Laki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan.
Dan wanita bernama Anna Isadora B itu, siap membersamai Devan untuk membalaskan dendamnya- mengembalikan keadilan pada tempat yang seharusnya.
Cinta yang tertanam sejak awal mula pertemuan mereka, menjadikan setiap moment kebersamaan mereka menjadi begitu menggetarkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evrensya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Welcome To Devaradis
...~TENTANG RINDU~...
Hari, bulan, tahun pun berlalu tanpa arti.
Sedang rasa rindu berguguran setiap waktu menampakkan perasaan yang sesungguhnya terpatri.
Apakah cinta secepat itu mengikat hati?
Setiap tetes air hujan yang turun selalu menceritakan kembali tentangnya dalam nyanyian merdu yang menusuk jiwa.
Bahkan ketika malam datang dengan kesunyiannya seolah melukis kembali kenangan yang selalu ingin bertahta.
Namun harapan selalu berlalu tanpa arti.
Kekosongan jiwa ini tak ada yang mampu mengisi.
Memory selalu memaksa untuk mencari jejaknya ke belakang.
Mengobrak-abrik ruang waktu di masa ketika sepasang mata sedang saling pandang.
Ia enggan di paksa untuk melupakan segala keindahan yang tak pernah usang.
Saat ini aku bertanya-tanya.
Jika aku membisikkan pada semesta, apakah dia akan benar-benar muncul disana?
..._...
...(LIMA TAHUN KEMUDIAN)...
...♥️...
Pagi yang begitu terik, padahal waktu menunjukkan masih pukul enam pagi. Sinar mentari masuk melalui celah-celah pintu dan jendela kayu yang masih tertutup tirai gantung dengan desain unik yang di buat oleh pemilik rumah itu sendiri. Sebuah rumah di gang sempit yang hanya bisa di lewati kendaraan bermotor itu terlihat aesthetic di bawah nyala matahari yang memancarkan warna secerah kulit jeruk.
Di dalamnya, di huni oleh seorang wanita muda berusia 23 tahun dengan seorang Ibu yang nampaknya masih awet muda di usianya yang telah menginjak kepala empat. Meski penampakan rumah itu sangat sederhana dari luar, tapi di dalamnya berjejer barang-barang berharga karya seorang wanita muda bernama Anna Isadora B. Di tata indah sedemikian rupa agar terlihat menarik tanpa cela.
Wanita muda berambut emas itu terlihat sedang sibuk mengurus rambut panjangnya, di depan sebuah kaca bupet ukuran sedang, pada ruang tamu yang hanya memiliki ukuran 3 x 2 meter saja. Anna duduk bersila di atas hamparan sebuah permadani hitam bergambar mozaik dengan pola geometris tradisional— melapisi seluruh bagian lantai keramik putih yang sudah usang. Sedangkan tangan wanita itu sibuk menyemprotkan x pert color hair stay— pewarna rambut sementara semi permanen berwarna hitam.
Di belakangnya terdapat sebuah sofa serta meja dengan warna melon rok orange yang mencolok, tampak menyala terang bagai matahari pagi, kontras dengan warna gelap di bawahnya. Di atas sana sebuah lampu estetik hasil modifikasi nya menggantung dengan megahnya.
Lukisan-lukisan dengan bermacam rupa hasil karya nya pun berjejer indah menghiasi tembok yang sudah di lapisi nya dengan cat berwarna hitam, kemudian di berikan art dengan garis-garis 2D putih mengusung tema kerajaan yang bernuansa Romawi klasik, dengan sentuhan modern lifestyle.
Wanita muda berbakat itu mampu merombak rumahnya yang sederhana bak hotel bintang lima dengan konsep yang langka. Ya, walaupun tidak akan pernah ada tamu yang datang berkunjung untuk melihatnya.
Anna, hidupnya persis seperti princess Rapunzel yang mendekam di dalam sebuah menara, namun bedanya ini di dalam sebuah rumah kontrakan yang letaknya jauh dari keramaian, berada di pojok gang sebuah jalan buntu yang di apit oleh tembok pembatas yang tinggi pada kiri kanannya. Yang katanya rumah ini dulunya adalah milik seorang Veteran tua yang telah meninggal dunia, yang ingin menghabiskan sisa hidupnya seorang diri dalam ketenangan.
