NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Ibu Pengganti : Demi Satu Miliar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Ibu Pengganti / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: safea

Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.

Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.

Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.

Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.

Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 24

Hatinya luar biasa gundah, kedua matanya juga hanya terpaku pada layar ponsel yang tengah menampilkan ruang obrolan antara dirinya dengan Ibra. Ya, orang itu adalah Lara.

Sejak kemarin ia menunggu balasan, baik dari Ibra maupun dari Asher—sekretaris sekaligus asisten pribadi suaminya. Namun kedua pria itu tak kunjung memberikan balasan padanya.

Begitu juga dengan Farah yang Lara minta untuk mengirimkan pesan singkat pada Asher sebagai umpan, tak ada balasan apa pun yang asisten Lara dapatkan. Entah kemana perginya dua orang itu sampai tidak bisa membalas.

Haruskah Lara mengirim pesan pada Ayuna juga untuk bertanya kemana perginya Ibra? Tidak, ia tidak boleh melakukan hal itu. Tetapi menunggu seperti ini juga malah membuat dirinya semakin gelisah.

"Ra, kamu kenapa sih? Mami perhatiin dari tadi kamunya kaya lagi gelisah gitu." Ponselnya nyaris terjatuh kala mendengar suara Imelda memenuhi ruangan makan yang hanya diisi oleh mereka berdua.

"Mami ih ngagetin aja!" Bukannya merasa bersalah, Imelda justru berdecak pelan lalu ia melirik ke arah piring sang putri yang masih terisi penuh.

"Pasti Ibra, kan? Apa Mami bilang, dia tuh udah nggak peduli sama kamu lagi." Tidak dengan pembicaraan ini lagi karena telinga Lara sudah sangat lelah mendengarnya.

"Mami ngomong apa sih?" Wajah kesal itu tak bisa ia tutupi sama sekali, Lara juga tidak peduli kalau nantinya akan mendapatkan teguran dari Imelda setelahnya.

"Semenjak mulai aktif kerja lagi, dia kaya lepas tanggung jawab begitu aja. Beberapa pelayan kalian juga bilang kalo Ibra selalu pulang malem." Jadi sudah sejauh mana Imelda mengetahui apa yang setiap hari terjadi di rumahnya ini?

Tunggu sebentar. Para pelayan itu tidak mengatakan pada Imelda tentang kehadirannya Ayuna, kan? Kalau iya, maka hancur sudah rencananya.

"Waktu itu aja bilangnya bakalan ngerawat kamu dengan sepenuh hati, terus bakalan selalu ada di sisi kamu sampai kapan pun. Tapi apa buktinya? Malah terbang tuh dia ke Jepang." Sungguh, Imelda tidak mengetahui apa yang sebenarnya tengah terjadi sekarang ini.

"Mi? Serius masih mau bahas ini? Bukannya Mas Ibra itu orang yang sering Mami pamerin ke temen-temennya Mami sewaktu lagi arisan? Tapi sekarang kenapa Mami malah ngejelek-jelekin Mas Ibra di depan aku?" Mungkin rasa muak yang Lara rasakan sudah terlalu banyak sehingga ia tak bisa lagi untuk menahan diri lebih lama.

Berkat ucapan Lara barusan, Imelda dibuat bungkam dan langsung membuang mukanya ke sembarang arah tanpa menuturkan permintaan maaf atau apa pun itu.

"Mami tau kamu lagi marah sama Mami, tapi itu sarapannya dimakan dulu lah Ra. Kamu masih harus minum obat." Semakin lama berada di satu ruangan yang sama dengan Ibunya, Lara malah dibuat semakin kesal.

Hingga pada akhirnya ia memutuskan untuk bangkit dan meninggalkan ruangan makan dengan hati yang bergemuruh hebat.

Kalau tahu akan seperti ini jadinya, mungkin Lara tidak akan membiarkan Imelda untuk menginap. Tapi sialnya ia malah luluh saat wanita paruh baya itu mengatakan ingin menemani dirinya selagi Ibra tiada.

Menemani apanya, yang ada malah membuat darah Lara mendidih pagi-pagi begini. Sudah dibuat gelisah karena Ibra tak kunjung memberikan kabar, sekarang ia dibuat kesal setengah mati karena Ibunya sendiri.

Sebenarnya kemana perginya Ibra dan Asher? Apa mereka benar-benar sedang sibuk saat ini?

Ketika Lara sedang bertanya-tanya di dalam hatinya, di belahan bumi lainnya terlihat seorang gadis muda yang tengah berusaha untuk membuka kedua matanya. Entah kenapa kelopak matanya terasa sangat berat kali ini.

Berhasil, ia berhasil membukanya meskipun hanya sedikit. Hal yang pertama ia lihat adalah langit-langit berwarna putih bersih dengan sebuah lampu yang tak terlalu jauh dari pandangannya.

