Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Seharian ini Cean hanya berdiam diri di dalam kamar, entah mengapa perasaannya tidak nyaman dan terus saja memikirkan pria kecil bernama Samudra.
Nanda masuk ke kamar Cean untuk mengambil pakaian Samudra. Bahkan Cean baru menyadari jika di kamarnya terdapat barang barang pribadi Samudra.
"Sorry Cean, Mommy mau mengambil baju Sam." Ucap Nanda lalu masuk ke dalam walk in closet.
"Bukankah dia bisa mengambil dan menggantikannya sendiri?" Tanya Cean.
"Ya, tetapi karena kau sudah kembali, Mommy akan memindahkan pakaian juga barang barang Sam sedikit demi sedikit ke kamar Mommy. Lagi pula sebentar lagi Sam tidak akan menghabiskan siang harinya disini setelah Uncle Robi pensiun."
Cean hanya terdiam.
"Cean, sekarang apa rencanamu?" Tanya Nanda.
Cean masih diam dan tidak menjawabnya, pikirannya tiba tiba tiba saja menghilang dan semua rencana yang di susun rapih selama enam tahun ini tiba tiba saja buyar.
"Cean, kau akan mengambil alih dulu perusahaan atau menceraikan Nadlyn dulu?" Tanya Nanda yang membuat Cean seketika menatap wajah teduh Mommy nya itu.
"Kenapa?" Tanya Nanda yang di tatap aneh oleh Cean.
"Dimana Nadlyn, Mom?" Tanya Cean.
"Nadlyn bekerja."
"Bekerja apa? Apa Nadlyn begitu kekurangan uang hingga ia harus bekerja?"
Nanda memghela nafasnya, salah ya sendiri terlalu memanjakan putranya ini. "Nadlyn bekerja untuk masa depan Samudra."
"Bukankah Uncle Robi memiliki kekayaan? Bahkan saat pensiun nanti Uncle mendapatkan saham 30% dari mendiang Opa karena dedikasinya yang tinggi? Aku rasa itu bisa untuk menanggung masa depannya."
"Cean, entah apa salah Mommy dalam mendidikmu. Yang jelas pikiran Samudra lebih dewasa darimu." Nanda menarik nafasnya dalam dalam dan menghembuskannya secara kasar. "Samudra adalah tanggung jawab Nadlyn, Nadlyn adalah seorang single parents yang bertanggung jawab pada putranya. Nadlyn tidak memikirkan harta, ia hanya ingin Samudra tumbuh dan berkembang oleh penghasilannya sendiri. Bahkan saat Daddy dan Mommy mau membantunya, Nadlyn menolaknya."
Hati Cean mendadak tidak terima dengan mendengar ucapan Nanda yang menyebut jika Nadlyn merupakan seorang single parents.
"Aku akan menanggung masa depannya." Kata Cean tiba tiba.
"Nadlyn akan menolaknya." Balas Nanda.
"Nadlyn tidak punya hak menolaknya."
Nanda menatap wajah Cean, "Nadlyn berhak menolaknya karena Samudra adalah anaknya, hanya anaknya." Tekan Nanda.
"Tapi dia juga....." Ucapan Cean terpotong karena Nanda memotongnya.
"Apa?" Tanya Nanda sengit. "Dia juga anakmu?" Tebak Nanda yang kemudian tersenyum sinis. "Kamu mengakuinya? Tidak ingatkah kamu jika saat Samudra masih dalam kandungan Nadlyn, kamu tidak menginginkannya dan dengan bedjatnya kamu malah menyuruh Nadlyn untuk menggurkannya." Nanda mulai terisak. Rasa kecewa pada putranya sudah tidak dapat ia tahan lagi. "Kamu tega, Cean. Bagaimana bisa kamu berpikir untuk melenyapkan darah dagingmu sendiri, keturunan Mommy."
"Mom..."
"Apa kamu tidak tau, Cean? Setiap kali menatap mata Samudra, Mommy selalu di hantui rasa bersalah."
Cean segera memeluk Nanda, sementara Nanda hanya pasrah saja sambil meluapkan isi hatinya yang terpendam selama enam tahun ini.
**
Samudra pulang di jemput oleh Pras. Nanda terpaksa meminta pada Pras agar menjemput Samudra karena setelah meluapkan isi hati dan kekesalannya pada Cean membuat darah tinggi Nanda kambuh dan Nanda hampir saja pingsan.
Seperti biasa Samudra mengganti pakaiannya di kamar Cean karena tadi Nanda belum sempat memindahkannya.
Samudra masuk ke dalam walk in closet dan mengganti pakaiannya disana, anak kecil berusia hampir enam tahun itu memang memiliki sikap yang mandiri dan tidak manja. Bahkan Samudra terlihat lebih dewasa dari usia teman teman sebayanya.
Samudra merapihkan tasnya dan menaruh seragam kotornya di keranjang. Semua pergerakan Samudra tidak luput dari pantauan Ocean.
"Kamu sudah makan?" Tanya Cean.
Samudra menggelengkan kepalanya, "Belum, Nanny belum menyiapkan makanan untukku."