Sehingga area publiknya sengaja dibuat tunggal dan private oleh anak cucunya untuk menyiasati lahan sempit di bangunan ini. Namun karena sudah bertahun-tahun di biarkan kosong, pemiliknya memilih untuk di kontrakan saja, karena selain menghasilkan uang juga tentu rumah yang tidak ingin di jualnya itu otomatis akan di rawat oleh penyewanya.
Hampir lima tahun lamanya setelah kelulusan sekolah SMA nya, dan juga kegagalan rencana perjodohannya. Anna hanya mendekam menghabiskan seluruh waktunya di dalam rumah ini, tanpa pernah keluar sama sekali. Ibunya, dengan sengaja memenjarakan Anna dari dunia luar, entah apa alasannya. Dan sejauh ini Anna memang selalu tunduk pada semua aturan yang dibuat oleh Ibu, seperti tercuci otaknya agar menggantungkan seluruh hidupnya pada wanita tua itu. Anna di berikan apapun kebutuhannya kecuali sebuah kebebasan.
Meskipun begitu, hal tersebut tidak membuat Anna kemudian menjadi lemah dan berputus asa. Justru sejauh ini sudah hampir ribuan buku habis ia baca, beberapa karya tulis mampu ia ciptakan, hingga desain fashion pun begitu ia minati, bahkan beberapa bahasa sudah bisa ia kuasai. Well ! Semua ia lakukan dalam kurun waktu yang tak sedikit dalam menggali kapasitas dirinya tanpa batas, dan mampu membuatnya menjelma menjadi wanita genius dengan pemikiran yang unik, serta menciptakan karya-karya seni yang tak biasa.
Ini berkat seseorang yang dulu pernah bersumpah atas segala bentuk kebaikan dan kelebihan dalam dirinya. Lelaki itu, entah dimana dia sekarang. Aku sungguh rindu...
Jadi, sebenarnya hari ini adalah hari pertama Anna masuk bekerja. Itu artinya ini adalah hari pertama kebebasan Anna setelah bertahun-tahun lamanya mendekam di dalam rumah seperti di penjara. Sedangkan Ibunya sendiri justru lebih banyak menghabiskan waktu di luar sana— jarang di rumah. Memang tidak adil bagi anak yang sepatuh dirinya.
Perjuangannya untuk mendapatkan izin bekerja pun tidaklah mudah. Sekitar dua minggu yang lalu, tentu saja telah terjadi sebuah tragedi menyedihkan, perkara Anna yang mengutarakan keinginannya— agar Ibu berkenan memberikan nya izin untuk bekerja di luar sana. Alasan Anna memang hanya untuk bekerja, tapi sebenarnya tujuan nya lebih dari itu, yakni sebuah pembebasan diri untuk menjalani kehidupannya sendiri, yang sebagai anak manusia adalah hal yang lumrah di miliki. Itu tidak berlebihan, bukan?
Terkait hubungan nya dengan sang Ibu, tidak banyak yang berubah, tetap suram seperti biasanya. Walau Anna sudah berusaha ribuan kali, mencari celah di hati Ibu agar mau melihatnya sebagai seorang anak manusia, namun sepertinya Ibu adalah orang yang tidak bisa di ajak berkomunikasi dengan baik, dan hanya memaksakan kehendaknya sendiri tanpa mau mendengar pendapat orang lain.
(Dua Minggu yang lalu)
"Ibu, jika boleh, aku ingin sekali bekerja dan menghasilkan uangku sendiri tanpa terus menerus bergantung kepada Ibu. Aku juga ingin tahu bagaimana rasanya membantu Ibu dan merawat Ibu di hari tua nanti ketika Ibu sudah terbaring lemah. Bukankah sudah menjadi tugasku untuk berbakti kepada Ibu? Jadi bagaimana menurut ibu soal permintaan ku ini?" Ungkap Anna harap-harap cemas saat itu. Ia sudah berusaha keras mencari kosa kata terbaik agar tidak salah ucap.
Namun tentu saja respon yang di dapatkan dari Alia- Ibunya, tidak sesuai harapan.
