NovelToon NovelToon
The Master Of The System

The Master Of The System

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:14.1k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Kyra terlahir sempurna meski dia tidak memiliki kehidupan yang sempurna.

Tumbuh menjadi gadis biasa membuatnya jauh bertalenta dari saudari-saudari tirinya yang penuh prestasi.

Kyra tumbuh sebagai gadis pemalu, pendiam serta lugu, tidak modis bahkan tidak mempunyai prestasi apa-apa.

Namun suatu hari takdir berkata lain dan mengubahnya menjdi berbeda, Kyra yang polos dan lugu berubah tiba-tiba menjadi gadis dewasa yang sempurna berkat adanya sebuah sistem misterius yang diperolehnya secara tak terduga.

Mampukah Kyra mencapai tujuan hidupnya oleh bantuan sistem misterius yang dia dapatkan itu ?

Mari kita saksikan setiap episodenya ya 🤝

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Perselisihan Sengit Terjadi

Rumah keluarga Ikram...

Brak !

"Berani betul, Kyra membuat putri-putriku seperti itu, bahkan dia juga berani menghabiskan makanan di rumah ini !" teriak ibu tiri.

Ibu tiri tampak kesal saat mendengar kabar dari asisten rumah tangganya bahwa seluruh hidangan makanan habis tak tersisa kemarin malam karena Kyra makan malam di rumah ini.

"Kenapa kau tidak melarangnya mengambil makanan kami ?" kata ibu tiri dengan sorot mata memerah.

"Eijaz yang bertugas kemarin malam di dapur dan dia yang mengijinkan pada nona Kyra, untuk mengambil seluruh hidangan makanan di dapur", sahut pelayan gemuk.

"Eijaz ?" tanya ibu tiri seraya menautkan kedua alisnya.

"Betul, nyonya besar !" sahut pelayan gemuk.

"Panggil Eijaz kemari !" perintah ibu tiri.

"Ba-baik, nyonya besar, saya akan memanggilkan Eijaz agar dia datang kemari", sahut pelayan gemuk lalu berlalu pergi dengan terburu-buru.

"Sial ! Benar-benar kurang ajar sekali, Kyra itu !" kata ibu tiri sembari menoleh ke arah luar kamarnya.

Seorang pelayan perempuan berdiri di dekat pintu masuk kamarnya sembari menundukkan pandangannya.

"Bagaimana keadaan Tabana sekarang ?" tanya ibu tiri.

"Masih sama seperti kemarin, nyonya besar bahkan kini sekujur tubuhnya penuh dengan bintik-bintik hitam", sahut pelayan kurus itu.

"Apa ??? Bintik-bintik hitam ???" kata ibu tiri terperangah kaget lalu berdiri cepat.

"Benar, nyonya besar", sahut pelayan itu dengan ketakutan.

"Kita belum membawanya ke dokter ataupun ke rumah sakit karena kondisi Tabana yang memprihatinkan seperti itu, tidak memungkinkan baginya untuk dibawa pergi ke sana", kata ibu tiri.

Ibu tiri berjalan mondar-mandir di area ruangan kamarnya sembari berpikir serius.

"Karena kemarin hari sangat larut malam, tidak memungkinkan membawa Tabana ataupun Ifaya pergi ke dokter maupun ke rumah sakit", kata ibu tiri.

"Apa sebaiknya tidak memanggil seorang tabib sebagai alternatif, mungkin mereka mau datang ke rumah jika dipanggil", kata pelayan kurus.

"Aku akan membicarakan hal ini dengan ayah Ikram, dia pasti memiliki saran atau sebuah ide untuk permasalahan ini", sahut ibu tiri.

"Tuan Ikram sedang sarapan pagi tapi makanan yang ada hanya tinggal bubur ayam saja karena masakan yang dibuat kemarin malam telah habis semuanya", sambung pelayan kurus.

"Kurang ajar ! Sungguh keterlaluan sekali, Kyra itu !" kata ibu tiri dengan nada tinggi.

"I-iya, nyonya besar, memang nona Kyra sangat keterlaluan bahkan kami juga terpaksa minum air putih saja pagi ini", sahut pelayan kurus.

"Mana Eijaz ? Kenapa dia tidak datang-datang juga kesini ?" teriak ibu tiri mulai kehilangan emosinya.

Ibu tiri melemparkan pandangannya ke arah luar kamarnya, menunggu kedatangan Eijaz ke kamarnya.

"Apa kalian sudah memanggilnya untuk datang kesini ?" tanya ibu tiri.

"Su-sudah, nyonya besar", sahut pelayan kurus.

"Mana dia sekarang ???" teriak ibu tiri marah.

"Tu-tunggu, akan saya lihat ke dapur", kata pelayan kurus yang juga pergi dari kamar ibu tiri, menyusul Eijaz.

