NovelToon NovelToon
Dendam Dibalik Cinta Mu

Dendam Dibalik Cinta Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Pernikahan Kilat
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Miutami Rindu

Kepercayaan adalah tonggak dari sebuah hubungan. Mempercayai seseorang bukanlah kesalahan, namun mempercayai seseorang yang baru kita kenal itulah yang bisa menjadi sebuah kesalahan. Dan.. Inilah yang terjadi pada Nadien, hidupnya yang damai seketika berubah menjadi penuh tekanan dan rasa sakit. Jiwa dan raganya disakiti terus menerus oleh pria yang ia cintai, pria yang mulut nya berkata Cinta. Namun, terdapat dendam di balik itu semua.

Akankah Nadien mampu melewati ujian hidupnya dan membuat pria tersebut mencintainya? Ataukah, memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang selama ini telah menyakitinya?

Penasaran..? Cuss langsung baca ceritanya, di cerita baru Author Dendam Dibalik Cinta Mu by. Miutami Rindu🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miutami Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah Spesial

Senyuman indah tak pernah luntur di wajah gadis yang saat ini tengah menikmati angin dari kaca mobil Gavin. Nadien sampai menyembulkan kapalanya keluar, menghirup udara yang begitu menenangkan hati dan pikiran nya.

"Jangan seperti itu Nadien, bahaya ! " Ucap Gavin memperingati gadis di sampingnya.

Nadien tak mempedulikan ucapan Gavin, ia begitu merindukan dunia luar, sudah satu bulan ia tak menghirup udara luar. Nadien seolah merasa bebas sekarang, hembusan angin menerpa wajah dan menerbangkan anak rambutnya.

Gavin yang melihat itu sejenak terpesona melihat rona bahagia di wajah Nadien, satu kata yang mampu ia ungkapkan 'Cantik' . Nadien memposisikan tubuhnya menoleh ke arah Gavin, membuat Gavin gelapagapan merasa kepergok oleh Nadien, karna ia secara terang-terangan memperhatikan gadis itu.

"Kita mau kemana?" Tanya Nadien.

Gavin menggeleng kaku, "Kamu mau pergi kemana?" Balas Gavin balik nanya.

"Em, aku sih terserah kamu aja. Kan kamu yang ngajak," timpal Nadien.

Gavin mengangguk, kembali fokus dengan jalanan yang di laluinya.

"Ga--Gavin.." Ucapan Nadien tertahan, rasanya canggung memanggil Gavin dengan namanya di depan orang nya langsung.

"Kenapa?" Melirik Nadien sekilas.

"Boleh gak kalo kita mampir ke supermarket dulu?" Katanya ragu-ragu.

"Ngapain?"

"Ada barang yang ingin aku beli," sahut Nadien lirih.

Tak ada jawaban dari Gavin, pria itu menambah kecepatan nya membelah jalanan yang cukup sepi.

~~

"Gavin kenapa kita ke sini? Aku kan minta nya ke supermarket," ucap Nadien cengo menatap bangunan besar di depan nya.

Pasalnya Gavin membawa Nadien ke sebuah Mall terbesar di kota itu.

"Udah gak usah banyak tanya, ayo cepat masuk !"

"Tunggu Gavin--" Menahan sebelah tangan Gavin.

"Kenapa? Bukan nya kamu bilang ingin membeli sesuatu?" Potong nya cepat.

"Iya, tapi gak di sini juga. Barang di sini pasti mahal-mahal, uangku gak akan cukup. Lagian aku cuma mau beli satu barang saja, kenapa harus ke mall sih?" Protesnya.

"Kamu gak usah mikirin uang. Kamu beli semua keperluan kamu, soal bayar biar jadi tanggung jawab ku. Lagian aku mau kasih kamu hadiah," tukas Gavin.

"Hadiah apa? Aku kan gak ulang tahun."

"Emang kalo mau ngasih hadiah harus nunggu ulang tahun dulu ya?"

Nadien diam tak menjawab, "Sudah ayo.." Kini Gavin yang memegang tangan Nadien menuntunnya berjalan bersama.

Melihat sikap Gavin yang seperti ini selalu mampu membuat jantung Nadien berdetak tak karuan. Nadien menatap pergelangan tangan nya yang di genggam Gavin erat, gadis itu tersenyum di buatnya.