"Permintaan macam apa itu. Tidak boleh! Apa kau ingin mengatakan bahwa selama ini aku tidak mampu membesarkan mu dengan benar? Atau, apa kau berfikir aku adalah wanita pecundang yang tidak memikirkan masa tuanya sendiri?"
"Ibu, aku tidak bermaksud meremehkan Ibu. Aku hanya—"
"Anna!" Alia langsung memotong. "Sejak kapan kau begitu berani berbicara seperti itu di depanku. Apa pelajaran yang aku berikan selama ini belum cukup membuatmu mengerti dimana posisimu?! Tinggal hidup dan diam saja apa susahnya!"
Anna terkesiap, ia langsung jatuh terduduk— berlutut di bawah kaki Alia yang sedang berdiri sambil memakai blazzer nya, bersiap untuk pergi keluar— setiap pagi seperti biasanya.
"Ibu, sampai kapan aku harus mendekam di dalam rumah seorang diri?" Anna memelas.
Alia menundukkan pandangannya kepada Anna yang masih bertumpu dengan kedua lututnya— memohon belas kasihnya.
"Sampai kapan? Kalau aku bilang sampai kau membusuk di rumah ini, apa yang akan kau lakukan? Ingat ya, kalau bukan karena belas kasihku yang besar, kau tidak mungkin hidup di dunia ini, bahkan sebuah nama pun tidak pantas kau miliki. Jadi, jangan membuat keinginan yang tidak perlu, karna aku tidak akan pernah mengizinkannya."
Perkataan Ibu selalu setajam pisau yang merobek dinding hatinya. "Kalau begitu, apa lebih baik kematian ku di percepat saja dengan tanganku sendiri." Timpal Anna. Sungguh berani. Seharusnya ia diamkan saja apapun yang di katakan Ibu padanya seperti biasanya. Ini seperti menyulut genderang perang di bawah terik matahari yang panas.
Alia membungkuk dan langsung mencengkram kuat rahang kecil Anna. "Apa kau bilang? Hidupmu saja sudah begitu merepotkan, apalagi kematian mu. Jangan banyak bicara, lebih baik diam saja dan jalani hidupmu seperti ini adanya. Kalau kau berani mengeluarkan sepatah kata lagi, maka aku akan merobek mulutmu dan menjahitnya kembali." Desisnya, kemudian melempar wajah Anna dengan kasar, hingga tubuh wanita yang tampak lemah itu terjungkal di atas lantai yang keras.
Mata Anna memerah menahan air mata kesedihan yang membuncah bagai gelombang air laut yang hendak menerjang karang hatinya.
"Apa aku terlahir dari hubungan yang haram, sehingga aku menerima kebencian sebesar ini dari Ibu?"
Alia semakin terbakar amarah mendengar ucapan Anna yang berusaha memojokkan nya.
"Sialan! Anak bangsat yang tidak tahu diri! Berani-beraninya kau menyerang ku dengan fitnah yang keluar dari mulut busuk mu itu."
Tubuh Alia bergetar hebat, darah dalam tubuhnya mulai mendidih. Bola matanya menyalak menatap Anna bagai kecoa kecil yang tak berdaya. Ia kembali membungkuk meraih leher Anna dan memperkuat genggaman tangannya. Bisikan hitam yang mendorong hasratnya serasa ingin mencabut lidah gadis itu agar tak mampu bersuara lagi.
"Iya benar, bunuh saja aku, aku memang tidak tau diri. Bukan, aku telah kehilangan diriku." Anna memukul-mukul dadanya yang terasa begitu nyeri.
Melihat Anna yang bertingkah seperti itu bukannya membuat Alia merasa Iba, melainkan rasa muak yang membuat nafsunya benar-benar ingin melenyapkan anak gadisnya itu sekarang. Alia melempar kepala Anna ke belakang dengan kasar hingga pada leher gadis itu menimbulkan sebuah bunyi khas seperti tulang yang patah.
Alia kemudian bangkit dengan nafas yang memburu. Lalu menendang tubuh Anna hingga jatuh tersungkur di lantai, ia segera mengangkat kakinya yang sudah memakai heels dan meletakkannya di atas punggung Anna yang hanya di lapisi oleh kain tipis.