"Apa aku mengganggu Uncle?" Tanya Sam. "Aku akan tidur siang di kamar lain jika Uncle terganggu."
"Tidak." Jawab Cean dengan cepat.
Entah mengapa Cean seakan tidak rela jika Samudra meninggalkan kamarnya.
"Tidurlah di tempat tidurku." Ucap Cean.
"Lalu Uncle?"
"Aku tidak biasa tidur siang, aku bukan anak kecil."
Samudra naik ke atas tempat tidur.
"Kenapa tidak tidur?" Tanya Cean yang masih melihat Samudra duduk bersandar di atas tempat tidur.
"Aku menunggu Mommy."
Deggg...
"Kakek bilang padaku, Mommy akan menjemputku siang disini. Aku takut jika tidur siang, Mommy akan meninggalkanku pulang ke rumah Kakek sendirian."
Cean menyipitkan matanya. "Bukankah Mommy mu bisa menunggumu bangun?"
Samudra menggelengkan kepalanya, "Mommy tidak suka berlama lama di rumah Oma, Mommy hanya menjemputku kemudian kami pulang, jika aku sedang tidur maka Mommy akan meninggalkanku dan nanti aku pulang di jemput Papi atau oleh Kakek." Jawab Samudra seperti orang dewasa.
"Kamu lebih menyukai di sini atau di rumah Kakekmu?" Tanya Cean yang tanpa sadar kini ikut duduk di tepi ranjangnya.
Samudra tampak berpikir. "Aku suka tinggal dimanapun, asal bersama Mommy."
"Berapa usiamu?" Tanya Cean.
"Empat bulan lagi, aku akan berulang tahun ke enam tahun."
"Apa kau akan merayakan ulang tahunmu?"
"Tidak, aku tidak suka merayakan ulang tahun."
"Kenapa?" Tanya Cean ingin tau lebih dalam.
"Karena Mommy selalu menangis di hari ulang tahunku. Dan aku tidak suka melihat Mommy menangis."
Cean terdiam, hatinya bertanya tanya, mengapa Nadlyn menjadi lebih sering menangis, padahal dulu Nadlyn adalah anak yang ceria meski ia besar tanpa seorang ibu.
Cean yang bodoh masih tidak menyadari jika dirinyalah yang menghancurkan kebahagiaan Nadlyn.
"Kenapa Mommy mu menangis di hari ulang tahunmu?" Tanya Cean mendalam.
Samudra mengerdikan bahunya, "Mungkin karena Mommy mengingat Daddy yang sudah meninggalkan kami."
Degg.. Degg.. Degg
Bagai sebuah tamparan mengenai tepat di pipi Cean.
"Daddy?" Tanya Cean lagi.
"Kakek bilang aku memiliki seorang Daddy dan Daddy pergi meninggalkan aku dan Mommy."
"Jadi kamu tau jika kamu memiliki Daddy?"
Samudra mengangguk.
"Apa yang kamu tau tentang Daddy mu?"
Samudra menatap dalam mata Cean. "Aku tidak tau. Dan aku tidak ingin tau meski aku sangat ingin sekali tau."
"Kenapa?"
Tok.. Tokk.. Tokkk,
Suara seseorang mengetuk pintu kamar Cean.
Cean menghela nafas kemudian berjalan ke arah pintu.
"Maaf, Tuan muda." Ucap seorang wanita berseragam suster.
"Nanny.." Panggil Samudra yang ikut menyusul.
"Den Samudra, ada Mommy sudah menjemput." Kata Nanny.
"Baik Nanny, bilang Mommy tunggu sebentar, Sam mau ambil tas Sam dulu." Kata Samudra sementara itu Cean hanya membeku.
Ini pertama kalinya setelah enam tahun berlalu, Cean dan Nadlyn berada dalam satu tempat meski belum saling bertemu.
"Permisi Uncle, aku pulang dulu." Ucap Samudra dengan hormat.
Namun Samudra menahan langkahnya dan menatap lekat wajah Cean, "Mommy bilang Daddy ku berada di sebuah negri di atas awan, sangat jauh dari sini, Daddy tidak mau pulang karena disana lebih indah dari pada disini." Kata Samudra kemudian meninggalkan Cean yang masih mematung.
Cean merasakan jantungnya terus berdegup dengan kencang, dengan langkah lebar ia menyusul Samudra yang sudah lebih dulu turun.
Matanya menyipit kala melihat Nadlyn dengan tampilan yang berbeda. Tidak ada lagi rambut panjang, semenjak hamil hingga Samudra berusia hampir enam tahun, Nadlyn lebih menyukai rambut pendek sebahu.
"Nadlyn...." Panggil Cean dengan dengan lirih namun terdengar oleh Nadlyn.
Nadlyn menoleh ke arah sumber suara. Suara yang sangat ia rindukan sekaligus suara yang ia benci.
"Ocean...."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
jadi ceritanya aku lagi cosplay jadi sekre nya cean nih🤣
nadlin pun sama korban,pdahal andai dia menolak malam itu?krna cean sempat bertanya ..!!
tidak ada yg salah diantara mereka..