**Prolog**
Di bawah langit yang kelabu, sebuah kerajaan berdiri megah dengan istana yang menjulang di tengahnya. Kilian, pangeran kedua yang lahir dengan kutukan di wajahnya, adalah sosok yang menjadi bisik-bisik di balik tirai-tirai istana. Wajahnya yang tertutup oleh topeng tidak hanya menyembunyikan luka fisik, tetapi juga perasaan yang terkunci di dalam hatinya—sebuah hati yang rapuh, terbungkus oleh dinginnya dinding kebencian dan kesepian.
Di sisi lain, ada Rosalin, seorang wanita yang tidak berasal dari dunia ini. Takdir membawanya ke kehidupan istana, menggantikan sosok Rosalin yang asli. Ia menikah dengan Kilian, seorang pria yang wajahnya mengingatkannya pada masa lalunya yang penuh luka dan pengkhianatan. Namun, di balik ketakutannya, Rosalin menemukan dirinya perlahan-lahan tertarik pada pangeran yang memikul beban dunia di pundaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 24
"apa sekarang kau mulai mencintaiku Kilian?"
'ayo katakan, katakan kau mencintaiku Kilian. Jangan membuatku malu'
Kilian terdiam sejenak, matanya tetap menatap dalam ke arah Rosalin. Wajahnya yang biasanya penuh dengan ketegasan kini melembut, namun tetap menyiratkan keraguan. Jantungnya berdebar kencang, seolah berperang dengan dirinya sendiri.
“Apa sekarang kau mulai mencintaiku, Kilian?” Rosalin mengulang pertanyaannya dengan suara yang lebih pelan, hampir seperti bisikan. Ada harapan di matanya, tapi juga kekhawatiran bahwa jawabannya mungkin bukan yang ia inginkan.
Kilian menarik napas panjang, menatap wajah Rosalin yang begitu dekat dengannya. “Rosalin,” ia akhirnya membuka mulut, suaranya terdengar berat. “Aku…”
Rosalin menahan napas, hatinya berdebar menunggu kelanjutan kata-kata Kilian.
“…aku tidak tahu apakah aku pantas menyebut ini cinta.” Kilian menundukkan kepala sedikit, suaranya nyaris pecah. “Tapi aku tahu satu hal… Aku tidak ingin kehilanganmu.”
Rosalin terkejut mendengar jawabannya. Itu bukan pengakuan cinta yang ia harapkan, tapi ia bisa merasakan ketulusan di balik kata-kata Kilian. “Kilian… itu cukup untukku,” katanya dengan suara lembut, senyumnya kembali menghiasi wajahnya.
Kilian mengangkat pandangannya lagi, menatap Rosalin dengan tatapan penuh rasa bersalah. “Aku bukan pria yang baik, Rosalin. Kau tahu itu. Aku membawa terlalu banyak kegelapan dalam hidupku… Aku takut kegelapan itu akan menghancurkanmu.”
Rosalin menggeleng, meraih tangan Kilian dan menggenggamnya erat. “Kilian, aku tidak peduli dengan masa lalumu atau apa yang kau pikirkan tentang dirimu. Aku melihatmu apa adanya. Dan bagiku, kau adalah pria yang memiliki hati yang lebih besar dari siapa pun yang pernah kutemui.”
Kilian terdiam, merasakan kehangatan dari genggaman tangan Rosalin. Kata-katanya merasuk jauh ke dalam hatinya, membongkar dinding-dinding yang selama ini ia bangun untuk melindungi dirinya sendiri.
“Aku akan tetap di sini, Kilian,” lanjut Rosalin dengan penuh keyakinan. “Apa pun yang kau takutkan, kita akan menghadapinya bersama. Aku tidak akan pergi ke mana pun.”
Mata Kilian berkaca-kaca, sesuatu yang jarang terjadi pada dirinya. Ia tidak pernah membayangkan ada seseorang yang begitu tulus mencintainya, meskipun ia merasa tidak pantas.
Ia menarik Rosalin ke dalam pelukannya, memeluknya dengan erat, seolah ingin memastikan bahwa ia benar-benar ada di sana. Suaranya terdengar pelan namun penuh emosi saat ia berkata, “Rosalin… Aku tidak tahu apakah aku bisa mencintaimu seperti yang kau layak dapatkan. Tapi aku akan mencoba. Aku janji, aku akan mencoba.”
Rosalin tersenyum di pelukannya, air mata haru kembali mengalir di pipinya. “Itu cukup, Kilian. Itu lebih dari cukup.”
Jika benar Rosalin hidup untuk ke dua kalinya untuk merasakan hal ini, Rosalin benar-benar berterima kasih. Apa yang selama ini ia harapkan ternyata bisa terkabul
Mencintai dan di cintai oleh seseorang yang kita inginkan adalah suatu hal yang paling istimewa dalam hidupnya
Rosalin berharap di kehidupan sekarang atau nanti semoga dia tetap bersama Kilian, entah menjadi apa dan siapa dia kelak semoga Kilian tetap bersamanya
Semoga hati Kilian tetap menjadi miliknya, biarkan diri ya egois untuk kali ini saja, biarkan Rosalin egois jika tentang Kilian.
Malam itu, di bawah rembulan yang menyaksikan mereka, Kilian dan Rosalin berbagi momen yang membawa mereka lebih dekat dari sebelumnya. Meskipun cinta Kilian masih penuh dengan keraguan, satu hal pasti—ia tidak lagi merasa sendirian di tengah kegelapan hidupnya.
...***...
Akankah mereka tetap bahagia, akankah cinta mereka abdi sampai mati?
entahlah saya pun tak tahu
jangan lupa untuk like komen dan vote ❤️ makasih gengs
semoga ceritanya sering update