Alia sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia meluap kan seluruh emosinya pada titik tajam di ujung kakinya yang kini sedang menari-nari atas kulit putih Anna sambil memberikan tekanan yang kuat. "Kau juga berani menantang ku? Asal kau tau, aku tidak akan membebaskan mu baik dalam hidup ataupun mati, jadi menyerah lah dan bersimpuh lah di kakiku memohon ampunanku."
Anna mengerti betul maksud dari perkataan Ibu, bahwa ia bahkan tidak akan di biarkan hidup dan mati dengan mudah. Benar-benar Ibu yang kejam. Sepertinya memang Anna tidak memiliki harapan lagi. Walau ia mengancam akan bunuh diri sekalipun tidak akan ada gunanya. Karna Ibu pernah mengatakan, kalau Anna sampai berani melakukan hal tersebut, maka Ibu pun akan melakukan hal yang sama juga.
Saat ini tidak ada pilihan lain selain tetap tunduk pada segala yang sudah Ibu tetapkan untuknya. "Baiklah Ibu. Aku akan hidup dan mati sebagaimana yang Ibu inginkan." Lirih nya kemudian dengan begitu pasrahnya.
"Bagus!" Alia kemudian menarik kakinya dari tubuh Anna setelah meninggalkan jejak yang entah bagaimana bentuknya pada kulit Anna yang mulai terlihat memerah karena berdarah. Egonya benar-benar terpuaskan setelah melihat Anna bersujud bagai budak mencium telapak kakinya, memohon ampun pada dirinya yang berdiri sombong bagai seorang Dewi yang di penuhi oleh jiwa kemenangan.
Namun keesokan harinya...
Alia tiba-tiba mendatangi kamar Anna yang sedang mengobati luka di tubuhnya. Ia juga tiba-tiba mengeluarkan sebuah pernyataan yang berbanding terbalik dari sebelumnya.
"Anna. Kau bilang kau ingin bekerja kan? Menghasilkan uang sendiri atau apalah namanya. Aku rasa aku berubah pikiran untuk mengizinkanmu. Tapi dengan syarat, hiduplah seolah kau tidak terlihat. Jangan coba-coba membentangkan sayap seperti kupu-kupu liar. Jadilah Manusia yang nampak menjijikkan, di kucilkan, dan jangan pernah mencoba menampakkan keindahan dirimu yang sesungguhnya. Apa kau mengerti?"
Alia memberikan titahnya dengan suara penuh intimidasi ketika menyambangi kamar putrinya. Tak lupa ia selipkan kalimat keburukan untuk menyelundupkan rasa rendah diri agar Anna tidak melanggar batasan yang telah dia ikat kuat di batang leher Anna.
Mendengar itu, Anna tidak tau apakah harus mengucapkan kata terimakasih atau tidak, di balik ucapan Ibu yang di penuhi oleh keburukan. Yang pasti, kebebasan Anna sudah ada di depan mata.
(Begitulah adegan menyedihkan itu terjadi).
Dan di pagi hari yang cerah ini, Anna sedang bersiap menjadi Anna yang palsu, sesuai kehendak Ibu. Berdandan seburuk mungkin sehingga tidak ada satupun yang bisa mengenali siapa dirinya. Lagi pula di dunia ini memang tidak ada yang mengenalnya.
"Anna. Aku akan pergi sekarang, mungkin cukup lama. Tapi ingat, jangan menimbulkan masalah apapun dan menarik perhatian siapapun di luar sana. Juga jangan menjalin hubungan apapun dengan siapapun." Tegas Alia, sambil memasang heels merahnya sambil menenteng tas mewah di tangannya. Dress dari brand fashion ternama pun tampak menghiasi tubuhnya yang putih bersih terawat di usianya yang tak lagi muda.
"Iya Ibu," jawab Anna yang sedang duduk di kursi rias, berkaca sambil mengepang dua rambutnya, kiri dan kanan, kemudian melipatnya hingga sebatas bahu. "Apa aku pakai wig rambut kribo saja ya?" Batinnya, sambil menyematkan poni palsu tebal pada ubun-ubun nya hingga menutup seluruh kening sampai batas kelopak matanya. "Tapi aku rasa begini saja sudah cukup."
"Apapun alasannya, jangan pernah membawa siapapun untuk berkunjung ke rumah ini. Dunia fake- mu yang ada di luar sana jangan pernah terkait dengan dunia real mu disini. Kau harus faham betul bagaimana membedakannya." Alia kembali memperjelas titahnya.
