Tertukar itu kadang terjadi pada barang bawaan ditengah keramaian. Ada juga pada hal lain ditengah-tengah jumlah yang lumayan banyak. Tetapi kali ini, yang tertukar itu pasangan. Lho kok bisa? mbuh.. semua berawal dari jalan-jalan bareng.
Intinya, percikan api tumbuh karena melihat kelebihan pasangan teman yang menggoda iman ketika mereka lagi liburan bersama. Kedua insan itu menemukan sesuatu menarik di diri orang lain yang tidak mereka temukan pada pasangannya.
Keputusan untuk berselingkuh pun terjadi karena rasanya begitu indah. Cuma untuk senang-senang katanya, yang pada akhirnya kedua orang itu sadar bahwa tak selamanya selingkuh itu menyenangkan. Mereka mengalami kehancuran karena balasan dari orang yang tersakiti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Melvi
Adrian sudah tertidur dari habis isya saking lelahnya sepulang kerja lanjut beres-beres rumah. Nyapu ngepel sendiri, nyuci baju sendiri, masak dan makan pun sendiri. Bisa sih pakaian dia kirim ke laundry, tapi kan jatuhnya boros, lagipula sayang mesin cucinya kalau gak dipakai. Bisa juga makan beli di luar, tapi kalau setiap hari rasanya bosan juga. Begitulah kira-kira nasib Adrian menjadi seorang duda.
Terlelap semenjak jam delapan membuat Adrian terbangun di jam 10an. Tiba-tiba dia kepikiran Alea dan timbul rasa ingin menemui anaknya tersebut. Insting hubungan darah memang kuat, soalnya Alea di kamar nenek cantik alias emaknya Galang lagi nyebut nama Adrian.
Alea, lagi ngapain kamu nak? Papa kangen. Papa juga kangen Mama mu. Papa gak salah kan kalau kangen sama istri orang? sesak rasanya Papa setiap hari menahan rasa ingin bersama kalian.
Hukuman dari Galang memang ampuh buat Adrian menderita. Adrian lebih memilih dipenjara lalu keluar dan bisa kembali bersama dengan Aira. Tapi kalau situasinya seperti sekarang, Adrian mana bisa mewujudkan itu. Karena Galang gak akan mudah membuatnya bisa kembali dengan Aira.
Apa yang harus Adrian lakukan? entah, dia sendiri gak tahu harus berbuat apa. Adrian setelah bercerai bak orang kehilangan arah.
Pas ngambil air minum, pintu rumah ada ngetuk.
Tok tok tok
"Sebentar."
Tok tok tok
Ni orang gak ngerti nunggu apa ya. Lagian siapa sih malam-malam begini bertamu?! gerutu Adrian.
Di buka ternyata tamunya Melvi. Pantes gak sabaran banget dan terkesan memaksa. Batin Adrian.
"Kamu ngapain kesini? kita kan udah gak ada urusan."
"Ada Mas. Ini urusan kita." Sambil menunjukkan bukti-bukti kalau dia hamil. Adrian memijit kepalanya, pusing sekali rasanya berurusan dengan Melvi.
"Kamu hamil belum tentu anak aku Mel. Kita ngelakuinnya cuma sekali. SEKALI! itu pun gak sengaja."
"Sekali kalau ngelakuinnya pas masa subur ya bisa kemungkinan jadi Mas. Dan aku baru berhubungan sama kamu karena udah gak disentuh hampir dua bulan sama Mas Galang."
Adrian memijit pelipisnya yang terasa pusing. Walaupun Melvi hamil dan minta pertanggungjawaban, Adrian ogah nikah sama wanita itu. Sebisa mungkin dia menolak permintaan Melvi yang menurut dia gak berdasar.
"Mas, nikahin aku ya."
"Nggak Mel, aku gak pernah serius sama kamu. Jadi kita gak akan menikah."
"Kenapa?"
"Karena gak menutup kemungkinan, ketika kamu jadi istriku, kamu akan selingkuh dengan laki-laki lain. Aku gak mau punya istri yang seperti itu."
"Hei, kamu waktu selingkuh sama aku selalu memuja-muja kelebihan yang aku punya sampai Aira dituntut seperti aku kan. Sekarang malah ngomong gak mau punya istri seperti aku, gimana sih?"
Adrian terdiam. Memang dia mengakui kesalahannya yang sangat bodoh itu.
"Sekarang aku tanya sama kamu Mel, kenapa kamu kekeuh banget minta aku nikahin? kan bisa kamu cari lelaki lain yang lebih dari segalanya ketimbang aku yang remahan ini." Tanya Adrian pada Melvi.
"Karena aku sedang mengandung anakmu, dan juga kelakuan mantan istri mu itu lhoo.. ngatain aku di icip-icip tapi gak dinikahin. Tapi ada yang penting penting lagi, yaitu..." kalimat Melvi yang menggantung cukup menyita atensi Adrian.
"Aku mencintaimu Mas."
