MELAWAN IBLIS menceritakan tentang seorang gadis keturunan pendekar sakti yang hijrah dari Tiongkok ke Nusantara untuk mendapatkan kehidupan yang tenang.
Namun dibalik ketenangan yang hanya sebentar di rasakan, ada sebuah hal yang terjadi akibat kutukan leluhurnya di masa lalu.
ingin tahu bagaimana serial yang menggabungkan antara beladiri dan misteri ini?
mampukah wanita cantik itu lepas dari kutukan iblis?
simak selengkapnya dalam Serial Melawan Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar Mengendalikan
Gadis itu terbang di angkasa berhadapan dengan sesosok besar yang melayang pula dihadapannya dengan mata mendelik mengerikan.
Sosok besar merah bersayap itu adalah perwujudan iblis yang selama ini selalu merasuki si gadis dalam kehidupannya.
Dengan hawa dan tenaga yang besar keduanya melesatkan jurus jurus dari jarak lima meter di udara hingga pertarungan ghaib mereka terlihat seperti dua orang yang saling menolak angin kosong.
Suatu ketika, Silya yang kalah cepat terkena sebuah pukulan di dadanya dan diapun terbangun.
Ternyata hal aneh yang di alaminya hanya simulasi yang terjadi di dalam mimpinya. Gadis itu segera keluar kamar menuju ke ruang belakang dimana Dhulaga berada.
"Kau kembali bermimpi?" Tanya kakek yang melihat gadis itu masuk ke ruangan nya.
"Ya kek. Hasilnya masih sama". Sahut Silya sambil duduk seperti orang putus asa.
"Tak apa. Setelah besok malam kita lakukan ritual akhir, aku yakin kau akan berhasil". Seru Dhulaga yang kembali duduk memejamkan matanya bersemedi.
Ketika hawa mentari pagi mulai terlihat, Silya keluar menuju ke dapur dan menyiapkan makanan untuk sarapan mereka bertiga.
Sudah sebulan ini gadis itu tinggal di rumah Dhulaga bersama Saloka yang kini sudah tampak pulih dari luka akibat serangan Kasura tempo hari.
"Lya, cepat sekali kau bangun? Bagaimana tidur mu?" Tanya pemuda yang tampak ceria pagi itu.
"Aku belum berhasil. Masih harus terus belajar. Besok malam kata kakek ritual terakhir akan dilakukan. Kau temani aku ya?" Seru Silya sambil mengangkat hidangan yang sudah matang.
"Baik lah. Nanti setelah sarapan aku akan pergi sebentar. Kau tunggu saja di rumah. Kemarin aku sudah dapat petunjuk dari paman Lokji".
"Paman Lokji mana?" Tanya gadis itu penasaran.
"Nanti aki ceritakan. Sini ku bantu". Saloka segera mengangkat mangkung berisi Nasgor ke meja depan di ikuti Silya yang membawa mie dan telur goreng dibelakang nya.
Setelah mereka bertiga sarapan, Saloka pamit pada gadis dan kakek itu membawa pedang dan sebuah tombak kecil pendek.
Ketika ditanya oleh kek Dhulaga dia hanya menjawab pergi memburu makanan untuk Silya. Berangkatlah pemuda itu berjalan ke arah sungai dan menaiki sebuah sampan kecil lalu mengayuh nya ke arah dimana dia pernah celaka oleh ular besar Kasura.
Sesampainya Saloka ke telaga air tawar tersebut, dia segera memasuki tempat dimana ular besar itu keluar.
Bau dari bangkai Kasura terasa masih menusuk hidung pemuda itu meski sudah sebulan lebih bangkai itu disana.
Begitu pria itu masuk, dia melihat lorong goa gelap yang berliuk liuk. Semakin ke dalam lorong goa itu semakin menurun.
Setelah cahaya tidak lagi masuk, Saloka menyalakan obor kecil ditangan nya dan terus berjalan masuk hingga dia menemukan puluhan cangkang telur yang sudah pecah.
Tanpa menghiraukan hal itu dia terus saja berjalan hingga menjumpai persimpangan. Pria muda itu dengan siaga memilih lorong ke kanan yang menjulang lebih besar dari lorong goa ke arah kiri.
Hingga jauh dia menelusuri lorong goa itu, akhirnya dia melihat belasan ular yang berada di sebuah cekungan besar bersama telur yang sudah menetas.
Jauh di seberang tempat itu, dia melihat ada lima butir telur berukuran raksasa yang masih utuh. Sambil beristirahat dalam jarak belasan meter Saloka memikirkan cara bagaimana agar dia dapat mengambil telur telur ular yang masih utuh itu.
Jantung nya berdegup kencang ketika tiba tiba desis dan suara besar yang berasal dari ujung lorong goa itu terdengar.
Dengan cekatan pemuda itu melumuri seluruh tubuhnya dengan lumpur yang ada di situ lalu dia meloncat ke bagian atas gua dimana terdapat lengkungan bekas pecahan batu.