Dimana ini? Seingat Ayuna langit-langit kamar yang ia tempati bersama dengan Ibra tidak seperti ini bentuknya.

Berkat itu Ayuna segera mendudukkan tubuhnya dengan gerakan yang spontan, tak peduli kalau ada efek lain yang ia dapatkan karenanya.

"Aww kepalaku sakit." Yah, inilah efek yang dimaksudkan, rasa sakit sekaligus pusing yang menyerang bagian kepalanya.

Butuh beberapa saat bagi Ayuna sampai rasa itu menghilang dan kini ia mulai memperhatikan ke sekeliling tempatnya terbaring tadi.

"Pak Ibra?" Ya, Ayuna melihat Ibra yang tengah tertidur tepat di sebelah ranjang pesakitannya.

Ugh, jika dilihat dari sini Ayuna bisa merasakan kalau posisi tidurnya Ibra sangatlah tidak nyaman. Ditambah lagi pria itu tidak memakai selimut sebagai pelindung dari udara dingin.

Lalu mata bulatnya beralih pada jarum infus yang terdapat di pergelangan tangannya. Separah apa keadaan Ayuna sampai dirinya harus dilarikan ke rumah sakit?

Sejujurnya Ayuna tidak bisa mengingat apa pun selain dirinya yang kedinginan sembari berharap kalau ada orang yang akan datang untuk menolong dirinya. Namun Ayuna tidak menyangka kalau orang itu adalah Ibra.

Mungkin Ayuna membuat terlalu banyak pergerakan sampai Ibra sedikit terusik di dalam tidurnya. Sama seperti yang Ayuna lakukan beberapa saat yang lalu, Ibra juga berusaha membuka kelopak matanya dengan gerakan pelan.

"Ayuna?" Kesadaran Ibra disedot begitu saja saat melihat Ayuna yang sudah duduk dengan tegak di atas ranjangnya sendiri. Pasalnya beberapa jam yang lalu, Ibra masih melihat Ayuna yang terbaring begitu lemah di atas sana.

"Ada yang sakit?" Entah ini hanya perasaan Ayuna saja, tetapi ia bisa merasakan dengan jelas betapa khawatirnya Ibra saat memberikan pertanyaan tersebut.

Tidak hanya mendekat ke arah Ayuna untuk memastikan keadaannya, Ibra juga menekan sebuah tombol yang posisinya berada tepat di belakang ranjang Ayuna.

"Kenapa saya ada di sini?" Ibra membuang napasnya dengan kasar setelah Ayuna melayangkan pertanyaan itu.

Gadis ini, kenapa dia malah bertanya tentang itu dan bukannya mengatakan bagaimana perasaannya saat ini?

"Ini salah saya yang datang terlambat untuk menolong kamu sehingga kamu harus mengalami hipotermia yang cukup parah." Kedua bibir Ayuna langsung mengatup dengan rapat karena dirinya terlali terkejut dengan informasi tadi.

Hipotermia? Itu artinya ia bisa saja mati kedinginan di halte semalam, kan? Tapi bagaimana bisa Ibra menemukan dirinya di sana? Dan lagi, tidak seharusnya Ibra menyalahkan dirinya sendiri.

"Pak, sa—" Belum sempat Ayuna melengkapi kalimatnya, beberapa orang memasuki kamar inapnya dan langsung melakukan pemeriksaan secara menyeluruh.

Melihat hal itu tentu saja membuat Ibra langsung memberikan ruang dan hanya bisa memperhatikan dari jauh. Ibra hanya bisa berharap semoga keadaan Ayuna sudah jauh membaik dari yang semalam, karena sungguh Ibra tidak bisa tenang sama sekali.

Semalaman ia terus terjaga di samping Ayuna bersama dengan Asher tanpa mempedulikan kalau hari ini ia memiliki agenda penting. Inginnya Ibra tetap terjaga sampai pagi, namun sialnya ia tidak bisa menahan kantuknya sama sekali hingga akhirnya ia menyerah dan tidur di sana.

Ibra benar-benar mengkhawatirkan keadaan Ayuna.

1
Rafly Rafly
seperti nya hasil kerja bakti di jepang ada manfaatnya /Angry//Angry//Angry/
Muhammad Irpan
lanjuuuut thoor
Yona Panai
bgus
Rafly Rafly
Luar biasa
yani suko
pakai sistem bayi tabung khan bisa, jadi ndak harus tidur bareng
Ahmad Rezky
aku sudah mampir mampir juga ya
miilieaa
beruntung ayuna
only siskaa
ttp semangat thor jgn lupa utk mampir yahh
Jihan Hwang
hai aku mampir... ceritanya bagus
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!