Hari ini Gavin benar-benar membelanjakan Nadien begitu banyak barang, mulai dari peralatan pribadi, skin care, baju, make up dan lain nya. Padahal Nadien sama sekali tak pernah mengatakan apapun, bahkan bicara saja Nadien tidak sempat.

Gavin yang selalu memilihkan dan bertanya apa yang Nadien suka. Nadien bicara saat Gavin bertanya, sehingga setiap jawaban yang Nadien berikan akan Gavin ambil lalu membeli nya. Membuat Nadien menatap tak percaya dengan wajah kebingungan.

"Gavin apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu membeli semua ini?" Gadis itu sudah tak bisa menahan semua pertanyaan dan kebingungan yang sejak tadi ia pendam.

"Itu keperluan kamu kan?" Ujar Gavin dengan santainya.

Nadien menganga tak percaya, "Gavin aku tadi hanya ingin membeli pembalut.." Pekik Nadien saking frustasinya.

Gadis itu menyampingkan rasa malu nya, karna menurutnya Gavin sudah berlebihan. Walaupun pria itu yang membayar semuanya, tapi tentu itu membuat Nadien tak nyaman.

Menurutnya Gavin sudah sangat baik dengan memberinya tempat untuk tinggal di rumah nya. Nadien juga tak ingin hidup enak dengan tinggal cuma-cuma di rumah Gavin, gadis itu bahkan bekerja di rumah Gavin. Dan, sekarang Gavin malah membelikan nya begitu banyak barang sekarang.

Nadien cuma tidak ingin di anggap memanfaatkan Gavin. Nadien hanya ingin membalas kebaikan Gavin dengan bekerja di rumah Gavin. Bahkan Nadien juga akan segera pergi jika keadaan sudah lebih aman untuk nya. Nadien tak ingin terus merepotkan orang lain termasuk Gavin.

"Benda apa itu?" Tanya Gavin dengan kening berkerut.

Nadien melongo, gadis itu menghela nafas panjang. "Gavin, please. Aku gak mungkin jelasin disini," dengan suara melemah.

"Lho kenapa? Aku baru denger benda itu," ceplosnya dengan wajah datar.

"Kamu serius gak tau?" Pria tampan itu menggeleng polos.

"Huuh.. Pembalut itu-- Ah sudahlah," tak jadi bicara rasanya malu sekali jika Nadien harus menjelaskan apa itu pembalut pada pria dewasa seperti Gavin, di tempat umum pula.

"Kamu belum ngasih tau aku, cepat katakan akan aku belikan sekalian." Ucap pria itu mengikuti Nadien di belakang.

Namun Nadien sama sekali tak mengindahkan ucapan Gavin, gadis itu meninggalkan Gavin yang terus mengekor di belakang nya.

"Nad, Nadien.." Serunya.

"Ck, emang benda apa sih itu?" Gumam Gavin menghentikan langkah nya.

Gavin merogoh ponselnya membuka aplikasi G, mencari benda yang di inginkan Nadien, sekaligus yang membuatnya penasaran.

Mata Gavin membelalak hampir copot, 'Glek' Gavin menelan saliva nya kasar. Pantes Nadien tak bisa memberitahunya, ternyata itu adalah benda yang sangat private sekali.

Gavin memasukkan kembali ponselnya ke saku celana, memasang wajah stay cool nya.

"Aku udah beli semua. Kita pulang sekarang?" Tanya Nadien, ia sudah mendapatkan apa yang sejak awal dirinya butuhkan.

Awalnya, Nadien kesal ia terus menggerutu. Rasanya tidak mungkin sekali Gavin tak tau apa itu pembalut, tapi setelah ada nya sedikit drama. Nadien percaya jika Gavin benar-benar tak tau benda yang ia sebut. Pria aneh memang, dia dikenal pintar dan hebat tapi pria itu sepertinya tak pernah dekat dengan wanita. Gavin bahkan kurang memahami apa saja kebutuhan wanita.

"Tunggu, kita ke sana dulu."

Nadien mengikuti arah yang Gavin tunjuk, Gavin menunjuk ke sebuah phone store, tanpa bertanya Nadien mengikuti Gavin saja tanpa protes.

"Selamat datang Mas, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" Sapa pelayan toko ramah.

"Iya Mbak. Tolong berikan saya Handphone keluaran terbaru," pinta Gavin.