Ibu tiri berdiri dengan tegangnya sedangkan pandangan matanya tertuju lurus ke arah luar ruangan kamar tidurnya yang dipenuhi oleh aneka tanaman bunga.

"Kenapa ayah Ikram tidak juga menengok kemari ? Bahkan dia juga sepertinya melupakan Tabana yang selalu dia banggakan ?!" kata ibu tiri terheran-heran dengan perubahan sikap Ikram.

Tak berapa lama kemudian, datang tiga orang pelayan perempuan memasuki area halaman kamar tidurnya dengan langkah tergesa-gesa.

Ibu tiri sudah menunggu lama, kedatangan tiga orang pelayannya.

Eijaz terlihat takut-takut ketika dia akan melangkah masuk ke dalam ruangan kamar tidur ibu tiri, dan dua orang rekan kerjanya terpaksa mendorong tubuhnya dengan paksa.

"Eijaz !!!" panggil ibu tiri dengan nada suara tinggi.

"I-iya, nyonya besar...", sahut Eijaz ketakutan.

"Kemari kau !" perintah ibu tiri.

"Ba-baik, nyonya besar", sahut Eijaz ragu-ragu.

"Apa benar kemarin malam kamu bertugas menjaga dapur ?" tanya ibu tiri sembari menatap tajam.

"Be-benar, nyonya besar", sahut Eijaz.

"Kenapa kami ijinkan Kyra mengambil semua persediaan makanan kita, Eijaz ???" tanya ibu tiri.

"Tuan Ikram yang memintanya agar saya memberikan semua persediaan makanan kepada nona Kyra hingga habis tak tersisa, nyonya besar", sahut Eijaz.

"Seharusnya kau ijin padaku karena akulah pemilik rumah ini sekaligus penanggung jawab di rumah ini", kata ibu tiri.

"Bukannya nyonya pingsan kemarin malam ?! Bagaimana bisa saya menanyai nyonya besar yang tidak sadarkan diri ?!" sahut Eijaz.

"Masih berani membantah !" hardik ibu tiri.

"Tapi tuan Ikram yang mengijinkannya, saya tidak berani membantah perintah tuan", kata Eijaz membela dirinya.

"Kau !!! Lancang betul !!! Masih saja menjawab meski sudah melakukan kesalahan besar, Eijaz !!!" hardik ibu tiri sambil menunjukkan ujung jari telunjuknya ke arah Eijaz.

"Ampun, nyonya besar, saya tidak berani lancang di rumah ini !" sahut Eijaz.

"Ambilkan pemukul itu lalu berikan padaku cepat !!!" perintah ibu tiri kepada pelayan kurus yang berdiri di dekat Eijaz.

"Jangan, nyonya ! Saya tidak bersalah apa-apa !" kata Eijaz panik.

"Cepat ! Bawa alat pemukul itu kepadaku !" perintah ibu tiri.

"Ya, nyonya besar", sahut pelayan kurus sembari melangkah ke arah meja dengan langkah terburu-buru, untuk mengambil sebuah pemukul disana.

"Bawa kepadaku !" kata ibu tiri. " Cepaaat !!!"

"Baik, nyonya", sahut pelayan kurus sembari berjalan ke arah ibu tiri.

"Tidak, nyonya ! Saya tidak bersalah !" kata Eijaz yang mempertahankan dirinya dengan membela dirinya mati-matian.

Eijaz yang ketakutan mencoba melepaskan genggaman tangan milik pelayan yang berdiri disampingnya.

"Lepaskan aku !!!" kata Eijaz sembari meronta-ronta keras.

Namun pelayan kurus terus memegangi Eijaz erat-erat bahkan menahannya dengan mendekap tubuh Eijaz agar pelayan berwajah manis dengan tubuh mulusnya itu tidak dapat kabur kemana-mana.

Pelayan kurus segera menyerahkan alat pemukul kepada ibu tiri kemudian ibu tiri memukulkan alat pemukul itu ke arah Eijaz berkali-kali.

"Plak ! Plak ! Plak !"

Eijaz mengadu kesakitan ketika alat pemukul diarahkan ke tubuhnya berulangkali dengan cepatnya.

"Auwh !" pekik Eijaz tertahan kesakitan.

Alat pemukul terbuat dari rotan terus mengarah kepada Eijaz.

"Plak ! Plak ! Plak !"

Pukulan keras terus melayang ke arah Eijaz hingga pelayan berwajah manis itu menjerit sakit.

"Aaaakh ! Ampun, nyonya besar !" jeritnya mengadu kesakitan saat pemukul rotan terus menghujani dirinya berkali-kali.

"Rasakan ! Ini akibat kau tidak mematuhi perintahku dan berani bersikap lancang di rumah ini, Eijaz !" teriak ibu tiri murka.