Hatinya bertambah kaget ketika seekor ular yang bentuk nya seperti Kasura lewat menyusuri lorong dengan merayap perlahan sambil menjulurkan lidahnya.
Saloka memperhatikan ular itu terhenti sejenak karena melihat api obor yang di tancap pemuda itu di dinding goa begitu saja.
Auman kencang seperti suara monster membuat Saloka hampir saja terjatuh dari tempatnya berada.
Dengan hawa napas nya saja, api tersebut di padamkan si ular naga itu. Mengapa Saloka bisa kesitu dan bertemu dengan ular yang bahkan lebih besar dari Kasura?
Mari kita lihat pengalaman nya seminggu yang lalu.
*Flashback On*
Sore itu Saloka yang mulai sembuh dari luka nya setelah sebulan di rawat oleh Silya di rumah kakek Dhulaga pergi menuju ke rumah kepala desa.
Kebetulan hari itu terdapat seorang pria paruh baya yang masih terlihat sangat gagah yang tak lain adalah ayah Asok yang sedang menjumpai putra tunggalnya disana.
Saloka pun mendengarkan tentang penuturan pimpinan Mawar Hitam itu tentang riwayat sepasang ular petapa yang sangat besar yang menguasai lembah air tawar.
"Mustika yang ada pada Kasura tidak lah begitu ampuh dibandingkan dengan Garakha si ular betina. Jika kau mampu mengambil mustika Garkha, kemungkinan gadis itu masih memiliki harapan".
Mendengar ucapan pria setengah tua itu, Saloka memandang aneh ke arah Asok lalu berkata,
"Kau tau dari awal hal ini. Mengapa tak bilang sejak awal?" Dengan nada kurang puas pemuda itu protes kepada lelaki yang kini telah menjadi sahabatnya.
"Apa yang bisa kita lakukan meski aku katakan? Menghadapi serangan Kasura saja kita hampir tewas, apalagi jika sampai betinanya datang hari itu". Sahut Asok dengan nada menantang.
"Sudah lah, hal itu tak perlu kita sesalkan lagi. Sekarang bagaimana solusi yang terbaik?" Sina menengahi ketegangan antara keduanya.
"Menurut ku dua minggu lagi kita berangkat menuju ke telaga. Kita harus mendapatkan mustika itu". Seru Saloka dengan penuh semangat.
Akhirnya disetujui bahwa waktu dua minggu itu menjadi waktu mereka melakukan persiapan meski awalnya mendapat sedikit pertentangan dari Asok dan kepala desa.
Namun, belum sampai waktu yang di tentukan, Saloka memutuskan berjuang sendiri menuju telaga air tawar seorang diri.
*Flashback Off*
Saloka masih mendekam tak bergerak di cekungan antara dinding atas dan langit langit gua berbatu itu sampai sampai napas nya pun sedikit di tahannya agar tak mengeluarkan dengusan kencang akibat ketegangan yang di rasakannya.
Ketika ular besar yang di sebut penduduk sekitar dengan sebutan Garakha atau Garkha itu telah agak lama menjauh darinya, barulah pemuda itu berani turun perlahan ke lantai gua kembali menyusuri kegelapan menuju ke arah dimana ular tadi berjalan.
Hingga lama dia menyusuri jauh ke dalam sampai dia melihat secercah cahaya hijau terang tepat di tengah kepala Garkha yang sedang mengerami telurnya.
Ketika semakin mendekat, sedikit suara langkah Saloka yang menginjak cangkang telur kering membuat hewan besar panjang mengerikan itu terjaga dan membuka matanya.
Sinar merah menyala tampak puluhan meter di hadapan Saloka membuat langkah pemuda itu terhenti bahkan tersurut beberapa langkah.
Setelah kembali ke posisinya semula, Saloka mendekati ke arah Garkha dengan sangat hati hati sekali.
Sebelum dia melangkah, dia terlebih dulu meraba tempat yang akan di injak nya agar jangan sampai diketahui kedatangan nya oleh hewan buas itu.
Kini jarak antara Saloka dan Garakha si ular betina raksasa itu hanya lima enam meter saja ketika tiba tiba kakinya terperosok ke dalam lubang lantai goa hingga membuat kakinya terkilir parah.
Suara kesakitan pemuda itu menggugah persemayaman ular naga tersebut sehingga Saloka yang melihat Garkha mulai menuju mendekati nya mencabut paksa kakinya hingga mengeluarkan suara berkerotakan kencang.
Daloka pun mulai berlari kencang menahan rasa sakit di kakinya menuju ke arah pintu masuk goa.
Namun semakin kencang dia berlari, semakin bergemuruh suara di belakang nya. Tentu saja Saloka sangat kuatir dengan keselamatan nya.
Pada saat jarak mereka sudah mendekati pintu goa, sebuah terkaman Garkha membuat Saloka terlempar keluar dengan badan bau tanah yang busuk
Perutnya kini sudah mulai kelaparan, dengan tenaga yang lemah, Saloka melompat sekaligus terlempar akibat mendapat sodokan moncong ular betina itu.
BERSAMBUNG. . .