"Baik. Tunggu sebentar Mas," pelayan tersebut mengambil beberapa merk ponsel keluaran terbaru.

"Ini Mas. Silahkan di lihat-lihat ! " Ujar penjaga toko wanita itu ramah.

"Cepat pilih mana yang kamu suka?!" Nadien yang sejak tadi hanya diam dengan santai, terkejut dengan apa yang Gavin katakan.

"Hah, a-apa?" Ucap Nadien reflek.

"Hp mana yang kamu suka?" Tanya Gavin sekali lagi.

"A-aku? "

"Iya, kamu. Siapa lagi?"

"Bukan nya kamu beli, buat kamu sendiri." Sahut Nadien dengan polos nya.

"Kalo aku membeli untuk diriku sendiri, aku tidak akan bertanya pada mu."

"Ta-tapiii..."

"Cepat mana yang kamu suka?" Mulai tak sabar.

"Tu-tunggu Gavin. Tapi.. Ini maksudnya apa ya?" Menatap Gavin kebingungan.

Gavin menghela nafasnya, "Aku kan tadi udah bilang, kalo aku mau ngasih hadiah buat kamu. Ini hadiahnya," menunjuk ponsel-ponsel yang berjejer di atas etalase kaca.

"Tapi, semua ini mahal-mahal Gavin. I-ini terlalu berlebihan, aku pake yang biasa aj--" Ucapan Nadien menggantung kala Gavin tak mendengar protesan nya.

"Saya ambil yang ini aja." Menggeser box ponsel dengan logo apel yang digigit setengah.

Nadien menatap cengo, "Total 30 juta Mas." Ujar pelayan memberikan paper bag berisi handphone tersebut.

Gavin memberikan black card nya, sedang Nadien gadis itu menatap Gavin tak percaya dengan mulut sedikit terbuka. Apalagi saat mendengar harga yang di ucapkan pelayan tadi, Nadien hampir pingsan mendengarnya.

30 juta untuk satu ponsel, itu adalah gaji Nadien lima bulan di kantor itupun kalo lembur. Bahkan, kalaupun Nadien dapat uang sebanyak itu mana bisa ia hambur-hamburkan untuk hal yang tidak penting. Nadien akan selalu menyimpan nya untuk nanti masa depan.

"Ayo!"

Nadien tak mampu berkata-kata lagi, saat Gavin membawanya pergi dari sana. Kini keduanya sudah berada di dalam mobil Gavin.

"Nih, untuk kamu." Memberikan paper bag itu di pangkuan Nadien.

"Gavin, menurutku kamu sudah terlalu berlebihan. I-ini sangat mahal, kenapa kamu membelinya untuk ku?"

"Sudah kamu simpan saja. Jangan terlalu memikirkan harganya, karna yang penting itu niat baik nya kan?"

"Iya.. Tapi--"

"Udah gak usah banyak tapi tapi. Aku laper kita makan dulu?" Melajukan mobilnya meninggalkan Basement.

Setelah puas, kini Nadien dan Gavin sudah kembali ke rumah. Gavin langsung melesat ke kamarnya, begitupun Nadien.

Di kamar, Nadien melihat dan membuka belanjaan nya. Gadis itu tersenyum singkat, kini pandangan nya jatuh pada paper bag kecil berwarna abu. Nadien yang duduk di sisi tempat tidur mengambil isi dari paper bag itu, box ponsel dengan logo apple itu perlahan dan dengan hati-hati Nadien buka.

Nampaklah ponsel dengan desain ramping dan mengkilap, Nadien mengambilnya hati-hati. Kemudian ia membuka nya, sebuah senyuman tipis terbit di bibirnya yang berwarna cherry itu. Nadien yang kehilangan ponselnya pada insiden itu, kini mendapatkan ponsel baru. Hadiah pemberian Gavin yang sangat spesial.

Entahlah, tiba-tiba ia merasa berbunga-bunga saat mengingat bagaimana Gavin begitu memperhatikan nya. Jujur, Nadien bingung bagaimana mungkin ada manusia yang sebaik Gavin di dunia ini. Padahal Nadien dan Gavin tidak pernah saling kenal sebelumnya, bisa di katakan jika mereka orang asing.

Tapi, Gavin tak pernah menganggap orang di sekitarnya sebagai orang asing. Namun, entah lah seperti nya Nadien mengagumi pria itu sekarang. Selain memiliki wajah yang nyaris sempurna, Gavin juga sangat baik, apa yang ia lakukan di lakukan Gavin dengan tulus tanpa pamrih.