Ungkapan cinta Melvi terasa biasa saja di hati Adrian. Lelaki itu membalikkan badan, pergi ke ruang tengah dan duduk di sofa sana. Tangannya menopang kepala yang berat memikirkan hidup. Lama Adrian di posisi itu sampai-sampai Melvi bisa melakukan apa saja.
Waktu banyak terbuang sia-sia namun Adrian masih dalam posisi galau macam ibu-ibu habis uang bulanan. Adrian kemudian bersuara setelah menit ke dua puluh lima.
"Mel, usia kandungan kamu berapa bulan?"
"Mau jalan lima bulan." Jawab Melvi asal. Kalau dia jawab dua bulan kentara sekali ngibulnya. Adrian juga melihat perut Melvi agak berisi.
"Boleh aku pegang?
"Boleh dong, masa ayahnya gak boleh pegang. Tapi pegang dari luar aja ya Mas."
"Memangnya kenapa?"
"Belum muhrim."
Cih. Bilang bukan muhrim, lah yang kemarin itu apa? Melvi sehat kah? batin Adrian bertanya-tanya.
"Aku pengen usap skin to skin. Mau lihat perkembangan anakku di dalam sana Mel." Adrian maksa karena sudah curiga Melvi hanya bersandiwara. Waktu hening yang dipakai galau tadi, rupanya dia pakai buat mikir.
"Nggak Mas, dari luar aja."
"Maunya dari dalam."
Adrian ugal-ugalan menyingkap baju Melvi, dan tabir kepalsuan pun terbongkar. Rupanya diperut Melvi terpasang korset yang sudah diganjal agar kelihatan berisi. Adrian tertawa sumbang atas kelakuan Melvi yang bohong lagi, bohong lagi.
"Aku gak mau nikahin kamu Melvi."
"Oke, kalau gitu lebih baik aku mati saja!"
Melvi dapet pisau dapur ketika Adrian lagi duduk di sofa sambil menopang kepala. Wanita itu nekat menyayat tangannya hingga keluar darah.
"Melvi!"
Yang dipotong Melvi bukan urat nadi, tapi meleset dikit dari sana. Kemudian Melvi gak berenti sampai situ, dia meracau pengen nusuk peruutnya sendiri. Adrian langsung mencegah hingga terjadi baku urat diantara mereka.
"Aku mau mati Adrian. Kamu gak mau nikah sama aku, untuk apa aku hidup. Aku mau mati di sini."
Ujung pisau sudah menempel diperut, agak tertekan sedikit.
"Aaaaa.. "
"STOP MEL, UDAH CUKUP! Iya aku mau nikahin kamu."
Melvi berhenti melukai dirinya.
...***...
Di rumah Galang, tepatnya di kamar utama.
"Aduh, jamu apaan si ini!" pekik Galang sembari matanya mengintip keadaan Aira. Dia pengen tahu reaksi Aira atas teriakannya tadi. Sementara Aira memunggungi Galang pakai baju rapat.
"Jamu sehat Mas." Sahut Aira yang lagi ngerasa panas. Bibirnya ia gigit, terngiang-ngiang tubuh Galang bagian atas sehabis mandi. Aira mati-matian menahan gejolak reaksi jamu yang sudah disabotase emak. Galang juga sama, kepanasan, tapi dia gak ada usaha buat nahan. Malah bajunya udah lepas entah ada di mana. Udah bolak-balik ke kamar mandi basahin badan biar cool.
"Aira, kamu biasa tidur gelap atau terang? Jujur aja gak usah ngerasa gak enak karena ini kamar saya."
"Suka terang Mas." Jawab Aira masih memunggungi Galang.
"Tapi saya gak bisa tidur kalau terang."
"Yaudah kalau gitu matikan lampu saja Mas."
"Oke." Lampu padam pakai remot. Kalau ujung-ujungnya lampu dimatikan, tau gitu ngapain Galang segala pakai nanya ke Aira?
Lama waktu berjalan, Aira rasanya mau nyerah sama rasa gerahnya. AC seakan gak berfungsi sama sekali. Si suami juga gak betah diam, guling-guling sana-sini. Tenggorokan Aira terasa kering kerontang.
Aira bangun dalam gelap-gelapan.
Meskipun gelap, Aira samar-samar menengok ke ruang sebelahnya. Galang gak ada, sudah Aira pastikan juga lewat usapan ke atas permukaan kasur.
"Lah, Mas Galang kemana?"
"AAARRGH!"
.
.
Bersambung.
enanti
ini detail penyakit melvi apaannn.. gimana....
terhuraku gak cantikk
mau kasian tapi gimana yaa.. keterlaluan juga sih si adrian
Seorang Melvi yang melihat suami Aira lebih segalanya dari suaminya sendiri, begitu pula Adrian, melihat Melvi lebih oke dari bininya sendiri. ternyata oh ternyata... menyesal kemudian tidaklah berguna.
Tapi syukurlah, Adrian dan Melvi akhirnya bisa saling menerima untuk hidup bahagia diakhir kebersamaan mereka.
Semangat dan sukses selalu buat kak Zenun😍😍😍
Semangat terus yaaa idolaku ❤️❤️