NovelToon NovelToon
Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Segel Cahaya: Putri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Fantasi Wanita
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: monoxs TM7

Di bawah cahaya bulan, istana di lembah tersembunyi menjadi saksi kelahiran seorang bayi istimewa. Erydan dan Lyanna, pengemban Segel Cahaya, menyambut putri mereka dengan perasaan haru dan cemas.

"Dia adalah harapan terakhir kita," ujar Erydan, matanya menatap tanda bercahaya di punggung kecil bayi itu.

Lyanna menggenggam tangannya. "Tapi dia masih bayi. Bagaimana jika dunia ini terlalu berat untuknya?"

Erydan menjawab lirih, "Kita akan melindunginya."

Namun di kejauhan, dalam bayang-bayang malam, sesuatu yang gelap telah bangkit, siap mengincar pewaris Segel Cahaya: Elarya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon monoxs TM7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19: Kegelapan yang Mengguncang

Angin malam semakin menderu, membawa hawa dingin yang menembus kulit. Di sekitar mereka, hutan yang biasanya tenang kini terasa seperti sebuah dunia yang hidup, penuh dengan ancaman yang siap menerkam. Elarya dan Kael berdiri berdampingan, terengah-engah, merasakan keringat dingin mengalir di tubuh mereka. Setiap langkah mereka dipenuhi kecemasan, karena mereka tahu, kegelapan yang mendekat bukanlah sesuatu yang bisa mereka hindari.

Di hadapan mereka, sosok berjubah hitam yang muncul pertama kali mengangkat tangannya, dan suara yang dalam dan menggema terdengar, mengisi udara yang penuh dengan ketegangan.

“Kalian tidak akan bisa melarikan diri,” kata sosok itu dengan suara yang datar namun mengerikan. “Ini bukan hanya tentang kalian. Ini adalah takdir dunia ini.”

Elarya merasakan tubuhnya bergetar. Semua yang telah dia jalani, semua yang telah dia pelajari tentang segel cahaya dalam dirinya, tampaknya belum cukup untuk menghadapi ancaman yang datang ini. Di sisi lain, Kael sudah menggenggam pedangnya, siap bertarung dengan segala kekuatan yang ada, meskipun ia tahu, mereka berdua sedang berhadapan dengan sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.

"Apa yang kamu inginkan?" Kael berteriak, suaranya bergetar karena amarah yang sulit ditahan. “Kenapa kalian menyerang kami?”

Sosok itu tertawa pelan, namun tertawanya seolah menambah berat beban yang mereka rasakan. "Kalian tidak mengerti, bukan? Kalian berdua adalah kunci untuk mengubah dunia ini. Cahaya dalam diri Elarya adalah ancaman besar. Kami tidak bisa membiarkan kekuatan itu ada."

Elarya menatap Kael, merasakan gemuruh yang kuat dalam dirinya. "Aku tidak tahu apa yang mereka inginkan dariku, Kael. Tapi aku... aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan kita," katanya dengan tekad.

Kael melangkah maju, menghalangi Elarya yang mulai merasakan keraguan dalam hatinya. "Kita berjuang bersama, Elarya. Tidak peduli apa yang mereka coba lakukan, kita akan bertahan."

Tapi saat itu, sosok berjubah itu mengangkat tangannya lagi, dan seketika itu juga, gelombang energi gelap yang sangat kuat meluncur ke arah mereka. Kael mengangkat pedangnya, mencoba memblokir serangan itu, namun ia merasakan pedangnya hanya menyentuh udara kosong, seolah gelombang energi itu sudah lebih kuat daripada apa pun yang bisa mereka lawan.

“Kael!” Elarya berteriak, melihat Kael yang terhuyung, hampir terjatuh. Dalam hati, ia merasa tercekik oleh ketakutan yang menguasai dirinya. “Kael, kau harus bertahan!”