Terdengar suara pukulan keras, terus-menerus terarah kepada Eijaz hingga gaun yang dia kenakan robek akibat pukulan rotan.

"Plak ! Plak ! Plak !"

Suara pukulan dari arah alat pemukul rotan semakin keras dan bertambah kencang.

Eijaz semakin menjerit keras, tubuhnya dipenuhi oleh luka memar serta bekas memerah, dan dia terus mengadu meminta ampun.

"Tolong ! Tolong aku ! Sakit !" teriak Eijaz tak berdaya saat ibu tiri tanpa hentinya memukuli dirinya dengan alat pemukul rotan.

"Diam kau, tengik ! Dasar pelayan tidak tahu diuntung !" Pergi saja ke neraka sana !" teriak ibu tiri kalap dan semakin menjadi-jadi saat dia menghajar tubuh Eijaz.

"Aaaaaakkkhhh !!!" jerit kesakitan Eijaz hingga dirinya terjatuh ke lantai kamar sembari menangis.

Tiba-tiba datang Ikram ke kamar ibu tiri dengan langkah tergesa-gesa.

"Hentikan ! Sudah ! Sudah !" kata ayah Ikram kepada istrinya seraya menghalau pergi pelayan kurus di dekat Eijaz.

Ibu tiri masih saja melayangkan pukulannya ke arah Eijaz meski suaminya telah datang.

"Cukup kataku !" kata ayah Ikram sambil menahan laju alat pemukul dari rotan itu ke tubuh Eijaz.

"Jangan halangi aku, ayah !" sahut ibu tiri.

"Apa yang kau lakukan ini ?" tanya ayah Ikram dengan wajah merah padam.

"Eijaz telah berbuat lancang di rumah ini, dia telah mengijinkan pada Kyra untuk mengambil makanan yang seharusnya menjadi persediaan makan untuk kami", sahut ibu tiri bersungut-sungut kesal.

Keringatnya bercucuran membasahi seluruh tubuhnya setelah mengeluarkan banyak tenaga besar sewaktu ibu tiri usai menghajar Eijaz dengan alat pemukul rotan.

"Dia layak mendapatkan hukuman itu akibat kelancangannya yang berani menginjinkan seseorang asing mengambil makanan di rumah ini", kata ibu tiri sembari melotot marah.

"Aku yang mengijinkannya pada Kyra, untuk mengambil semua persediaan makanan di rumah ini karena dia mengajakku makan malam bersamanya", sahut ayah Ikram dengan sorot mata tajam.

Ayah Ikram membuang alat pemukul dari rotan ke lantai ruangan.

"Dan perlu kau ingat bahwa Kyra bukanlah orang asing di rumah ini, dia masih putri kandungku", kata ayah Ikram.

"Apa ?!" sahut ibu tiri terperangah kaget.

"Ingat ! Jangan berbuat onar di rumah ini ! Karena ini rumahku maka tak seorangpun boleh melakukan hal sembarangan disini !" kata ayah Ikram.

Ibu tiri bertambah kebingungan dengan perubahan sikap ayah Ikram, tidak terima diperlakukan tidak adil lalu dia melawan.

"Apa yang kau katakan itu ? Hah ?!" teriak ibu tiri kesal.

"Diam, kau !" bentak ayah Ikram sambil mengarahkan ujung jari telunjuknya ke arah ibu tiri dengan tatapan marah.

1
Shuhairi Nafsir
Tahniah Thor. cerita genre seperti ini yang Saya minati.
Reny Rizky Aryati, SE.: terimaksih telah membaca karya saya, pak Shuhairi, semoga senang mengikuti setiap bab cerita di novel ini, pak Shuhairi 🙏
total 1 replies
LoL öz
gak nyangka bab novelnya udah sepanjang ini, gua baru datang nih, thor
selamat akhirnya bisa juga, nih thor...
semangat ya... 👍💪
Reny Rizky Aryati, SE.: okey ,,,, 👍👍👍
total 1 replies
Reny Rizky Aryati, SE.
terimakasih telah mampir kemari
Reny Rizky Aryati, SE.: 🍩🍩🍩🍩🍩
total 1 replies
Lippe
Kyra terlalu naif
Reny Rizky Aryati, SE.: terimakasih telah mampir kemari
Reny Rizky Aryati, SE.: 🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂
total 2 replies
kura kura ninja
karya baru nih thor 🐯
Reny Rizky Aryati, SE.: yup, buat lomba 🤭
total 1 replies
LoL öz
kalau ada permainan ular tangga kayak gini seru juga kali yak 🐛
Reny Rizky Aryati, SE.: 🎂🎂🎂🎂🎂🎂🎂
Reny Rizky Aryati, SE.: serem...
total 2 replies
LoL öz
cool Thor 👍 the best /Ok/
Reny Rizky Aryati, SE.: thanks you 🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!