NovelToon NovelToon
Nada Yang Indah

Nada Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Slice of Life
Popularitas:995
Nilai: 5
Nama Author: Evhy Ayu

Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.

Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.

Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.

Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 10

**

Seharian Jeno menjaga Nada dengan baik di dalam kamarnya. Dan seharian itu juga Nada hanya tertidur karena sudah diberi obat yang sebelumnya Jeno tebus di apotik terdekat.

Jeno mengusap dahi Nada yang mengeluarkan keringat. Dan Jeno mengerutkan kening saat meraba leher Nada yang memerah, saat perban itu dibuka terlihat goresan kecil di sana, Jeno sempat terkejut dengan keadaan Nada yang banyak sekali terdapat luka.

"Lo kenapa Nada? Ada apa dengan keadaan Lo ini, njir bisa-bisanya gue kecolongan." Jeno menggenggam erat lengat Nada. "Sorry gue belum bisa jadi sahabat Lo yang baik, Nad. "

Setelah mengatakan itu, Jeno mencoba ikut memejamkan matanya tertidur di samping Nada, tanpa melepaskan genggamannya.

Hari pun sudah menjelang sore, Jeno bangun dari tidurnya sambil mengucek kedua mata yang terasa gatal. Terlihat Nada sudah bangun sambil tersenyum ke arah Jeno.

"Hy Jen."

Jeno mengerutkan kening. "Udah bangun? Masih pusing?"

Nada menggelengkan kepala. "Nada udah baik-baik aja. Makasih ya."

Tatapan Nada begitu teduh, membuat Jeno tak mengedipkan mata. Sampai dia tersadar dan menyentil dahi Nada untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Makanya lain kali hati-hati, jaga dirinya jangan sampai kaya gini lagi!"

Nada memanyunkan bibir. "Dih, nyebelin banget sih."

"Lo yang nyebelin bikin gue khawatir aja. Seharian kemarin enggak ada kabar, tahu-tahu udah kaya mayat."

Nada mencubit lengan Jeno. "Malah ngatain, nyebelin banget."

"Aws anjir sakit."

"Rasain Lo!" Nada menjulurkan lidah, sambil duduk di tepi ranjang.

"Lo mau ke mana?"

"Emm, nyokap gue udah pulang?"

Jeno mengerutkan kening. "Enggak tahu, seharian ini gue enggak liat nyokap, terus nenek lampir. Terakhir gue cuma liat bokap Lo pergi."

Nada menghela napas. "Mereka masih di rumah sakit."

"Ngapain? Siapa yang sakit?"

"Naomi."

"Lah, ngapain dia sakit? Bukannya tubuh dia itu kaya setan ya, harusnya kuat lah."

"Ck, dia siram tangannya sendiri pakai susu panas."

"Kok bisa?"

Nada menceritakan dengan jelas, bagaimana bisa Naomi berada di rumah sakit dan bagaimana juga dia bisa tidak sekolah kemarin. Jeno begitu sangat terkejut mendengar cerita Nada, orang tua Nada begitu pilih kasih dan Naomi yang sebagai saudaranya begitu jahat pada Nada.

"Anji** banget sih! Kenapa mereka enggak buka mata, kalau selama ini yang jahatin Lo itu nenek lampir!"

"Mereka udah terlalu sayang sama Naomi, Jen. Gue enggak bisa bela diri gue sendiri, karena memang gue enggak sepintar Naomi."

"Pengen banget gue ngumpat tentang keluarga Lo! Bisa-bisanya dia enggak liat kehebatan Lo dari melukis?" Jeno geleng-geleng kepala. "Wah, sakit jiwa emang keluarga Lo!"

Nada menghela napas cukup panjang, dia juga bingung harus merespon seperti apa mengenai keluarganya. Karena bagaimana pun juga mereka keluarga kandung Nada, begitu pun Naomi yang sudah dianggap saudara kandung oleh Nada.

Tak lama terdengar suara mobil terparkir, Nada berlari kecil untuk mengintip di atas balkon kamarnya.

Nadia dan Abimanyu merangkul Naomi dan membawanya masuk ke dalam rumah. Nada hanya bisa tersenyum getir tanpa bisa mengeluarkan kata.

"Udah enggak usah sedih, Lo masih punya gue, Nad."

Nada tersenyum ke arah Jeno, sambil menganggukkan kepala. "Iya Nada punya Jeno yang jadi sahabat."

"Lo bisa bergantung sama gue, tentang apa pun itu. Dan gue berusaha ada untuk Lo."

"Thanks Jen, Lo bener-bener sahabat gue yang paling baik."

Jeno menganggukkan kepala. "Sama-sama. Lo makan dulu, gue udah siapin makanan di atas meja. Jangan lupa minum obatnya, gue mau balik dulu."

"Iya nanti gue makan, sekali lagi makasih ya Jen. Ayo gue antar ke bawah."

"Enggak usah, mending Lo istirahat aja. Gue bisa turun sendiri."

"Tapi... "

"Please dengerin kata gue, Lo diem di kamar. Terus Lo makan, minum obat habis itu tidur lagi. Biar besok Lo bisa sekolah."

"Emm ya deh, gue liat Lo dari balkon aja."

"Nah gitu dong. Ya udah cepat sembuh, gue balik dulu."

Nada mengangguk, lalu menatap kepergian Jeno yang sudah keluar dari kamar Nada.

Jeno melambaikan tangan dari bawah ke arah Nada. Nada pun membalas lambaian tangan Jeno. Setelah melihat kepergian Jeno, Nada masuk kembali ke dalam kamar duduk termenung sambil menghela napas yang cukup berat.