Dengan tangan yang gemetar, Elarya mengangkat tangannya, berusaha memusatkan cahaya yang selama ini ia sembunyikan. Cahaya itu mulai memancar, namun terasa begitu lemah, seperti nyala api yang hampir padam. Dia mencoba memfokuskan segel cahaya dalam dirinya, tetapi semakin dia berusaha, semakin kuat gelombang gelap itu menekan.

"Apa yang terjadi padamu, Elarya?" Kael berteriak, merasakan betapa beratnya keadaan ini. "Kita harus melawan!"

“Aku... aku tidak tahu,” jawab Elarya dengan napas terengah. "Kekuatan ini... tidak cukup. Mereka lebih kuat. Aku merasa—" Elarya terhenti, merasakan tubuhnya dipenuhi keputusasaan.

Tiba-tiba, di tengah kegelapan, suara itu kembali terdengar, lebih jelas dari sebelumnya. "Kalian tidak bisa mengalahkan kami. Segel cahaya yang ada pada dirimu, Elarya, adalah kunci yang harus kami ambil. Itu adalah takdir yang tidak bisa dihindari."

Dengan cepat, sosok berjubah itu melangkah maju, tangan terulur, mengarah langsung ke arah Elarya. Kael berteriak dan melompat untuk melindungi Elarya, tetapi ia hanya merasa tubuhnya diselimuti oleh bayangan gelap, membuat setiap gerakan terasa terhambat. “Kael!” Elarya teriak, matanya penuh ketakutan.

Dalam sekejap, sosok itu sudah hampir mencapai Elarya. Namun, pada saat yang paling genting itu, sesuatu dalam diri Elarya mulai bergetar. Cahaya yang semula tampak lemah kini mulai mengalir dengan kekuatan yang tak terduga. Segel cahaya yang ada pada dirinya, yang selama ini terpendam, akhirnya terbangun sepenuhnya.

Dengan segenap kekuatan yang bisa ia rasakan, Elarya mengangkat kedua tangannya, mengarahkan cahaya itu langsung ke sosok yang mendekat. Sebuah ledakan cahaya yang luar biasa melesat keluar, menyebar ke segala arah. Sosok berjubah itu terlempar mundur, tubuhnya terbakar oleh cahaya yang begitu murni, namun senyum penuh kebencian masih terlihat di wajahnya.

"Ini belum berakhir!" teriaknya, dengan suara yang menggetarkan tanah. "Kalian baru saja memulai permainan ini. Dunia kalian akan segera berubah."

Sosok itu menghilang dalam kegelapan, meninggalkan udara yang penuh ketegangan. Suasana seketika menjadi sunyi, namun ketegangan masih tetap melingkupi mereka. Elarya terhuyung, hampir jatuh, namun Kael cepat menahannya, menarik tubuhnya ke dalam pelukan.

“Kau baik-baik saja?” Kael bertanya dengan lembut, meskipun suara gentar bisa terdengar dalam nada bicaranya.

Elarya mengangguk lemah, namun matanya masih penuh kebingungan. “Aku... aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi, Kael. Mereka... mereka tahu tentang segel cahaya ini. Mereka tahu siapa aku sebenarnya.”

Kael menggenggam tangannya lebih erat. “Kita harus terus maju. Mereka mungkin telah mengungkapkan sebagian dari rencananya, tapi kita belum kalah.”

Tapi di dalam hati Elarya, rasa takut terus merayapi. Mereka baru saja mengalahkan satu ancaman, namun dia tahu bahwa kegelapan yang datang itu jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan. Dan sekarang, dengan segel cahaya yang terbuka sepenuhnya, dia tahu satu hal pasti: perjalanan mereka baru saja dimulai.

Kegelapan malam menyelimuti hutan yang mereka lalui. Angin berhembus kencang, membawa aroma tanah basah dan daun yang mulai gugur, menciptakan suasana yang sepi dan mencekam. Di kejauhan, suara gemericik air sungai terdengar lembut, tetapi tidak ada yang bisa menenangkan ketegangan yang meliputi Elarya dan Kael.