"Aku kenapa? Kenapa jadi mikirin dia terus sih?" Gumam nya malu.

Malam ini Gavin tengah berdiri di balkon kamarnya sambil menatap ke atas langit yang di tutupi awan, sepertinya malam ini akan turun hujan pikir Gavin.

Tok

Tok

Tok..! 

Gavin yang baru mendengar ketukan di ketiga kalinya, segera menghampiri pintu lalu membukanya.

"Nadien..?"

Nadien tersenyum simpul, "Masuklah ! " Pinta Gavin membuka pintu lebar-lebar.

Nadien melangkah masuk, meletakkan secangkir teh hangat di meja yang ada di kamar Gavin.

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Nadien ragu-ragu.

"Gak ngapa-ngapain, " Jawab Gavin singkat.

"Maaf sebelumnya, tapi kok kamu kaya lagi sedih gitu sih?" Melihat ekspresi Gavin yang nampak berubah tak seperti terakhir mereka bertemu.

Gavin mengalihkan pandangan nya menatap Nadien, "Ini udah malem. Tidurlah ! " Titah Gavin mengalihkan pembicaraan.

Nadien mengangguk, "O ya. Aku mau ngucapin terimakasih banyak ya, buat seharian ini dan hadiah nya juga." Ucap Nadien dengan senyum manis nya.

Senyuman itu lagi, rasanya Gavin seolah merasakan getaran aneh di dirinya. Ada hal yang tidak bisa ia ungkapkan, melihat senyuman Nadien membuat ia teringat pada sesuatu yang entahlah.

Gavin hanya mengangguk samar sebagai jawaban nya, kemudian Nadien pun hendak melangkah pergi. Namun tiba-tiba suara guntur menghentikan langkah kaki Nadien, dan membuat tubuh Nadien bergetar, wajah nya tiba-tiba pucat.

"Ada apa? Nadien.." Ujar Gavin melihat Nadien diam mematung di tempatnya.

Gavin mengayunkan kakinya, berniat memeriksa Nadien. Dan...

DUARRR!!

"Aaarrggkhh.." Pekik gadis itu menutup telinganya hingga nampan yang ia pegang terjatuh di lantai.

Gavin juga di buat terkejut. Bayangan-bayangan di malam itu seolah berputar di kepala Nadien. Suara guntur kembali memekik telinga hingga membuat Nadien semakin histeris, Gavin yang melihat itu langsung menghampiri Nadien memegang kedua pundak gadis itu panik.

"Nadien.. Nadien, kamu kenapa?"

Manik gadis itu perlahan naik menatap Gavin yang berdiri di depan nya, mata basah itu membuat Gavin membeku. Ada rasa kasihan, prihatin, bingung menjadi satu.

Tanpa aba-aba Nadien memeluk Gavin begitu erat, "A-aku takut Gavin.. To--tolong aku..!" Ucap Nadien terisak.

Kini, Gavin mengerti. Sepertinya Trauma yang Nadien alami masih belum hilang, pasalnya kejadian yang menimpanya pasti begitu membekas bagi Nadien. Merasakan getaran di tubuh gadis ini, perlahan tangan Gavin terangkat membalas pelukan Nadien yang tengah ketakutan.

"Tenanglah, kamu aman disini. Aku pastikan me--" belum sempat Gavin menyelesaikan perkataan nya ia merasa tubuh Nadien melemah dan benar saja Nadien pingsan.

"Na-nadien.. Bangun Nadien!"

...****************...

Dua episode sebagai ganti yang kemarin, tinggalkan jejak kalian ya guys.. See you😊🤗

1
Trisna Yati
Oalah....gantung critanya
Trisna Yati
aduuuhh thor critanya bikin penasaran bgt, dn GK bisa di tebak
Miutami Rindu: 🥰
Ikutin terus sampe akhir ya, karna ceritanya akan semakin seru dan menegangkan🤫
total 1 replies
Trisna Yati
critanya menarik dn seru
Trisna Yati
mampir thor,,,dri awal critanya udah menegangkan dn seru
Miutami Rindu: Makasih udah mampir🤗 Semoga bisa terus dukung Author dan ngikutin cerita nya sampe akhir🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!