**

"Sayang, kamu mau sekolah?"tanya Nadia.

Naomi duduk di meja makan berhadapan dengan Nadia dan Abimanyu.

" Iya Mah, Naomi kangen sekolah," jawabnya.

"Kangen sekolah apa kangen Kenzo, hmm?" Nadia menggoda Naomi, dan gadis itu tersipu malu.

Abimanyu terkekeh melihat anaknya yang sudah remaja memiliki ketertarikan dengan lawan jenis.

"Ih apaan sih, Mama godain Naomi terus. Naomi malu."

"Habisnya lucu, anak cantik Mama suka sama cowok."

"Anak itu namanya Kenzo Argantara ya?" tanya Abimanyu.

Naomi mengangguk. "Iya Pah. Papa kenal sama Kenzo?"

"Nanti Papa cari tahu ya. Papa enggak asing aja sama namanya."

Naomi mengangguk dengan penuh kegembiraan, orang tuanya begitu mengusahakan apa yang Naomi inginkan.

Nada berjalan menghampiri keluarganya. "Mah, Nada boleh minta uang?"

Nadia mengerutkan keningnya. "Masih hidup kamu, kenapa enggak mati aja sih?!"

"Kenapa Papa bukain dia pintu kamar mandi sih!" Nadia menatap sang suami sambil menyilangkan kedua tangannya.

Abimanyu menghela napas pelan. "Biarkan, Papa kasih dia kesempatan buat hidup."

Apa yang kalian rasakan jika berada di posisi Nada? Di mana orang tua kandung begitu menginginkan kalian mati. Terasa sakit seperti teriris pisau tajam, begitulah rasanya menjadi Nada.

Nada mengepalkan lengannya, dia tidak mau menangis di depan orang tua dan Naomi.

"Mamah, Papah, jangan kaya gitu sama Nada." Naomi kembali membela Nada di depan orang tua mereka.

"Sayang, kenapa kamu ini baik sekali sama Nada? Padahal dia udah bikin kamu celaka," balas Nadia.

Naomi menggeleng lembut. "Bagaimana pun juga Nada saudara Naomi, Mah. Dia pasti enggak sengaja kok, celakai Naomi."

Nada benar-benar muak dengan sandiwara yang dilakukan Naomi. Nada mengabaikan ucapan Naomi dan kembali meminta uang saku pada Abimanyu.

"Pah, Nada minta uang."

"Kamu enggak mau minta maaf sama Naomi, hah?! Dia udah baik mau maafin kamu, tapi kenapa kamu acuh?"

Nada memejamkan matanya menahan emosi yang terpendam.

"Nada akan minta maaf jika itu memang kesalahan Nada. Tapi Nada enggak merasa celaki Naomi. Dia sendiri yang siram tangannya dengan susu!"

Terdengar Naomi menangis di telinga keluarganya.

"Aku enggak apa-apa kok tangan melepuh kaya gini, tapi seenggaknya Nada mau mengakui."

"Dih, gue enggak merasa lakuin itu. Jadi stop buat nyuruh gue minta maaf sama Lo!"

Abimanyu berdiri dan naik pitam, dia kembali menampar Nada dengan tangannya yang kekar.

"Dasar anak enggak tahu diri! Saudara kamu baik sama kamu, tapi kamu malah kaya gini sama dia , Nada!"

Nada memegangi pipinya yang terasa panas. "Tampar aja terus Pah, tampar! Apa yang Nada lakuin itu selalu salah di mata kalian semua. Nada diam, Papa tampar. Nada minta uang Papa tampar, terus aja sampai tangan Papa puas siksa Nada!" Nada berteriak di depan wajah Abimanyu, kekesalannya dia ungkapkan meskipun tidak akan ada hasilnya.

Abimanyu kembali menarik lengan Nada dan dia bawa keluar dari rumahnya.

"Pergi cepat! Kalau bukan anak saya, sudah saya usir kamu!"

Abimanyu kembali masuk ke dalam rumah, Nada yang terjatuh di lantai berdiri dengan sekuat tenaga. Dia kembali menghela napas sambil membersihkan roknya yang kotor.

Saat Nada berbalik, dia dikejutkan dengan kehadiran Kenzo yang sedang duduk di atas motor dengan tatapan yang sulit diartikan.

Mereka berdua saling pandang, beberapa saat Nada memutuskan pandangan itu dan mencoba tersenyum untuk menutupi kesedihannya.

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Dasar si naomi gk nyadar diri dah dipungut kok seolah " dy berkuasa kaya anak kandung... Smg cepet kebongkar tu sifat jhat nya.. Biar nyesel no bpk ma ibu kandung nada.. Smngt trus berkarya
Evhy Ayu: enggak akan selamanya yang jahat itu selalu menang☺
DISTYA ANGGRA MELANI: Tp gak selamanya dy menang kan pasti nada yg menang.. Naomi itu ibarat kacang lupa kulit nya..
total 3 replies
Sumintiari Widiastuti
Luar biasa
Evhy Ayu: Terima kasih Kak^^
total 1 replies
Sucyyy♥️
bagus ceritanya menarik 😍😍😍
Evhy Ayu: Makasih Kak❤❤
total 1 replies
zhouzhou_zz
Ceritanya bikin nggak bisa berhenti baca, lanjutkan thor!
Evhy Ayu: Masyallah, terima kasih. Oke siap ☺☺
total 1 replies
foxy_gamer156
Setiap kata-kata terasa seperti lukisan di pikiran.
Evhy Ayu: Terima kasih, komentarnya Kak. ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!