"Siap Ibu." Sahut Anna sambil meraih kaca mata bulat besar kemudian memakainya, itu menutupi hampir sebagian wajahnya yang sudah di tempelkan foundation berwarna tan yang gelap. Tak lupa juga ia menempelkan sebuah stiker perekat berbentuk bulat berwarna hitam di samping hidungnya, hingga wajahnya nampak begitu aneh.
Tak ketinggalan, goresan liptint berwarna nude cenderung coklat yang pucat menutupi bibir pink merona miliknya. Anna sudah siap berangkat bekerja dengan celana kain panjang yang lusuh hingga mata kaki, atasan kemeja usang yang sudah berusia sekian tahun lamanya. Tak lupa juga kaos kaki hitam dan juga manset tangan hitam yang hanya menyisakan ujung jarinya saja, menjadi pelengkap untuk menyempurnakan penyamarannya menjadi manusia si buruk rupa. Done perfect!
Anna tersenyum geli begitu melihat penampakannya di cermin. Ia juga dengan sengaja mengacak rambutnya agar terlihat kacau berantakan. Penyamaran yang sempurna.
Ibu pun terdengar sudah pergi dan hanya meninggalkan bau parfume yang menyeruak menusuk hidung. Iris mata Anna berputar pada lorong sempit di depan dapur untuk mencari sandal jepit hitam yang biasa di gunakannya ke toilet, untuk melengkapi keseluruhan outfitnya pergi bekerja hari ini. Anna juga meraih tas hitam lusuh di atas meja, tas yang biasanya di gunakan Ibu untuk menyimpan benda-benda yang tak berguna.
Dengan hanya dengan menumpangi angkutan umum, Anna pergi ke tempat tujuannya.
...• • •...
DEVARADIS.
Perusahaan asal Prancis yang bergerak di bidang fashion, sudah ada sejak 6 tahun silam. Namun baru 4 tahun ini membuka cabangnya di Indonesia. Yang awal mulanya sebuah perusahaan yang dikenal dengan nama Shinning Go. Namun, akhirnya berganti nama menjadi Devaradis- karena nama brand sebelumnya sudah dimiliki oleh pebisnis lain yang mengalami kebangkrutan. Sehingga ia menjual sahamnya secara utuh kepada pemilik Devaradis saat ini.
Namun walau terbilang baru, di tangan ahlinya, Devaradis sudah sukses menapaki puncak fashion yang paling populer di kalangan orang-orang menengah ke atas yang menjadi sasaran utamanya, berdiri pada level nomor tiga di pasaran. Konsep pakaian yang diusung pemilik pertamanya bertema batik semi formal. Namun, sang pemilik Devaradis saat ini mengubah konsep tersebut menjadi fashion dengan gaya casual elegant.
Sejurus kemudian Anna pun sampai didepan gedung tinggi yang seluruh bagiannya terbuat dari kaca itu memantulkan cahaya jingga yang berkilau mewah. Anna memantapkan langkahnya memasuki tempat itu dan seseorang terlihat menghampiri nya kemudian membawanya ke suatu tempat.
Anna memandangi sepasang pakaian berwarna biru tua list abu yang kini sudah menggantikan pakaian pribadinya, terdapat lambang nama Devaradis yang ada di bagian lengan seragamnya. Walaupun hanya sebagai pegawai cleaning service, bagi Anna ini adalah permulaan yang tidak terlalu buruk untuk memulai dunianya yang baru.
Namun di hari spesialnya ini Anna di hadapkan oleh sebuah masalah besar yang mempertaruhkan awal karirnya di tempat ini.
"Hai, kau karyawan baru disini, bukan? Berhubung pelayan pribadi Boss besar cuti sakit hari ini, maukah kau yang bertanggungjawab menggantikannya melayani Boss?" Tanya seorang laki-laki bertubuh pendek, dengan name tag di seragamnya menampakkan posisinya sebagai kepala departemen kebersihan.
"Melayani Boss?" Mata Anna terbelalak mendengar dua kata yang sangat ambigu maknanya. Tidak mungkin kan ini adalah lapangan kerja yang berkedok penjualan manusia?
mampir di novelku ya/Smile//Pray/