Elarya berdiri di depan Kael, tubuhnya gemetar, merasa cemas dengan ancaman yang datang dari sosok misterius di hadapan mereka. Sosok berjubah hitam itu berdiri tegap, dengan mata yang memancarkan kilat kebencian yang tak terucapkan. Tangan kirinya terulur, menyentuh tanah dengan cara yang penuh kuasa, sementara tangan kanannya mengangkat tinggi, seolah memanggil sesuatu yang lebih gelap dari apa pun yang pernah mereka hadapi sebelumnya.

“Apa yang kau inginkan dariku?” Elarya bertanya, suara gemetar namun penuh tekad. Cahaya dalam dirinya bergetar, merespons ketakutan yang mulai merayapi hatinya. Kekuatan yang ia simpan selama ini—kekuatan yang berasal dari segel cahaya yang ada dalam dirinya—terasa semakin sulit dikendalikan.

Sosok itu tersenyum dengan dingin, seperti mengetahui sesuatu yang tidak diketahui Elarya dan Kael. “Kau adalah kunci untuk membuka takdir dunia ini, Elarya. Segel cahaya dalam tubuhmu adalah ancaman terbesar yang pernah ada. Kau tidak bisa menyembunyikan kekuatan itu lagi.”

“Takdir dunia?” Kael melangkah maju, melindungi Elarya. Wajahnya penuh kebingungan dan amarah. “Apa yang kau maksudkan dengan itu? Jika kau ingin mengambilnya, kau harus melewati kami.”

Sosok itu mengangkat tangannya, dan sebuah gelombang energi hitam meluncur ke arah mereka. Udara tiba-tiba terasa lebih berat, seakan kekuatan yang menyertai gelombang itu mampu meruntuhkan dunia di sekeliling mereka. Kael segera menarik Elarya mundur, tetapi energi itu begitu kuat, mereka terhuyung oleh guncangannya.

"Elarya, jangan biarkan kekuatan itu menghancurkanmu!" Kael berteriak, meskipun suaranya terdengar semakin jauh, seakan tenggelam dalam keramaian yang tercipta oleh kekuatan gelap tersebut.

Elarya merasa tubuhnya terhimpit oleh energi itu. Rasanya seperti ada sesuatu yang menahan napasnya, meremasnya dengan kekuatan yang tidak bisa dijelaskan. Namun, di dalam dirinya, cahaya itu—segel yang selama ini terpendam—mulai bangkit. Perlahan, ia mengangkat tangannya, berusaha untuk mengimbangi kekuatan gelap yang datang dari sosok itu.

“Kael, aku... aku tidak bisa melakukannya sendirian!” Elarya terengah, tubuhnya semakin lelah. Cahaya yang mulai keluar dari tubuhnya itu terasa begitu lemah, seperti percikan api yang tak cukup untuk menerangi malam yang gelap ini.

Kael menggenggam tangan Elarya, tatapannya penuh keyakinan. “Kita tidak akan menyerah. Kita bertarung bersama, selalu!”

Dengan segenap kekuatan yang tersisa, Elarya mencoba mengarahkan cahaya dalam dirinya untuk bertemu dengan gelombang energi hitam yang semakin mendekat. Cahaya itu meledak dari dalam dirinya, seakan membelah malam. Namun, meskipun cahaya itu terang, gelombang energi hitam tidak terhentikan begitu saja.

Sosok berjubah hitam itu berdiri dengan tenang, senyum dingin di wajahnya. “Kalian berdua hanya menunda yang tidak bisa kalian hindari. Cahaya itu tidak bisa mengalahkan kegelapan. Dunia ini akan jatuh ke dalam tangan kami.”

Ketika energi hitam dan cahaya bertabrakan, suasana di sekitar mereka seakan berubah menjadi neraka. Bumi bergetar, pohon-pohon berderak dan roboh, dan udara terasa semakin sesak. Kael terus berusaha menjaga Elarya agar tidak terjatuh, namun gelombang energi itu mengalir begitu deras, seolah mengancam untuk memisahkan mereka.

