan pukulan cahaya nya yang memancar.

Tampak tubuh Gagak itu menyilaukan panas yang membara. Mereka berusaha menyerang bagian badan Gagak yang tampak rentan dan kuat itu.

Tetapi Gagak raksasa itu terlalu kuat. Setiap serangan mereka hanya memberikan sedikit cedara saja. sementara Gagak raksasa itu terus menyerang balik dengan kekuatan dahsyatnya.

"Ini sepertinya tidak akan berhasil. Gagak itu bukan Gagak sembarangan. " teriak Leo. terengah engah setelah hampir terkena semburan api dari Gagak itu.

Alexa memandangi simbol-simbol di sekitar bola energi itu dengan cermat. Ada pola yang sama dengan simbol elemen yang ia lihat di kuil.

"Aku tahu apa yang harus di lakukan!" katanya dengan memperhatikan seksama kepada kedua sahabatnya Leo dan Maxim.

"Kita harus menggabungkan kekuatan kita!" kata Alexa. Dengan kita satukan kekuatan itu. kita pasti bisa mengalahkan nya. "ucapnya lagi.

Maxim dan Leo memandang Alexa dengan bingung. "Menggabungkan kekuatan kita? Maksudnya? Bagaimana caranya? " tanya Maxim.

Alexa berdiri di antara mereka, menggambar simbol cahaya di udara. "Kita masing-masing memiliki elemen kita sendiri. Aku punya cahaya, Leo punya angin, dan Maxim punya energi.

Dengan menggabungkan ketiga element itu kita pasti bisa mengalahkan Gagak raksasa itu. Dan sekali gus memusnahkan inti itu.

Mereka saling berpandangan satu sama lain. Dan kemudian mengangguk. Bahwa mereka mengerti.

"Baiklah, apapun itu kita harus mencobanya dengan mencoba kita akan tahu reaksinya bagaimana. "kata Leo.

Mereka mulai melakukan ritual menggabungkan kekuatan itu. Dengan seksama dan fokus. Dengan fikiran tertuju pada hal yang satu.

Alexa memimpin. Ia mulai membentuk simbol besar di udara dengan tangannya, memadukan cahaya dari kekuatannya sendiri.

Leo menambahkan pusaran angin ke dalam simbol itu dengan mantaf, sementara Maxim menyuntikkan energi dari pukulannya.

Simbol itu perlahan bersinar terang, menciptakan bola energi besar yang memancar di udara. Gagak raksasa api itu, yang menyadari bahaya, mulai menyerang dengan lebih brutal.

Tapi Leo menggunakan element anginnya untuk menahan serangan itu, sementara Maxim melindungi Alexa agar tetap fokus.

"Ayo, sedikit lagi!" teriak Alexa, keringat pun mulai mengucur di dahinya. seolah mandi keringat.

Ketika simbol itu akhirnya selesai, Alexa berteriak, "Sekaraaanggg.....

Ketiganya melepaskan energi gabungan itu ke arah Gagak api dan bola energi di belakangnya. Ledakan besar terjadi, menerangi seluruh puncak gunung.

Duaaarrr.....

Duaaarrr...

Duaaarrr... (suara ledakan)

Tanah berguncang hebat, dan Gagak raksasa api itu berteriak keras berpusing pusing diudara sebelum akhirnya menghilang menjadi debu.

Bola energi merah itu juga pecah, berkeping-keping membentuk serpihan dan meninggalkan sebuah kunci kecil yang melayang di udara.

KUNCI PERTAMA

Alexa mengambil kunci itu dengan hati-hati. Kunci itu berbentuk seperti api yang membeku, berkilauan dalam cahaya yang terang.

"Sangat indah...Kita berhasil," kata Maxim, yang terdengar napasnya terengah engah.

Leo memandang sekeliling. "Tapi ini baru awal. Masih ada dua kunci lagi." kata Leo.

Mereka berdiri di sana sejenak, menikmati kemenangan kecil mereka sebelum memutuskan untuk kembali turun dari gunung.

Namun, hati mereka terasa berat, memikirkan Pak Adward yang mereka tinggalkan. Dengan seketika mereka pun cepat turun.

Saat mereka turun, mereka menemukan Pak Adward, duduk dengan tubuh yang tampak lelah namun masih hidup dengan nafas naik turun.

"Kalian berhasil," katanya dengan senyum lemah.

(Apakah mereka akan berhasil kepertempuran selanjutnya nya.)

BERSAMBUNG...