"Elarya, kita harus lebih kuat!" Kael berteriak, memegang wajah Elarya dengan kedua tangannya, menatap matanya dengan penuh harapan. "Kau bisa melakukannya. Kekuatanmu lebih besar dari apa pun yang mereka miliki!"

Elarya menatap Kael, matanya berbinar dengan semangat yang mulai bangkit. Cahaya itu... ya, cahaya itu ada di dalam dirinya, lebih kuat dari apa pun yang bisa dihancurkan oleh gelap. Ia hanya harus memercayai dirinya sendiri.

Tiba-tiba, dalam sekejap, segel cahaya dalam tubuhnya terbuka sepenuhnya. Sebuah ledakan cahaya yang begitu besar memancar keluar, melesat menuju sosok pemimpin itu dengan kecepatan yang tak terbendung. Sosok itu terhuyung mundur, tubuhnya terbakar oleh cahaya yang murni dan tak terhentikan.

“Tidak... tidak mungkin!” sosok itu berteriak, tubuhnya semakin melemah di bawah serangan yang datang dari Elarya.

Namun, sebelum sosok itu dapat benar-benar tumbang, ia mengangkat tangannya sekali lagi. Gelombang energi hitam yang sangat besar muncul, dan dengan cepat mengelilingi Elarya dan Kael. Mereka terhimpit, tubuh mereka hampir tidak bisa bergerak. Elarya merasa pusing, cahaya dalam dirinya terasa terhambat, seakan ada kekuatan yang mencoba memadamkannya.

Kael berjuang keras, mencoba melawan dengan pedangnya, namun serangan itu semakin kuat, seolah tidak ada cara untuk menghadapinya. “Elarya!” Kael berteriak, menoleh ke arah Elarya, yang kini terjatuh di tanah, tubuhnya gemetar. “Bangkitlah! Kau bisa melawan ini!”

Dengan napas terengah-engah, Elarya merasakan cahaya itu, kekuatan itu, yang kini bersatu dalam dirinya. Dengan tangan yang gemetar, ia mengangkat kedua tangannya sekali lagi, berusaha menembus gelombang energi hitam yang semakin menekan mereka.

“Kael...” suara Elarya berbisik, penuh keteguhan. "Aku... aku akan melawan untukmu."

Dengan kekuatan terakhir yang ada dalam dirinya, Elarya meluncurkan cahaya itu sekali lagi, kali ini dengan seluruh kekuatan yang ia miliki. Cahaya itu memancar lebih terang dari sebelumnya, membelah gelombang energi hitam dan menghancurkan kekuatan yang ada di hadapan mereka.

Sosok berjubah itu terjatuh, tubuhnya terbakar oleh cahaya yang begitu murni dan kuat. Sosok itu menjerit, sebelum akhirnya menghilang dalam sekejap, seolah ditelan oleh kegelapan yang telah dia ciptakan.

Namun, kemenangan ini tidak datang tanpa harga. Elarya jatuh ke tanah, tubuhnya lemas dan terkulai. Kael segera berlari ke sisinya, menggenggam tangan Elarya dengan lembut. "Kau berhasil, Elarya," katanya, suara penuh dengan kelegaan. "Kau melawan dengan kekuatan luar biasa."

Elarya membuka matanya dengan pelan, senyum kecil muncul di wajahnya. "Kael... kita melakukannya bersama."

Namun, di dalam hati mereka berdua, kedamaian yang mereka rasakan itu hanya sementara. Mereka tahu, meskipun ancaman ini telah berlalu, kegelapan yang lebih besar masih menunggu di hadapan mereka. Tapi satu hal pasti—mereka akan terus berjuang, bersama, menghadapi apa pun yang akan datang.

1
Sean71
👣 ..
Murni Dewita
👣
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Amanda
Memberi dampak besar
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Odette/Odile
Kereen! Seru baca sampe lupa waktu.
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 1 replies
Ainun Rohman
Karakternya juara banget. 🏆
Zxuin: bagus
monoxs TM7: terimakasih sudah berkunjung
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!